Berbicara tentang tradisi menjelang Ramadan, ada satu tradisi sederhana tetapi masih rutin berlangsung dan mendapat antusias di Jombang dan salah satu kampung di Jogja yang namanya “grebegapem”.
Grebeg sendiri merupakan acara yang diadakan masyarakat Jawa yang awalnya untuk menyambut tiga hari besar keagamaan Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, kini tradisi grebeg dilakukan menjadi lima kali dalam setahun seperti salah satunya adalah untuk menyambut menyambut ramadan.
Mengenal Lebih Dekat tentang Grebeg
Grebeg merupakan tradisi adat sejak dulu rutin diadakan di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Namun kini tradisi ini juga populer di Jombang. Kata “grebeg” artinya deruan suara angin, perkumpulan, atau pengiring. Yang mana pada tradisi ini masyarakat berkumpul di suatu tempat terbuka, melakukan parade dan menyerbu gunungan raksasa seperti yang isinya makanan ringan yang biasanya olahan kue tradisional Jawa.
Untuk grebeg apem sendiri acara tahunan yang rutin dilakukan sebelum bulan Ramadan. Tidak ada penetapan berapa harinya, tetapi umumnya dilakukan di satu Minggu menjelang hari pertama.
Untuk tahun ini sendiri, tradisi ini terlihat diadakan di 2 titik pada Rabu, 26 Februari 2025. Yuk! Intip bersama bagaimana keseruan dari grebeg apem tahun ini.
Perayaan di Alun-alun Jombang
Berlokasi di depan Masjid Agung Baitul Mukminin dengan tajuk Grebeg Apem Megengan 2025, acara ini diselenggarakan oleh PemprovJombang yang dimeriahkan oleh beberapa komunitas, tokoh masyarakat, jajaran Forkopimda dan turut dihadiri oleh Dinas Ketahanan Pangan & Perikanan hingga Wakil Bupati Jombang, M. Salmanudin.
Tak sampai situ, acaranya juga turut diikuti oleh banyaknya pelajar sekolah dan juga anakyatim binaan BAZNAS. Menurut data dari Bidik Nasional ada sekitar 3000 pelajar dari 6 sekolah negeri dan 8 sekolah Islam yang merupakan pelajar SD hingga SMP, kemudian untuk jumlah anak yatim binaan ada sekitar 53 anak.
Setelah acara dibuka oleh Wakil Bupati, acara dimulai dengan arak-arakan yang rutenya berawal dari KantorPemkabJombang melewati Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pattimura, Jl. Gub Suryo dan berakhir di PintuTimurAlun-Alun.
Tak hanya berjalan kaki, beberapa kelompok menggunakan kendaraan hias, mobil pick up dan 15 tossa (kendaraan roda 3) yang membawa tumpeng apem berukuran sedang.
Setibanya di Alun-alun, barulah masyarakat Jombang berbondong-bondong menyerbu gunungan apem raksasa yang disediakan di panggung setelah dibunyikan gong oleh Wagub. Tak hanya gunungan raksasa, di sekitarnya juga disediakan beberapa jajanan pasar tradisional juga.
Arak-arakan di Tegalrejo, Jogja
Selain di Jombang, grebeg apem ini juga merupakan agenda rutin untuk sebagian warga Jogja. Seperti yang dilakukan di KampungTompeyan, Tegalrejo pada tanggal 2 Februari 2025 silam.
Meski acaranya tidak jauh beda yakni arak-arakan membawa tumpeng apem. Namun di sana tradisi ini diadakan untuk menyambut bulan Sya'ban sekaligus bulan Ramadan.
Tahun ini arak-arakan diikuti oleh ratusan warga dari 3 RW dan 9 RT yang bermula dari KantorKelurahanTegalrejo menuju GORTompeyan. Untuk gunungan apemnya sendiri hanya 1, tetapi selain itu warga membawa 9 gunungan ulu wetu atau hasil bumi dari hasil panen warga.
Grebeg Apem Sewu
Ada juga tradisi serupa yang rutin diadakan tiap tahunnya, namanya “grebegapemsewu”. Sewu diambil dari 2 hal yang pertama karena biasanya diadakan di sekitar KelurahanSewu, Surakarta dan kemudian mewakilkan jumlah apem yang dibawa pada gunungan yang berjumlah seribu atau bahasa jawanya “sewu”.
Jumlah ini merupakan gabungan dari setiap RW yang diharuskan membuat 100 apem.
Konon katanya, tradisi ini didasari dengan adanya kepercayaan tentang banyaknya korban yang tenggelam di aliran SungaiBengawanSolo yang kemudian tradisi ini sebagai penghormatan, minta maaf dan menunjukkan rasa syukur warga setempat untuk leluhur.
Berbeda dengan tradisi grebeg apem yang diadakan di Jombang dan Jogja. Tradisi grebeg apem sewu diadakan setiap bulan Dzulhijah atau bulan Haji.
Nilai dan Tujuan Tradisi
Selain memiliki nilai dan tujuan untuk bersilaturahmi dan berbagi, acara tahunan ini diharapkan supaya masyarakat setempat, khususnya generasi muda agar mengenal tradisi grebeg ini, serta bisa menerapkan nilai-nilai yang terkaji dalam pelaksanaan kegiatannya.
Selain itu, tradisi ini diharapkan sebagai ajang masyarakat muslim untuk saling memaafkan guna membersihkan hati sebelum bulan puasa.
Filosofi Megengan dan Kue Apem, Tradisi Masyarakat Jawa Menjelang Ramadan
Selain lewat dari interaksi pada rangkaian acara, seperti asal namanya. Kata apem berasal dari kata “afwan” yang berarti memaafkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News