Legenda Keramat Riak merupakan salah satu cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Bengkulu. Legenda ini berkisah tentang sebuah makam yang diyakini merupakan tempat disemayamkannya seorang kakek dengan kemampuan sakti di masa lalu.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda Keramat Riak tersebut?
Legenda Keramat Riak
Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu dikisahkan terdapat seorang kakek yang membawa sebuah jala. Pada suatu siang, kakek ini memutuskan beristirahat di depan istana sambil membawa jala dengan pemberat emas.
Saat beristirahat, sang kakek juga menumpang untuk melaksanakan salat. Pada saat sang kakek sedang salat, kedua penjaga kemudian mendekati jala emas tersebut dan memperhatikannya.
Kedua penjaga ini kemudian mencoba mengangkat jala emas tersebut. Namun mereka tidak bisa mengangkat jala yang dimiliki oleh sang kakek.
Para penjaga ini kemudian melaporkan hal ini ke dalam istana. Di sana mereka menceritakan tentang keberadaan jala emas ini kepada Raja Riak Bakau.
Sang raja kemudian keluar untuk melihat jala emas milik sang kakek. Raja Riak Bakau kemudian meminta sang kakek untuk memberikan jala emas tersebut kepada dirinya.
Namun sang kakek meminta maaf dan menolak memberikan jala emas tersebut. Penolakan ini tentu membuat sang raja menjadi murka.
Raja Riak Bakau kemudian menantang sang kakek untuk adu ayam dengan dirinya. Jika sang kakek berhasil mengalahkannya, maka seluruh harta dan kekuasaan raja akan menjadi miliknya.
Sebaliknya jika sang kakek kalah, maka jala emas tersebut akan menjadi milik Raja Riak Bakau. Akhirnya sang kakek menyetujui tantangan yang diberikan oleh Raja Riak Bakau.
Hari pertandingan adu ayam pun tiba. Sang kakek juga datang ke lokasi dengan ayam jagoannya.
Proses sabung ayam akhirnya dimulai. Pada awalnya ayam milik Raja Riak Bakau berhasil menguasai pertarungan.
Akan tetapi situasi ini tidak bertahan dalam waktu lama. Selang beberapa saat ayam milik Raja Riak Bakau terlihat mulai kelelahan.
Ayam sang kakek kemudian balik menyerang. Dengan sekali tendangan, ayam milik Raja Riak Bakau jatuh tersungkur dan tidak bisa melanjutkan pertarungan.
Raja Riak Bakau tidak terima dengan hasil tersebut. Dirinya kembali menantang sang kakek untuk adu ayam dengan dirinya.
Namun sang kakek menolak ajakan Raja Riak Bakau dan meminta izin untuk salat terlebih dahulu sebelum melanjutkan pertarungan. Pada saat sang kakek sedang salat, diam-diam Raja Riak Bakau langsung menancapkan keris ke dirinya.
Sang kakek tetap melanjutkan salatnya hingga usai. Setelah mengucapkan salam, sang kakek kemudian mengambil sebuah lidi dan menancapkannya ke empas sudut istana.
Setelah itu, sang kakek pergi dari negeri tersebut dengan sisa tenaganya. Melihat hal ini, Raja Riak Bakau kemudian menyuruh pengawalnya untuk mencabut lidi-lidi tersebut.
Tiba-tiba muncul air yang mengalir dengan deras ketika lidi tersebut dicabut. Air ini kemudian membanjiri istana dan negeri itu dengan cepatnya.
Raja Riak Bakau beserta pengawalnya berusaha memanjat pohon yang tinggi. Namun tidak lama kemudian, langit tiba-tiba berubah menjadi kelam.
Sang raja beserta pengikutnya tiba-tiba berubah menjadi kera. Sejak saat itu, negeri tersebut berubah menjadi hutan rimba yang ditinggali oleh kawanan kera.
Bertahun-tahun kemudian, datang sebuah kapal dari Cina yang mendatangi daerah tersebut. Konon kabarnya kapal ini merupakan pedagang yang pernah dibantu sang kakek dulunya.
Para pedagang ini kemudian membuat sebuah makam di negeri tersebut seperti pesan sang kakek. Pada nisan makam tersebut tertulis nama Syekh Abdullatif.
Nama tersebut diyakini merujuk kepada kakek sakti tersebut. Oleh masyarakat setempat, makam ini kemudian dikenal dengan nama Keramat Riak.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News