Siapa sangka, camilan tradisional khas Indonesia seperti keripik tempe kini semakin mendunia?
Dengan cita rasa gurih, tekstur renyah, serta kandungan protein nabati yang tinggi, keripik tempe bukan lagi sekadar makanan lokal, tetapi telah menjadi produk ekspor yang diminati di berbagai negara.
Bahkan, data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa ekspor keripik tempe terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Cara Membuat Keripik Tempe Sagu yang Renyah
Keripik Tempe: Dari Camilan Lokal ke Pasar Dunia
Keripik tempe telah lama menjadi bagian dari kuliner Nusantara. Selain dinikmati sebagai camilan, makanan berbahan dasar kedelai fermentasi ini juga dikenal memiliki manfaat kesehatan, seperti kaya akan probiotik dan protein nabati.
Permintaan terhadap produk berbasis nabati meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak negara mulai mencari alternatif camilan sehat yang tetap lezat, dan keripik tempe menjadi salah satu pilihan favorit.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menegaskan bahwa IKM pangan memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat Indonesia, termasuk sebagai komponen ekspor yang potensial seperti keripik tempe ini.
"Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, terbuka pula peluang produk-produk IKM pangan Indonesia bisa menembus pasar ekspor," ujarnya sebagaimana dikutip dari keterangan resmi.
Tempe Tradisional dan Modern, Mana yang Lebih Baik?
Lonjakan Ekspor Keripik Tempe
Lebih lanjut, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kinerja ekspor produk tempe dari Indonesia, menunjukkan peningkatan yang signifikan:
Pada tahun 2023, ekspor tempe mencapai 720,68 ton dengan nilai USD 2,43 juta, meningkat 35,47% dibanding tahun sebelumnya.
Nilai ekspor satu kontainer 20 kaki keripik tempe bahkan bisa mencapai Rp 269,5 juta. Produk ini telah berhasil menembus berbagai negara, seperti Arab Saudi, Kanada, Norwegia, Malaysia, Australia, Belanda, Filipina, Vietnam, Hong Kong, Singapura, Jepang, Swiss, dan Korea Selatan.
Sebagaimana dikatakan Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugroho, produk tempe dalam bentuk keripik memang belum memiliki kode HS (Harmonized System) khusus, tetapi nilai ekspornya terus meningkat.
"Nilai ekspor 20 feet produk keripik tempe saat ini sebesar USD 16.525,52 atau setara Rp 269.514.706," ungkapnya.
Peningkatan ini membuktikan bahwa keripik tempe memiliki daya saing di pasar global dan semakin diakui sebagai camilan berkualitas.
Sukarni Menjadi Pengusaha Tempe Selama 21 Tahun, Melanjutkan Usaha Warisan Orang Tua
UMKM Keripik Tempe di Pasar Global
Sejumlah pelaku UMKM di Indonesia telah membuktikan bahwa produk lokal bisa bersaing di pasar internasional. Salah satu contohnya adalah CV. Kahla Global Persada dari Sukabumi yang sukses mengekspor keripik tempe ke Arab Saudi.
Keberhasilan ini tidak datang begitu saja. CV. Kahla Global Persada mendapatkan pendampingan dari Kementerian Perindustrian, termasuk sertifikasi HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada tahun 2021 dan fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan pada tahun 2020 dengan nilai bantuan potongan harga sebesar Rp 11.475.000.
Dengan berbagai pembinaan yang didapatkan, saat ini CV. Kahla Global Persada telah memiliki 15 orang karyawan, dengan kapasitas produksi 31.000 pcs per bulan.
Selain itu, pelaku UMKM ini juga memiliki potensi ekspor ke lebih dari 10 negara lainnya, seperti Kanada, Norwegia, Malaysia, Australia, Belanda, Filipina, Vietnam, Hong Kong, Singapura, Jepang, Swiss, dan Korea Selatan.
Sering Dipandang Sebelah Mata, Padahal Tempe Sudah Go Internasional!
Dukungan Pemerintah dan Tren Global
Pemerintah terus mendorong ekspor produk IKM pangan, termasuk keripik tempe, melalui berbagai program seperti pendampingan dan bimbingan ekspor agar UMKM siap menghadapi pasar internasional.
Lalu, sertifikasi HACCP dan standar keamanan pangan internasional untuk meningkatkan daya saing produk serta restrukturisasi mesin dan peralatan produksi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi juga dilakukan.
Tak hanya itu, pelaku UMKM juga diberikan akses promosi ke pasar global melalui pameran internasional dan kerja sama dagang.
Selain itu, tren global yang mendukung konsumsi makanan nabati dan camilan sehat turut mempercepat penetrasi keripik tempe di pasar internasional.
Ke depan, tantangan utama bagi pelaku usaha adalah memastikan kualitas tetap konsisten, meningkatkan inovasi dalam rasa dan kemasan, serta memperluas jangkauan pemasaran digital.
Jika semua ini terus dikembangkan, bukan tidak mungkin keripik tempe akan menjadi produk ekspor unggulan Indonesia yang semakin menggurita di pasar dunia.
Raja Tempe di Jepang dari Tuban
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News