sumbu filosofi yogyakarta perpaduan unik sejarah dan budaya - News | Good News From Indonesia 2025

Sumbu Filosofi Yogyakarta, Perpaduan Unik Sejarah dan Budaya

Sumbu Filosofi Yogyakarta, Perpaduan Unik Sejarah dan Budaya
images info

Sebagai negara yang diberkahi keindahan alam dan kekayaan budaya melimpah, Indonesia mempunyai beragam potensi pariwisata menarik. Daya tarik itu tidak hanya ada pada ragam destinasi, tapi juga ragam perpaduan unsur yang terdapat di dalamnya.

Salah satu destinasi wisata yang menarik, karena mempunyai paduan sejarah dan budaya berada di Yogyakarta, yakni Sumbu Filosofi. Sumbu Filosofi adalah bentangan garis lurus, yang meliputi Tugu Jogja atau Tugu Pal Putih, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga Panggung Krapyak.

Jika dilihat berdasarkan cakupan wilayahnya, Sumbu Filosofi berbeda dengan Garis Imajiner, yang terbentang dari Gunung Merapi hingga Pantai Parangkusumo. Nama Garis Imajiner memang lebih familiar (di tingkat nasional) dibandingkan Sumbu Filosofi, tapi ada satu perpaduan menarik, antara budaya dan sejarah, di dalam area Sumbu Filosofi, yang bahkan membuatnya diakui sebagai warisan dunia. 

Sapta Pesona, Potret Transformasi ala Pariwisata Indonesia

Dari segi budaya, Sumbu Filosofi secara umum menggambarkan pemahaman tentang "Sangkan Paraning Dumadi", sebuah kalimat frasa filosofis dalam bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti "asal-usul dan tujuan akhir kehidupan manusia".

Gambaran ini jelas berbeda dengan Garis Imajiner, yang secara cakupan wilayah lebih luas. Garis Imajiner sendiri secara umum melambangkan "Memayu Hayuning Bawana", dan "Manunggaling Kawula Gusti". Jika digabung dan diinterpretasikan ke dalam bahasa Indonesia, dua frasa filosofis dalam bahasa Jawa ini kurang lebih berarti "hubungan selaras dan seimbang antara manusia dengan sesama, alam, dan Tuhan".

Secara teknis, khususnya dari sudut pandang tata kota, Sumbu Filosofi adalah desain tata kota paling awal di Yogyakarta, yang sudah eksis sejak tahun 1756, atau lebih dari 250 tahun silam. Uniknya, kawasan Sumbu Filosofi juga mempunyai beragam jejak sejarah, berupa bangunan klasik dan "jejak interaksi linguistik" dalam bentuk penamaan tempat atau objek tertentu. 

Sebagai contoh, di kawasan Malioboro, kota Yogyakarta, terdapat dua "landmark", yang biasa dikenal dengan nama "Kretek Kewek" (Jembatan Kewek) dan "Babon ANIEM". Jembatan Kewek menghubungkan kawasan Malioboro dan Kotabaru, sementara Babon ANIEM adalah gardu induk listrik peninggalan era kolonial Belanda. 

Ternyata, penamaan ini berawal dari sebutan dalam bahasa Belanda untuk Kerkweg (sebutan untuk jalan atau jembatan penghubung menuju gereja) dan akronim dari Algemene Nederlandsch Indische Electrisch Maatscapij (ANIEM - PLN di era kolonial Belanda). Kata "babon" (bahasa Jawa, bahasa Indonesia: induk) sendiri merujuk pada "gardu induk".

Kilas Balik 2024: Momen Spesial di Desa Wisata Pulesari

Jika melihat jejak penamaannya, terdapat sebuah "penyederhanaan" sekaligus akulturasi, yang dalam prosesnya menjadi nama resmi di era modern. Di Indonesia, jejak penamaan ini antara lain terlihat juga pada nama daerah Bancoolen dan Buitenzorg, yang di era kekinian dikenal sebagai Bengkulu dan Bogor. 

Dengan jejak sejarah dan budaya yang berpadu secara unik sejak lama, wajar kalau Sumbu Filosofi diusulkan ke UNESCO menjadi Warisan Dunia, sebelum akhirnya ditetapkan dalam sidang UNESCO di Riyadh (Arab Saudi) sebagai Situs Warisan Dunia Sidang UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, pada tahun 2023 silam. 

Berkat status istimewa ini, potensi pariwisata Yogyakarta yang sudah dikenal luas di Indonesia, punya kesempatan "naik kelas" ke level berikutnya, karena sudah mendapat pengakuan internasional. Dari Sumbu Filosofi, kita juga melihat bersama, kearifan lokal pun bisa "go international", selama dikelola dengan serius. 

Di sisi lain, Sumbu Filosofi yang menjadi Warisan Dunia juga menampilkan paduan harmonis antara sejarah, budaya, dan masyarakat, yang sudah berjalan sejak lama. Inilah satu warisan spesial dari masa lalu, untuk masa kini dan masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.