Setiap kali mengunjungi rumah sakit atau klinik, Kawan GNFI tidak menyadari dampak limbah medis yang dihasilkan. Limbah ini, meski tampak sepele, menyimpan potensi bahaya yang sangat besar terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Seperti Kawan sedang sakit, kemudian meminum obat, disarankan jangan langsung membuang, akan tetapi lebih baik dipilah dengan kantong kresek yang berbeda dan membuang nya sesuai ke kategorinya yaitu sampah B3.
Beradaptasi dengan Lingkungan Ekstrem, Hewan dan Tumbuhan Ini Diyakini Bisa Hidup di Mars!
Tantangan Limbah Medis di Indonesia
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2024), fasilitas kesehatan di Indonesia menghasilkan sekitar 294 ton limbah medis setiap harinya. Limbah ini mencakup jarum suntik bekas, perban yang terkontaminasi, sisa obat-obatan, hingga alat pelindung diri (APD) yang telah digunakan.
Selama pandemi COVID-19, jumlah limbah medis meningkat hingga 30% lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, memperburuk situasi pengelolaan limbah medis yang sudah terbatas.
Sayangnya, hanya 70% limbah medis yang dikelola dengan standar aman, sementara sisanya sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah umum atau dibakar secara sembarangan.
Dilansir laman website voaindonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) secara bertahap akan membangun fasilitas Pengelolaan Limbah B3 bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di 32 lokasi selama 2020 hingga 2024. Upaya itu dilakukan untuk mengatasi peningkatan volume limbah medis dari penanganan COVID-19.
Penguraian limbah medis
Penguraian limbah medis di lingkungan memerlukan waktu yang bervariasi tergantung pada jenis materialnya. Berikut adalah estimasi waktu penguraian untuk beberapa jenis limbah medis:
Menurut BRIN bahwa plastik Medis (seperti jarum suntik, botol infus, dan alat pelindung diri): Material plastik dapat memerlukan waktu hingga 500 tahun untuk terurai secara alami.
Kaca Medis (seperti botol obat atau tabung laboratorium): Kaca tidak terurai secara alami dan dapat bertahan di lingkungan selama jutaan tahun jika tidak didaur ulang.
Logam (seperti jarum suntik dan alat bedah sekali pakai): Logam dapat memerlukan waktu hingga 50 tahun untuk terurai sepenuhnya, tergantung pada jenis dan kondisi lingkungan.
Kertas atau Karton yang Terkena Kontaminasi Medis: Material ini dapat terurai dalam waktu sekitar 2 hingga 6 bulan, namun jika terkontaminasi bahan kimia atau biologis, proses penguraian bisa lebih lama dan berbahaya.
Obat-obatan Kadaluarsa: Senyawa kimia dalam obat-obatan dapat bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun, mencemari tanah dan air, serta mengganggu ekosistem.
Masker dan Sarung Tangan: Masker medis dan sarung tangan, terutama yang terbuat dari bahan sintetis seperti polipropilena, membutuhkan waktu sekitar 450 tahun untuk terurai secara alami.
Waktu penguraian yang lama membuat limbah medis berkontribusi pada pencemaran lingkungan dalam jangka panjang. Pengelolaan dengan metode seperti daur ulang dan teknologi pengolahan modern sangat diperlukan untuk mengurangi dampaknya.
Electric City Bus, Transportasi Ramah Lingkungan Kota Surabaya
Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat untuk Mengelola Limbah Medis di Rumah Tangga?
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola limbah medis, terutama yang berasal dari rumah tangga, seperti jarum suntik insulin, perban bekas, atau obat kadaluarsa. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Pisahkan Limbah Medis dari Sampah Lain
Limbah medis sebaiknya dipisahkan ke dalam wadah khusus, misalnya kantong plastik yang tidak mudah bocor atau kotak tertutup rapat, untuk mencegah tercampur dengan jenis sampah lainnya.Gunakan Wadah Aman untuk Jarum Suntik
Jarum suntik sebaiknya disimpan dalam wadah keras, seperti botol plastik bekas dengan tutup rapat, guna menghindari risiko tertusuk jarum bagi petugas kebersihan atau anggota keluarga.
Hindari Membuang Obat Kadaluarsa ke Saluran Air
Obat kadaluarsa dapat dikembalikan ke apotek atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan pengelolaan limbah obat. Jika tidak memungkinkan, campur obat dengan bahan yang tidak menarik, seperti ampas kopi, sebelum membuangnya ke tempat sampah.
Serahkan Limbah Medis ke Fasilitas Khusus
Beberapa klinik, rumah sakit, atau pemerintah daerah menyediakan layanan untuk mengumpulkan limbah medis dari rumah tangga. Gunakan layanan ini agar limbah dikelola secara aman dan sesuai prosedur.
Edukasi Keluarga tentang Bahaya Limbah Medis
Ajarkan anggota keluarga mengenai bahaya limbah medis serta cara mengelolanya dengan benar. Edukasi ini penting untuk mengurangi risiko paparan langsung yang dapat membahayakan kesehatan.
Menilik Pengelolaan Limbah Medis dari Penanganan Covid-19 di Indonesia
Limbah Medis Berbahaya bagi Lingkungan
Limbah medis termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Jika Kawan secara sembarangan membuang atau tidak dikelola dengan benar, akan menimbulkan seperti:
Pencemaran Air dan Tanah
Limbah medis yang dibuang sembarangan dapat mencemari sumber air dan tanah, membawa patogen yang berpotensi menyebabkan penyakit bagi manusia dan hewan.Penyebaran Penyakit
Jarum suntik bekas dan bahan lain yang terkontaminasi dapat menyebarkan virus dan bakteri berbahaya. Hal ini memperbesar risiko infeksi, terutama di daerah padat penduduk.Polusi Udara
Pembakaran limbah medis tanpa teknologi yang memadai menghasilkan gas beracun seperti dioksin, yang memiliki dampak kesehatan jangka panjang, termasuk kanker.Kerusakan Ekosistem Laut
Masker, sarung tangan, dan sisa limbah medis lainnya yang berakhir di laut dapat membahayakan kehidupan laut. Satwa seperti penyu dan ikan sering kali mengira limbah ini sebagai makanan, yang dapat mengganggu rantai makanan.
Bisakah Limbah Medis Dimanfaatkan?
Meskipun berbahaya, limbah medis sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang tepat. Beberapa langkah yang telah diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, adalah:
Daur Ulang Plastik Medis
Botol infus dan jarum suntik plastik dapat diolah kembali menjadi bahan baku produk lain. Program di beberapa rumah sakit di Jawa Barat, misalnya, berhasil mengubah limbah plastik medis menjadi furnitur.Sumber Energi Alternatif
Limbah medis dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi melalui proses insinerasi modern. Teknologi ini tidak hanya mengurangi volume limbah tetapi juga menghasilkan listrik atau panas.Pengelolaan Limbah Organik Medis
Sisa makanan pasien dan limbah organik lainnya dapat diolah menjadi kompos dengan teknologi yang aman dan ramah lingkungan.
Namun, pemanfaatan ini membutuhkan regulasi ketat pada pengawasan terhadap pengelolaan limbah medis. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32 Tahun 2009) perlu diterapkan dengan lebih konsisten, khususnya pada sektor kesehatan untuk mencegah risiko kontaminasi lebih lanjut.
Pembangunan fasilitas pengolahan limbah yang merata tidak hanya di kota besar saja. Teknologi seperti incinerator modern dan autoclave sangat diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas pengolahan limbah.
Peran digitalisasi sangat membantu sistem untuk melacak pengelolaan limbah medis dari sumber hingga pembuangan akhir, memastikan proses yang aman dan efisien.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News