Belakangan, tagar #KaburAjaDulu menjadi sangat viral dan meledak di media sosial sebagai ungkapan kegelisahan masyarakat Indonesia atas kondisi di dalam negeri. Beragam spekulasi pun bermunculan seiring masifnya tren tersebut.
Namun, sebenarnya seberapa besar keinginan nyata masyarakat Indonesia untuk pindah ke luar negeri? Apakah #KaburAjaDulu hanya sekadar tren sesaat atau justru sudah menjadi rencana konkret yang masuk ke dalam ‘keinginan’ masyarakat luas?
YouGov, sebuah perusahaan riset data dan analisis global, turut mengkaji tren ‘Kabur Aja Dulu’ lewat sebuah survei yang menggali rencana migrasi masyarakat Indonesia. Hasilnya, keinginan masyarakat untuk bermigrasi ke luar negeri cukup tinggi, utamanya di kalangan generasi muda.
Survei dilakukan melalui panel daring YouGov dengan metodologi yang sudah disesuaikan untuk memastikan hasil yang representatif terhadap populasi Indonesia berdasarkan usia, jenis kelamin, dan wilayah geografis.
Dilakukan pada 24-27 Februari 2025, survei YouGov melibatkan 2.003 responden laki-laki dan perempuan. Uniknya, mayoritas generasi muda atau Gen Z, serius untuk mempertimbangkan kemungkinan bermigrasi ke luar negeri dalam beberapa tahun ke depan.
Data yang dihimpun menunjukkan, 41 persen generasi tersebut berkeinginan untuk pindah. Jumlah ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan generasi lainnya, seperti Milenial (31 persen), Generasi X (26 persen), dan Baby Boomers (12 persen).
General Manager YouGov Indonesia, Edward Hutasoit, menyatakan jika ‘Kabur Aja Dulu’ bisa jadi hanya sekadar wacana bagi beberapa orang. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa tren tersebut dapat benar-benar menjadi langkah nyata yang sedang dipertimbangkan bagi lainnya.
"Sebagai perusahaan riset konsumen, YouGov ingin memahami apakah ‘Kabur Aja Dulu’ sekedar tren atau indikasi niat untuk pindah ke luar negeri. Dalam dunia konsumen, ada tren yang hanya menjadi topik hangat, tapi ada juga yang benar-benar mendorong orang untuk bertindak, seperti melakukan pembelian. Kami melihat pola serupa dalam tren migrasi—bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar wacana, tapi bagi yang lain, bisa jadi ini adalah langkah nyata yang sedang dipertimbangkan," ungkapnya.
Apa Alasan di Balik Keinginan untuk #KaburAjaDulu?
Meskipun Generasi Z mendominasi keinginan untuk bermigrasi ke luar negeri, terdapat beberapa hal yang ikut dijadikan pertimbangan masyarakat luas terhadap niat untuk pindah. Status pernikahan dan latar belakang profesional misalnya.
Secara keseluruhan, data dari masyarakat yang belum menikah menunjukkan bahwa mereka jauh lebih terbuka terhadap kemungkinan untuk pindah ke luar negeri, yakni 42 persen. Sementara itu, 49 persen yang sudah menikah cenderung memilih untuk tetap tinggal di Indonesia.
“Menariknya, jika sebelumnya pindah ke luar negeri untuk studi sudah menjadi hal yang umum, kini usia produktif Indonesia juga mulai mempertimbangkan untuk pindah demi memulai bisnis atau berkarier di luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk bermigrasi bukan hanya didorong oleh pendidikan, tetapi juga faktor ekonomi dan peluang usaha yang lebih luas," jelas Edward.
Hasil survei juga mengemukakan bahwa 29 persen individu yang ingin pindah ke luar negeri melakukannya dengan tujuan untuk memulai bisnis sendiri. Kelompok ini didominasi oleh profesional tingkat tinggi dan individu dari kelas sosial-ekonomi atas (Upper I Class). Negara tujuan utama untuk memulai bisnis itu adalah Jepang (51 persen), Australia (27 persen), dan Swiss (18 persen).
Di sisi lain, dalam konteks motivasi, sebagian besar mahasiswa dan akademisi melihat ini sebagai kesempatan untuk melanjutkan studi (52 persen). Sementara itu, profesional muda mempertimbangkan peluang bisnis dan karier global (39 persen).
Gen X, Si Paling Optimis pada Masa Depan Indonesia
Tidak semua generasi memiliki pandangan yang sama terhadap masa depan Indonesia. Gen X tercatat menjadi kelompok yang paling optimis dengan arah perkembangan negara, yaitu sebesar 40 persen.
Sebaliknya, Gen Z justru memiliki tingkat pesimisme yang tinggi terhadap masa depan Indonesia dengan persentase sebesar 37 persen. Perbedaan ini mencerminkan bagaimana pengalaman hidup dan tahapan karier dapat memengaruhi cara pandang seseorang pada peluang karier di dalam maupun luar negeri.
Akan tetapi, tidak semua individu melihat luar negeri sebagai pilihan utama. Dari mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Indonesia, banyak yang merespons perubahan dengan strategi lain, di antaranya meningkatkan karier lokal (41 persen), mempertimbangkan pendidikan lanjutan (16 persen), atau mengadopsi gaya hidup yang lebih hemat (40 persen).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News