Wayang merupakan salah satu dari sekian banyak warisan kebudayaan yang sangat berharga dan sangat wajib untuk dilestarikan eksistensinya agar tidak tenggelam oleh perubahan zaman, khususnya dari berbagai macam budaya pop yang kita sering lihat dan temui di kehidupan sehari-hari.
Selama 1000 tahun lebih wayang menjadi bentuk seni rupa kebudayaan Indonesia yang menceritakan berbagai macam kisah seperti legenda, mitologi, sejarah, cerita rakyat, hingga mengangkat tema keseharian masyarakat seperti yang dipertunjukkan seni wayang orang.
Di Indonesia pun wayang memiliki berbagai macam jenis yang masing-masing memiliki keunikan serta gaya pementasannya sendiri, seperti wayang golek, wayang kulit, wayang orang, wayang beber, wayang klithik, wayang motekar, dan masih banyak lagi jenis-jenis wayang yang sejauh ini tercatat ada sebanyak 40 jenisnya.
Kawan tentu pernah mendengar atau melihat rupa wayang kulit bukan? Wayang yang terbuat dari kulit kerbau dan dimainkan dengan menggunakan bayangan di balik layar putih. Namun, apakah Kawan tahu kalau wayang kulit sebenarnya memiliki berbagai macam jenis berdasarkan apa yang diceritakan?
Terdapat beberapa variasi wayang kulit yang terkenal seperti wayang kulit bali, wayang wahyu yang menceritakan kisah-kisah ajaran keagamaan umat Kristiani, dan wayang purwa yang menceritakan kisah mahabarata.
Apa sih yang disebut dengan wayang purwa? bagaimanakah sejarahnya? Mari kita simak penjelasan berikut.
Apa itu Wayang Purwa?
Berdasarkan penamaanya, kata purwa dalam bahasa jawa berarti kuno atau purba sehingga wayang purwa merupakan wayang yang menceritakan kisah-kisah pada zaman kuno. Akan tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa wayang purwa berasal dari kata parwan atau parwa yang berarti “bagian”
Hal ini dikarenakan wayang purwa juga mengisahkan cerita mahabarata dan Ramayana yang terdiri dari 18 bagian atau parwan dengan berbagai macam penyesuaian dengan adat budaya Jawa.
Baca juga: Mengenal Museum Wayang Kota Tua, Dahulu Gereja Pertama di Batavia
Pertunjukkan wayang yang satu ini juga dikenal sebagai yang tertua lho Kawan GNFI, dimulai sejak zaman hindu-buddha pada tahun 869 Saka. Melansir dari laman travellingindonesia.com, menurut sebuah kitab bernama Kitab Centini, wayang ini pertama kali dibuat oleh Prabu Jayabaya dari Kerajaan Kediri.
Sejarah Kepopuleran Wayang di Tanah Jawa
Sejatinya wayang sudah ada sejak masa Raja Dyah Balitung yang memerintah dari tahun 899 hingga 911, tetapi hanya untuk kegiatan upacara-upacara kerajaan semata. Namun, yang membuat pertunjukkan wayang populer adalah Prabu Jayabaya yang merupakan seorang raja di Kerajaan Kediri dari tahun 1135-1159.
Pada saat itu, beliau membuat wayang purwa dengan menggunakan daun lontar yang digambar menyerupai arca dan ukiran para dewa yang berada di Candi Penataran, Kediri.
Akan tetapi, karena wayang yang ia buat ternyata terlalu kecil untuk dapat ditampilkan, beliau memerintahkan agar wayang-wayang tersebut dibuat ulang di atas kulit lembu yang diberi gagang bambu yang diberi nama wayang purwa dan sengkalan.
Wayang purwa pun tak lepas dari sejarah persebaran agama Islam di tanah Jawa, karena pada masa Sunan Kalijaga tepatnya di tahun 1443 Masehi, beliau menggunakan wayang sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam.
Untuk dapat menggunakan wayang sebagai media dakwah ajaran Islam tentu memerlukan beberapa penyesuaian karena wayang purwa yang pada awalnya digunakan untuk menceritakan kisah-kisah era hindu buddha.
Hal inilah yang membuat raja Demak pertama yaitu Sri Sultan Alamsyah menyesuaikan berbagai macam aspek wayang, mulai dari bentuknya, hingga alur ceritanya harus sejalan dengan ajaran Islam.
Lakon Wayang Purwa
Wayang purwa pada umumnya membawakan lakon yang diambil dari epos Ramayana dan Mahabharata seperti lahirnya Pandawa, Bharatayudha, Dewa Ruci, Hanoman Duta, Gugurnya Rahwana, Rama Tambak, dan lain sebagainya.
Namun, Lakon yang dibawakan oleh wayang purwa tidak hanya itu saja Kawan GNFI. Para pemain wayang atau yang disebut dalang dapat mengkreasikan cerita wayang purwa sendiri yang disebut dengan lakon carangan atau lakon gubahan.
Lakon yang satu ini merupakan cerita yang keluar dari kisah epos Ramayana dan Mahabharata untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu seperti patriotisme, pengabdian, hingga menyebarkan ajaran agama dengan wayang sebagai medianya.
Seperti lakon Jamus Kalimasada yang pada awalnya merupakan cerita terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Namun diubah artinya oleh Sunan Kalijaga yang memasukkan kalimat syahadat ke dalam pewayangan untuk menyebarkan ajaran Islam.
Lalu ada lakon Aji Narantaka yang mengisahkan tentang pertarungan Gatotkaca melawan Dursala untuk membela keadilan dan kebenaran, di dalam lakon ini Gatotkaca menggunakan kekuatanya yang disebut Aji Narantaka untuk mengalahkan Dursala.
Itulah penjelasan singkat mengenai sejarah wayang purwa yang telah bertahan sejak ratusan tahun lalu dan menjadi warisan budaya bangsa yang sangat berharga dan harus untuk tetap kita lestarikan.
Karena selain merupakan warisan budaya, lakon-lakon yang diceritakan dalam wayang purwa memiliki banyak sekali pesan moral yang dapat kita pelajari dalam kehidupan lho!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News