Kawan GNFI pernah membayangkan tidak, dunia di mana energi tak lagi bergantung pada bahan bakar fosil? Tiongkok tampaknya sudah memikirkan itu jauh sebelum kita.
Negara ini sedang menggelontorkan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan (R&D) teknologi energi terbarukan, seperti panel surya ultra-efisien dan turbin angin lepas pantai generasi terbaru.
Dengan langkah ini, Tiongkok berusaha memenuhi kebutuhan energinya sendiri dan juga memperkuat posisinya di pasar global sebagai eksportir utama teknologi energi hijau.
Investasi RRT dalam Energi Terbarukan
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan energi terbarukan.
Pada tahun 2024 saja, investasi Tiongkok dalam energi baru terbarukan mencapai sekitar US$12 miliar.
Negara ini kini dikenal sebagai produsen utama teknologi photovoltaic (PV), dengan produksi sekitar 820 MW tenaga PV, menjadikannya sebagai pemain besar di industri energi matahari, hanya kalah dari Jepang.
Namun, ambisi Tiongkok tidak berhenti di situ. Negara ini juga ingin menjadi produsen dan eksportir turbin angin terbesar di dunia.
Dengan daratan luas dan pesisir yang panjang, Tiongkok melihat potensi besar dalam energi angin, terutama di area lepas pantai yang memiliki kecepatan angin tinggi dan stabil.
Peran R&D dalam Pengembangan Teknologi
Mengapa R&D penting dalam industri energi terbarukan? Sederhana, tanpa penelitian dan pengembangan yang terus-menerus, teknologi ini akan stagnan dan sulit berkembang.
Melalui investasi besar dalam R&D, Tiongkok dapat meningkatkan efisiensi teknologi energi terbarukan sekaligus menekan biaya produksi, sehingga energi bersih ini bisa lebih kompetitif di pasar global.
Beberapa inovasi menarik yang sedang dikembangkan meliputi:
- Panel surya ultra-efisien yang dapat menyerap lebih banyak energi matahari dengan ukuran lebih kecil dan harga lebih murah.
- Baterai penyimpanan daya canggih yang memungkinkan energi matahari dan angin bisa digunakan lebih stabil dan andal.
- Turbin angin generasi terbaru yang mampu menghasilkan daya lebih besar dengan desain lebih aerodinamis dan tahan lama.
Dengan inovasi-inovasi ini, investasi di bidang energi terbarukan menjadi semakin menarik bagi negara lain yang ingin beralih ke energi hijau.
Ekspor Teknologi Energi Terbarukan
Berkat keunggulan teknologi dan efisiensi produksinya, Tiongkok kini menjadi pemain utama dalam ekspor teknologi energi terbarukan.
Dengan harga yang lebih kompetitif, permintaan akan teknologi ini pun meningkat, termasuk dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Indonesia kini misalnya, sedang mengincar kerja sama dengan Tiongkok untuk investasi di sektor energi terbarukan.
Langkah ini dilakukan guna mencapai target ambisius Indonesia, yaitu menggunakan 23% energi terbarukan pada tahun 2025.
Dengan menggandeng Tiongkok, Indonesia berharap dapat mempercepat transisi energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Dampak Global: Masa Depan yang Lebih Hijau?
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), Tiongkok diperkirakan akan menyumbang hampir 60% dari kapasitas energi terbarukan baru di dunia pada tahun 2028.
Ini adalah angka yang sangat besar dan menunjukkan betapa dominannya peran Tiongkok dalam mendorong penggunaan energi bersih di skala global.
Keunggulan Tiongkok dalam R&D, produksi massal, dan efisiensi biaya menjadikannya pemain kunci dalam revolusi energi hijau dunia.
Namun, pertanyaannya sekarang, apakah negara-negara lain bisa mengejar dan ikut berinovasi, atau justru akan bergantung pada teknologi Tiongkok?
Tiongkok dan Dominasi Energi Masa Depan
Investasi besar dalam R&D teknologi energi terbarukan telah membawa Tiongkok ke level baru sebagai pemimpin industri ini.
Tidak hanya berhasil memenuhi kebutuhan energinya sendiri, Tiongkok juga semakin kuat sebagai eksportir utama teknologi energi hijau.
Dengan perkembangan ini, dunia sedang menyaksikan perubahan besar dalam industri energi global.
Tiongkok, dengan segala inovasinya, sedang membentuk masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Apakah ini awal dari era baru energi bersih, atau justru langkah dominasi baru dalam geopolitik energi? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News