Artikel ini saya buat sebagai jejak digital dari hasil pengabdian yang telah dilaksanakan selama delapan hari di Desa Cibunar, Sumedang. Kegiatan pengabdian tersebut berlangsung dari tanggal 25 Januari hingga 2 Februari 2025.
Selama kegiatan tersebut, saya terlibat dalam berbagai aktivitas yang sangat bermanfaat, baik bagi masyarakat setempat maupun bagi pengembangan diri saya sendiri. Pengalaman yang diperoleh selama kegiatan pengabdian ini sangat berharga. Sebab, selain dapat memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat, saya juga belajar banyak tentang budaya lokal dan cara hidup mereka yang sederhana namun penuh kebersamaan.
Oleh karena itu, saya merasa bahwa pengalaman dan kesan yang diperoleh selama kegiatan tersebut terlalu unik untuk tidak dituliskan dalam suatu media.
Mengingat pentingnya dokumentasi pengalaman ini, saya berusaha untuk mendokumentasikan dan membagikan cerita serta pembelajaran yang saya dapatkan melalui artikel ini. Melalui tulisan ini, saya berharap dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan, sekaligus menginspirasi orang lain untuk turut berkontribusi dalam kegiatan serupa.
Selain itu, artikel ini juga diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi saya pribadi dan pihak lain yang terlibat, agar kegiatan pengabdian yang dilakukan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar lagi.
Desa Cibunar merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumedang, yang memiliki keberagaman adat istiadat. Keberagaman tersebut tidak hanya terlihat dari berbagai macam tradisi, tetapi juga dari cara masyarakatnya menjalankan kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa KKN IAIN Langsa Pelajari Pembutan Ikan Asin Tradisional dengan Nelayan Pulau Sembilan
Selain itu, adat istiadat yang ada di desa ini masih sangat kental di kalangan masyarakat, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kesenian-kesenian yang dianggap sakral dan harus ada di setiap acara, baik itu acara adat, pernikahan, maupun acara penting lainnya.
Kesenian-kesenian ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sebagai sarana pelestarian budaya.
Di antara kesenian-kesenian tersebut, Tarawangsa menjadi salah satu yang paling ikonik di Desa Cibunar. Tarawangsa sering kali dipentaskan dalam berbagai acara adat dan dianggap sebagai simbol penting dalam kehidupan masyarakat setempat.
Selain itu, kesenian lainnya yang juga populer di desa ini adalah reak, singa depok, dan masih banyak lagi. Kesenian-kesenian ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga sering menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya dan tradisi yang ada di Desa Cibunar.
Dengan demikian, keberagaman kesenian ini menjadi salah satu kekayaan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan oleh generasi mendatang.
Selama pengabdian di Desa Cibunar, saya berkesempatan untuk menyaksikan beberapa acara yang melibatkan kesenian reak dan tarawangsa. Salah satu acara yang saya hadiri adalah peringatan Isra Mikraj, yang kebetulan sedang berlangsung saat saya berada di sana.
Karena itu, saya ikut andil dalam proses perancangannya, termasuk membantu memasak dan turut serta dalam persiapan acara. Sebagai imbalannya, saya diberikan makanan, yang menunjukkan betapa baiknya masyarakat setempat dalam menyambut tamu dan memperlakukan mereka dengan penuh kehangatan.
Kegiatan tersebut bukan hanya memberikan pengalaman berharga, tetapi juga mengajarkan saya tentang kebersamaan dan rasa gotong royong yang sangat dijunjung tinggi oleh warga desa.
Saya juga ingin sedikit menjelaskan tentang kesenian reak dan tarawangsa yang sangat khas di Desa Cibunar. Kesenian reak merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang mirip dengan kesenian benjang dan kuda lumping, yang melibatkan tarian dengan gerakan-gerakan yang penuh semangat dan energi.
Sementara itu, tarawangsa adalah kesenian yang menggabungkan alat musik kecapi dan rebab, yang dimainkan dengan harmoni untuk mengiringi berbagai acara adat. Kedua kesenian ini selalu hadir dalam setiap acara besar di desa tersebut, sebagai pengiring yang memberikan suasana sakral dan meriah.
Mahasiswa KKN-PPM Kelompok 113 dengan Warga Gampong Lancang Gelar Gotong Royong di Meunasah
Bahkan, setelah melakukan wawancara dengan beberapa warga, saya mengetahui bahwa kesenian tarawangsa sudah dikenal hingga ke luar negeri. Salah satu tokoh masyarakat yang terkenal dengan keterampilan memainkan tarawangsa adalah Abun, yang menjadi salah satu penggerak utama pelestarian kesenian ini.
Selain itu, di Desa Cibunar juga masih terdapat kepercayaan animisme dan dinamisme yang masih dijaga oleh sebagian besar masyarakat setempat. Hal ini terlihat jelas ketika dalam acara-acara tertentu, masyarakat masih membakar kemenyan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka.
Kepercayaan tersebut juga tercermin dari keyakinan masyarakat terhadap benda-benda yang dianggap keramat atau sakral, yang diyakini dapat memberikan keberuntungan bagi desa tersebut. Salah satu contohnya adalah adanya sebuah situ di desa itu, yang ketika saya mengunjunginya, saya mendapati bahwa situ tersebut menjadi satu-satunya sumber mata air bagi desa.
Air dari situ ini dialirkan ke persawahan sebagai sumber irigasi dan juga ke pacilingan, tempat mandi masyarakat setempat yang berada di sawah. Dengan demikian, situ tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Desa Cibunar.
Namun, yang menarik adalah kenyataan bahwa situ ini memiliki pemilik, yakni Aben, yang saya sempat wawancarai. Menurut beliau, situ ini dianggap sakral oleh masyarakat karena diyakini dapat memberikan keberuntungan.
Banyak warga yang datang untuk mengambil air dari situ, dengan tujuan tertentu seperti mencari jodoh atau mendapatkan kekayaan. Salah satu cara yang dipercaya adalah dengan mandi tujuh kembang menggunakan air dari situ tersebut.
Selain itu, situ tersebut juga dikenal karena adanya ular besar dan biawak yang diyakini hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu dan hanya muncul dalam keadaan-keadaan khusus.
Kepercayaan ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara masyarakat Desa Cibunar dengan alam dan warisan leluhur mereka, yang terus dipelihara hingga saat ini.
Secara keseluruhan, pengalaman pengabdian yang saya lakukan di Desa Cibunar memberikan pemahaman yang mendalam tentang kekayaan budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada di desa tersebut.
Melalui berbagai kegiatan, saya tidak hanya dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, tetapi juga belajar banyak tentang adat istiadat yang masih dijaga hingga sekarang. Kesenian-kesenian tradisional seperti reak dan tarawangsa, serta kepercayaan animisme yang masih ada, memperlihatkan betapa eratnya hubungan antara masyarakat dengan warisan budaya mereka.
Selain itu, kepercayaan terhadap benda-benda sakral dan keberadaan situ sebagai sumber kehidupan menjadi simbol penting dari rasa syukur dan penghormatan mereka terhadap alam dan leluhur. Pengalaman ini mengingatkan kita tentang pentingnya melestarikan budaya lokal serta menghargai tradisi yang telah turun-temurun diwariskan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News