Indonesia menempati peringkat sepertiga teratas negara yang paling rentan terhadap risiko iklim, dengan produksi sampah mencapai 18,99 juta ton per tahun. Kondisi ini menuntut aksi nyata untuk menjaga lingkungan, salah satunya melalui inovasi desain berkelanjutan.
British Council Indonesia mengambil langkah strategis dengan meluncurkan program "Design Matters Lab", sebuah inisiatif kolaboratif lintas geografis dan budaya yang menyatukan desainer produk dan material dari Eropa dan Indonesia.
Program ini bertujuan mengeksplorasi solusi kreatif untuk tantangan lingkungan, khususnya dengan mengubah limbah menjadi sumber daya berharga.
“Program ini sangat berarti karena akan memperkuat kerja sama budaya antara Uni Eropa dan Indonesia melalui desain. Ini adalah hal baru yang membuka peluang kolaborasi lebih luas,” kata Jaef de Boer, Deputy Head Culture & Communication Kedutaan Besar Belanda di Indonesia.
Kolaborasi diwujudkan dalam pameran yang diselenggarakan di Pusat Kebudayaan Belanda Indonesia Erasmus Huis, Jakarta, pada Kamis, 27 Februari 2025. Pameran ini menampilkan lima produk inovatif hasil kolaborasi desainer Eropa dan Indonesia, yang mengadaptasi konsep keberlanjutan.
Summer Xia, Co-President EUNIC Indonesia Cluster, menekankan bahwa pameran ini bertujuan membawa keahlian Eropa ke Indonesia, sekaligus mendorong terciptanya solusi inovatif melalui desain.
"Partnership ke depannya akan terus berjalan dan semakin cerah. Saya berharap banyak orang Indonesia bisa melihat hasil kolaborasi ini," tambahnya.
Program ini didukung oleh EUNIC (European Union National Institutes for Culture), jaringan global yang mempromosikan hubungan budaya. Klaster Indonesia EUNIC, yang didirikan pada November 2023, menyatukan sembilan institusi budaya dan kedutaan besar Eropa di Indonesia. Saat ini, Institut Francais Indonesie (IFI) dan British Council memimpin klaster ini.
Adil Alba, Chief Director Playo, mengapresiasi keunikan pameran ini. "Pameran ini menunjukkan bagaimana limbah yang dianggap tidak berharga bisa diubah menjadi produk berguna melalui teknologi dan kerja ilmiah," ujarnya.
Baca juga Limba Medis: Ancaman Tersembunyi di Balik Kesehatan
Lima Produk Inovatif Berbahan Dasar Limbah
1. Tac_Tiles
Kolaborasi antara Chloe Xingyu Tao (Inggris), Fariz Fadhlillah (Indonesia), dan Conture Concrete Lab (Indonesia) menghasilkan alat navigasi intuitif yang menggabungkan beton dan bahan daur ulang. Desain ini dirancang untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas netra melalui penanda jalan non-visual yang bisa diraba, sekaligus mendorong inklusivitas.
2. Hylume
Leïla Bouyssou (Prancis), Bani Muhammad (Indonesia), dan MYCL (Indonesia) menciptakan insulasi dinding untuk produk akustik berbahan mycelium, yaitu jaringan jamur yang ramah lingkungan. Proyek ini menyoroti potensi material alami dalam mengurangi dampak limbah kompleks.
3. Lampoep
Ratna Djuwita (Indonesia), Pim van Baarsen (Belanda), dan Adhi Nugraha Studio (Indonesia) memanfaatkan limbah cair dari kedelai dan kotoran sapi untuk menciptakan solusi pencahayaan ramah lingkungan. Produk ini menggabungkan keahlian lokal, bahan alternatif, dan teknik tradisional.
4. Cuir Mache
Rininta Isdyani (Indonesia), Alve Lagercrantz (Jerman), dan Hirka (Indonesia) mengubah kaki ayam, yang biasanya dianggap limbah makanan, menjadi bahan bernilai tinggi untuk industri kulit. Proyek ini mendorong inovasi material sekaligus pengelolaan limbah yang efektif.
5. Espresso
Cokorda Gde Bagus (Indonesia), Ciana Martin (Irlandia), dan Bell Living Lab (Indonesia) mengonversi limbah kopi menjadi furnitur serbaguna untuk kedai kopi dan ruang publik. Inspirasi dari proses tamping dalam pembuatan espresso menghasilkan furnitur yang kokoh dan fungsional.
Baca juga Unik, Ramuan penghilang Bau Sampah Justru Terbuat dari Campuran Limbah Sampah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News