Di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, industri manufaktur Indonesia terus menunjukkan ketangguhan dan inovasinya.
Data terbaru dari Kemenperin mengungkapkan sektor industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,75 persen sepanjang tahun 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 4,69 persen di tahun sebelumnya.
Seiring dengan pertumbuhan positif tersebut, sektor manufaktur juga tetap menjadi penyumbang utama terhadap kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Di triwulan IV 2024, sektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,89 persen, menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya dan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 yang hanya mencapai 4,49 persen.
Hal ini memberikan sinyal optimisme bagi para pelaku industri, meskipun di tengah gejolak ekonomi dan politik global.
Industri Manufaktur Terus Melesat! Jadi Kunci Utama Surplus Perdagangan Indonesia
Dukungan Kebijakan dan Optimisme Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menegaskan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan sektor ini.
“Selama ini sektor industri manufaktur terbukti berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, daya saing, dan keberlanjutan sektor manufaktur," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi.
Kebijakan strategis tersebut mencakup perpanjangan program HGBT untuk industri dan kebijakan relaksasi impor produk jadi, yang diyakini dapat menjaga pasar domestik serta mendorong penggunaan produk lokal.
Langkah-langkah tersebut diharapkan tidak hanya mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dengan target ambisius mencapai 8 persen, tetapi juga memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
Kekuatan dari Inovasi dan Diversifikasi Produk
Pertumbuhan industri manufaktur tidak lepas dari diversifikasi produk dan peningkatan inovasi.
Di antara subsektor yang menunjukkan kinerja gemilang, industri logam dasar mencatat pertumbuhan luar biasa sebesar 13,34 persen, didorong oleh peningkatan permintaan pasar ekspor.
Sementara itu, sektor industri makanan dan minuman tumbuh 5,90 persen, berkat permintaan domestik yang stabil serta minat dari pasar luar negeri.
Tidak hanya itu, subsektor yang memproduksi barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,16 persen.
Permintaan dari luar negeri atas komponen elektronik dan peralatan listrik turut memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan sektor ini.
Inflasi Indonesia Diprediksi Menurun, Apakah Daya Beli Makin Stabil?
Investasi dan Ekspor: Pendorong Ekonomi Masa Depan
Dukungan investasi juga menjadi salah satu pilar utama dalam mengakselerasi pertumbuhan industri manufaktur. Realisasi investasi di sektor ini sepanjang tahun 2024 mencapai Rp721,3 triliun, menyumbang 42,1 persen dari total investasi nasional.
Angka tersebut menunjukkan lonjakan yang signifikan dibandingkan dengan realisasi Rp596,3 triliun di tahun sebelumnya, sekaligus menegaskan kepercayaan investor terhadap potensi jangka panjang industri manufaktur.
Nilai ekspor juga menjadi cermin keberhasilan sektor ini. Industri pengolahan nonmigas mencatatkan nilai ekspor mencapai USD196,54 miliar, yang menyumbang 74,25 persen dari total nilai ekspor nasional sebesar USD264,70 miliar.
Peningkatan ekspor sebesar 5,33 persen dari tahun 2023 semakin menunjukkan bahwa produk-produk buatan Indonesia semakin diminati di pasar global.
“Melalui kebijakan dan stimulus yang dapat merangsang para pelaku industri kita untuk lebih bergeliat dalam menjalankan usahanya, kami pun optimistis bahwa target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen akan dapat tercapai," ujar Agus.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News