Bogor Street Festival (BSF) yang digelar di kawasan Surya Kencana menjadi salah satu perayaan Cap Go Meh yang paling meriah dan dinantikan oleh masyarakat.
Tahun Baru Imlek Cap Go Meh, secara harfiah berarti "malam kelima belas" yang dalam dialek Hokkien, merupakan perayaan yang menandai puncak dari rangkaian Tahun Baru Imlek.
Perayaan penutup Imlek ini dirayakan dengan festival meriah di berbagai negara, seperti pertunjukan barongsai, atraksi wushu, dan pemasangan lampion.
Di Indonesia, Acara ini juga dilaksanakan dengan kirab budaya, arak-arakan, dan pesta kuliner khas Tionghoa.
Cap Go Meh melambangkan berakhirnya masa perayaan Imlek dengan berbagai tradisi dan ritual yang sarat makna. Pada tahun 2025 ini, Cap Go Meh jatuh pada tanggal 12 Februari.
Sejarah BSF, Perayaan Cap Go Meh di Surya Kencana Bogor
Cap Go Meh diperkenalkan pertama kali pada 2000 tahun yang lalu. Kaisar Han Mingdi, yang mendukung ajaran Buddha, melihat para biksu menyalakan lentera di kuil sebagai bentuk penghormatan kepada Buddha pada malam ke-15 bulan pertama dalam kalender lunar.
Awalnya, tradisi ini hanya dilakukan di lingkungan istana. Namun, seiring waktu, kebiasaan tersebut menyebar ke masyarakat luas dan menjadi bagian dari perayaan yang lebih besar.
Tradisi Cap Go Meh di Kota Bogor ini tidak hanya dinikmati oleh etnis Tionghoa saja, tetapi masyarakat setempat juga menerimanya sebagai pesta budaya.
Berikut sejarah BSF sebagai perayaan Cap Go Meh di Surya Kencana, Kota Bogor, dari masa ke masa, yang dikutip dari pojoksatu.id.
Cap Go Meh Tahun 1800-1930
Perayaan Cap Go Meh mulai digelar dengan meriah sejak komunitas Tionghoa di Buitenzorg (nama lama Bogor) yang mendirikan Klenteng Hok Tek Bio sekitar tahun 1800-an.
Bahkan pada tahun 1930-an, arak-arakan Tapekong dan Ceng Ge bahkan pernah masuk ke dalam Istana Gubernur Jenderal Belanda, menunjukkan penerimaan dan integrasi budaya Tionghoa dalam masyarakat setempat.
Cap go Meh 1954, Diperkenankan Masuk Istana Bogor
Atas undangan Presiden Soekarno pada 1954, perayaan Cap Go Meh untuk pertama kalinya diadakan di dalam Istana Bogor. Ini menjadi momen bersejarah yang menunjukkan pengakuan dan apresiasi terhadap budaya Tionghoa di Indonesia.
Cap Go Meh 2002, Aksi Pengakuan Masyarakat Tionghoa
Perayaan Imlek pa tahun 2002 mulai diperkenankan, dan perayaan Cap go Meh juga mulai diizinkan tampil pada ruang publik.
Hal ini sejalan dengan pengakuan masyarakat Tionghoa sebagai salah satu suku bangsa Indonesia oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Cap Go Meh 2003-2004
Pada 2003, Vihara Dhanagun memulai revitalisasi Cap Go Meh di Bogor, yang kemudian berkembang menjadi pesta rakyat. Tradisi gotong Toapekong kembali diperlihatkan dan mendapat sambutan meriah dari masyarakat.
Namun, pada 2004, perayaan ini mengalami penyusutan akibat situasi politik yang belum stabil, dengan pemilu dan pergantian presiden memengaruhi skala acara. Dalam masa transisi tersebut, perbedaan kepemimpinan membawa aturan baru, sehingga Cap Go Meh di Kota Bogor masih menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada.
Cap Go Meh 2005, Sebagai Aksi Solidaritas
Cap Go Meh tahun 2005 ditiadakan karena gempa dan tsunami yang mengguncang Aceh (26/12/2004), yang menelan ribuan korban. Etnis Tionghoa mulai menggalang dana dan memilih untuk mendukung pemulihan Aceh, sebagai perayaan Cap Go Meh dan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama.
Cap Go Meh 2006-2009
Cap Go Meh kembali digelar di Kota Bogor pada 2006 dengan konsep arak-arakan liong dan barongsai, meski saat itu masih kurang mendapat perhatian wisatawan dan media.
Pada 2007, momen penting dengan diraihnya penghargaan MURI atas jumlah liong dan barong terbanyak, serta munculnya gagasan "Street Festival" sebagai hiburan rakyat.
Dengan rute sepanjang 1,5 km dari Vihara Dhanagun hingga Batutulis, acara semakin tertib dan menjadi bagian dari agenda resmi Kota Bogor.
Puncaknya, pada 2009, Cap Go Meh menarik sekitar 120 ribu pengunjung dan diikuti arak-arakan joli dari berbagai daerah, yang mengusung tema “Dari Bogor Bersatu Dalam Ragam Budaya.”
Cap Go Meh 2010-2020
Liong sepanjang 50 meter dari Kelompok Naga Merah Putih meraih rekor MURI, Bogor Street Festival 2010. Sementara, tahun 2011, festival mulai merangkul sanggar budaya lokal, dan untuk pertama kalinya.
BSF CGM 2019 dihadiri tokoh lintas agama dan pejabat tinggi negara, menegaskan bahwa festival ini menjadi wajah toleransi dan kebhinekaan di Jawa Barat.
Pada 2020, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio hadir bersama Gubernur Ridwan Kamil dan Wali Kota Bogor Bima Arya, menandai 19 tahun perjalanan Cap Go Meh Street Festival sebagai ajang budaya dan pemersatu bangsa.
Cap Go Meh pada Masa Covid-19 (2021-2022)
Pandemi Covid-19 memaksa perayaan dilakukan secara sederhana dengan protokol kesehatan ketat, bahkan beberapa acara dilakukan secara virtual untuk menjaga tradisi tetap hidup.
Panitia hanya menghias gerbang Jalan Suryakencana dan Vihara Dhanagung untuk menunjukkan kesan Imlek dan Cap Go Meh.
Kemudian, pada tahun 2022 Cap Go Meh mulai digelar dengan protokol kesehatan ketat di wilayah Vihara Dhanagun.
Cap Go Meh 2023-2024
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, mengungkapkan kebanggaannya terhadap Bogor Street Festival Cap Go Meh yang merangkum kearifan lokal sebagai bagian dari perayaan budaya, saat menghadiri BSF tahun 2023.
Namun, pada tahun 2024, acara ini tidak diselenggarakan karena bertepatan dengan Pemilu, sebagaimana disampaikan Kepala Disparbud Kota Bogor, Iceu Pujiati, saat meluncurkan Calender of Event (CoE) 2024.
Cap Go Meh 2025
Pesta akbar ini akan berlangsung di sepanjang Jalan Suryakencana hingga Jalan Siliwangi pada 12 Februari 2025. Sebanyak 18 Kelompok Rangkaian Joli akan tampil dalam perayaan CGM 2025. Pertunjukan ini akan menghadirkan beragam atraksi, mulai dari Barong Gie Say, Payung Kongco, hingga deretan lampion yang memperindah suasana.
Cap Go Meh Bogor Menjadi Ajang Pemersatu Bangsa Indonesia
CGM di Bogor tidak hanya menjadi ajang bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga menjadi pesta budaya yang dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Berbagai atraksi budaya Nusantara seperti ondel-ondel Betawi, reog Ponorogo, angklung Banyumasan, dan menong Purwakarta turut memeriahkan acara ini, menunjukkan keragaman budaya Indonesia yang harmonis.
Yuk, Kawan, jangan lupa hadir dan mengikuti kemeriahan Bogor Street Festival Cap Go meh 2025!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News