Menyusui bayi tanpa berpuasa saja tidak mudah, apalagi jika dilakukan bersamaan dengan puasa ramadan selama satu bulan penuh ya, Kawan? Jika tidak benar dalam pengaplikasiannya, bisa-bisa tidak hanya Ibunya saja yang lemas karena kelaparan, tetapi nutrisi yang didapatkan bayi dari ASI juga menjadi tidak maksimal.
Menurut Islam, menjalani puasa Ramadan selama sebulan penuh hukumnya adalah wajib. Namun, ada beberapa golongan yang tidak diwajibkan untuk ikut berpuasa. Apakah ibu menyusui termasuk salah satu di antaranya?
Lalu, apakah menyusui di saat puasa Ramadan tetap dinilai wajib menurut Islam?
Menyambut Puasa Ramadan 2025, Simak Jadwal Libur Ramadan Secara Lengkap
Golongan yang tidak diwajibkan berpuasa Ramadan
Dikutip dari situs umm.ac.id saat mewawancarai Muhammad Arif Zuhri, seorang dosen Fakultas Agama Islam UMM, menjelaskan bahwa ada golongan yang tidak diwajibkan untuk berpuasa Ramadan.
Golongan tersebut disebutkan dalam Al-Qur'an QS. Al-Baqarah ayat 184 sebagai "yuthiquunahu", yaitu mereka yang teramat berata menunaikan puasa, seperti orang tua renta, orang yang sakit menahun, ibu hamil dan menyusui, serta orang yang sedang bekerja sangat berat dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena merupakan sumber utama nafkah keluarga.
Meski tidak wajib berpuasa, tetapi orang yang termasuk ke dalam golongan tersebut diwajibkan untuk mengganti puasa setelah Ramadan dan/atau membayar fidyah. Fidyah adalah bentuk pengganti puasa dengan memberi makan orang miskin.
Total nilai fidyah disesuaikan dengan berapa jumlah hari puasa yang tidak dapat dijalankan. Setiap satu hari tidak berpuasa bernilai sama seperti 1 mud (6 ons beras).
Namun, ada perbedaan pandangan fiqih tentang bagaimana hukun pengganti puasa bagi Ibu hamil dan menyusui. Apakah wajib mengganti puasa dan membayar fidyah? Atau boleh memilih salah satunya saja?
Ibu Menyusui, Wajib Membayar Keduanya atau Pilih Salah Satu?
Dosen Arif menjelaskan bahwa ada perbedaan pandangan terkait hal ini menurut beberapa ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu bergantung pada bagaimana niat sang Ibu tidak berpuasa Ramadan. Apakah jika berpuasa akan berbahaya untuk dirinya sendiri? Atau berbahaya untuk orang lain dalam hal ini adalah bayinya?
Ulama yang meyakini pandangan ini, berpendapat bahwa jika niatnya adalah untuk menyelamatkan kondisi Ibu, maka pengganti puasa cukup dengan membayar fidyah. Namun, jika berniat untuk menyelamatkan kondisi bayi, maka Ibu diwajibkan membayar keduanya, baik fidyah maupun melakukan pengganti puasa setelah Ramadan usai.
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa Ibu menyusui boleh memilih salah satu saja, tanpa mempertimbangkan kondisi mana yang lebih diperhatikan.
Dosen Arif menekankan bahwa kedua pandangan ini sama-sama memiliki landasan dalil, sehingga keduanya diyakini sama benarnya menurut fiqih.Ibu boleh meyakini salah satu pandangan tersebut, tanpa harus menyalahkan pandangan lain yang berbeda dengan nilai yang dianut.
Bagaimana Jika Lupa Mengganti Puasa atau Membayar Fidyah sampai Ramadan Berikutnya?
Menurut Arif, Islam dapat memaafkan segala bentuk dari lupa atau ketidaktahuan atau ketidaksengajaan, sehingga tidak dicatat sebagai dosa. Namun, jika kesalahan tersebut dilakukan secara sadar dan sengaja, maka ia dianggap berdosa.
Baik lupa atau tidak, melakukan penggantian puasa dan/atau pembayaran fidyah adalah wajib hukumnya bagi Ibu menyusui. Oleh karena itu, sampai kapanpun kewajiban ini harus tetap dilakukan karena dicatat sebagai hutang yang harus segera dilunasi oleh pelakunya.
Tips Sukses Menyusui saat Puasa Ramadan
Ibu menyusui memang tidak diwajibkan berpuasa Ramadan menurut Islam, tetapi ia tetap diperbolehkan berpuasa jika dirinya merasa sanggup dan tidak membahayakan kondisinya sendiri maupun bayinya.
Untuk mengetahui kesiapan kondisi Ibu secara menyeluruh, ada baiknya untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan izin yang lebih jelas dan terukur.
Adapun untuk sukses menyusui sambil berpuasa, berikut beberapa tips yang telah dirangkum dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI):
1. Istirahat yang cukup
Sedikit atau banyak, adanya jam sahur membuat jam tidur Kawan jadi berubah, kan? Ditambah dengan kehadiran bayi yang masih menyesuaikan jam tidurnya setelah lahir, jangan sampai hal ini membuat jam istirahat semakin berkurang, ya!
Tidur adalah momen penting untuk mengisi kembali energi Kawan agar siap untuk menjalani ibadah puasa tanpa mengurangi produksi ASI.
2. Membuat daftar kegiatan terjadwal
Rencanakan dengan baik segala sesuatu yang bisa memudahkan aktivitas Kawan selama bulan puasa. Misal, jadwal berbelanja, memasak, membereskan rumah, hingga pumping jika bisa dibuat lebih terjadwall sejak sebelum puasa, maka akan sangat membantu ibadah puasa Kawan menjadi lebih lancar.
Jika kawan merasa kerepotan dengan berbagai kegiatan rumah tangga, ada baiknya Kawan meminta bantuan untuk urusan tersebut sehingga tidak mengganggu jam istirahatmu secara berlebihan.
3. Menjaga hidrasi tubuh
Pastikan Kawan menjaga asupan hidrasi tubuh. Hindari minuman berkafein selama puasa karena sifat diuretik pada kafein bisa membuat Kawan jadi lebih sering buang air kecil, sehingga cairan tubuh bisa berkurang lebih cepat.
Minumlah minimal 2 liter air atau 10-12 gelas air per hari yang bisa dibagi dalam 4 gelas air saat sahur, 4 gelas air saat berbuka, dan 2-4 gelas air sebelum tidur malam.
4. Mengonsumsi makanan bergizi
Puasa hanya menggeser jam makan saja, sehingga Kawan tetap disarankan untuk makan 3 kali sehari, yaitu saat sahur, berbuka, dan sebelum tidur malam. Menurut Pedoman Gizi Seimbang, komposisi menu sebaiknya terdiri dari 50% karbohidrat, 30% protein, dan 10-20% lemak.
Ibu menyusui direkomendasikan untuk memakan makanan tinggi protein dan karbohidrat, agar cadangan energi cukup untuk beraktivitas dan menyusui selama berpuasa. Mengonsumsi suplemen untuk mendukung produksi ASI juga disarankan agar kuantitas dan kualitas ASI tetap terjaga.
5. Mempertahankan jadwal menyusui
Baik direct breastfeeding maupun pumping, Kawan harus tetap melakukannya seperti biasa dan sesering mungkin. Ingat, supply ASI yang utama bergantung pada bagaimana demand dari ASI tersebut. Jadwal menyusui yang melonggar, bisa menyebabkan produksi ASI menurun meskipun telah didukung dengan mengkonsumsi suplemen ASI.
Mengenal Induksi Laktasi yang Sedang Viral, Apa Itu?
Menyusui sambil berpuasa relatif aman untuk dilakukan. Namun, dalam artikelnya AIMI tetap mengingatkan jika Kawan merasa lemas, air seni berwarna pekat, pusing, dan rasa sakit yang tidak tertahankan lainnya, berarti kondisi Kawan harus segera membatalkan puasa tersebut. Atau jika mendapati buang air kecil bayi berkurang, rewel sepanjang hari, bahkan BB bayi menurun, ini juga merupakan tanda red flag bagi bayi, sehingga Kawan tidak diperbolehkan memaksa berpuasa, ya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News