Lukisan gua tertua di Indonesia ditemukan di Gua Leang Karampuang, yang terletak di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.
Gua ini menjadi sorotan dunia arkeologi setelah diperkirakan usianya mencapai sekitar 51.200 tahun, menjadikannya salah satu karya seni figuratif tertua yang pernah ditemukan.
Lokasi dan Latar Belakang Gua Leang Karampuang
Gua Leang Karampuang, juga dikenal sebagai Gua Karampuang, terletak di Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Gua ini berada di dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, yang terkenal dengan formasi karstnya yang luas dan kompleks.
Kawasan karst Maros-Pangkep sendiri telah lama dikenal sebagai situs arkeologi penting dengan banyak gua yang menyimpan jejak-jejak kehidupan prasejarah.
Penemuan Lukisan
Pada 3 Juli 2024, jurnal Nature menerbitkan hasil penelitian yang mengungkap keberadaan lukisan di Gua Leang Karampuang. Lukisan tersebut menggambarkan sosok antropomorfik yang berinteraksi dengan seekor babi, dengan ukuran sekitar 36 x 15 inci.
Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara BRIN, Southern Cross University, dan Griffith University.
Metode Penanggalan
Untuk menentukan usia lukisan, para peneliti menggunakan metode penanggalan uranium-thorium pada lapisan mineral yang menutupi lukisan tersebut. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menentukan usia minimum dari lapisan mineral, yang kemudian memberikan perkiraan usia lukisan yang berada di bawahnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa lukisan di Gua Leang Karampuang berusia sekitar 51.200 tahun, menjadikannya salah satu lukisan figuratif tertua yang pernah ditemukan di dunia.
Makna dan Signifikansi
Penemuan ini memiliki dampak signifikan dalam memahami perkembangan seni dan budaya manusia prasejarah. Lukisan yang menggambarkan interaksi antara manusia dan hewan menunjukkan bahwa manusia pada masa itu sudah memiliki kemampuan abstraksi dan ekspresi simbolik yang kompleks.
Selain itu, usia lukisan ini menantang pandangan sebelumnya yang menganggap bahwa seni figuratif pertama kali muncul di Eropa. Penemuan ini menegaskan bahwa Asia Tenggara, khususnya Indonesia, memainkan peran penting dalam perkembangan awal seni manusia.
Konteks Budaya Toalean
Wilayah Maros-Pangkep juga dikenal sebagai pusat budaya Toalean, yang berkembang sekitar 8.000 hingga 1.500 tahun yang lalu. Budaya tersebut dikenal dengan teknologi alat batu mikrolit khas, seperti mata panah Maros yang berlubang di bagian pangkalnya dan memiliki tepi bergerigi.
Meskipun lukisan di Gua Leang Karampuang jauh lebih tua daripada periode budaya Toalean, keberadaan budaya ini menunjukkan kontinuitas hunian manusia di wilayah tersebut selama ribuan tahun.
Situs Seni Gua Lain di Maros-Pangkep
Selain Gua Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep menyimpan banyak gua lain yang memiliki lukisan prasejarah. Misalnya, Gua Leang Timpuseng memiliki cetakan tangan yang diperkirakan berusia lebih dari 39.900 tahun dan lukisan babirusa berusia sekitar 35.400 tahun.
Gua Leang Bulu’ Sipong juga menampilkan lukisan hewan dan makhluk therianthrope yang diperkirakan berusia setidaknya 43.900 tahun.
Perlindungan dan Pelestarian
Penemuan lukisan-lukisan prasejarah ini menekankan pentingnya upaya pelestarian situs-situs arkeologi di Indonesia. Ancaman seperti vandalisme, perubahan iklim, dan aktivitas manusia dapat merusak situs-situs bersejarah ini
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat lokal, dan komunitas internasional untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya ini bagi generasi mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News