Terkadang kita dapat menilai kelas sosial seseorang hanya dari bentuk rumahnya saja. Sebagai contoh, rumah adat joglo pada zaman dahulu hanya dimiliki oleh orang terpandang atau bangsawan.
Menariknya, tidak semua rumah joglo memiliki pendopo. Dalam hal ini, pendopo rumah joglo juga dapat menunjukkan kelas sosial pemiliknya. Yuk, cari tahu!
Rumah Joglo
Joglo adalah rumah adat daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Kata joglo berasal dari gabungan kata tajug yang berarti ‘gunung’ dan loro yang berarti ‘dua’. Frasa tajug loro ini merujuk pada bentuk atap joglo yang menyerupai dua gunung.
Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, rumah joglo berbentuk persegi panjang dan memiliki empat tiang di bagian tengah yang bernama saka guru. Selain itu, terdapat tiga tiang lain yang berfungsi sebagai penopang.
Setidaknya terdapat tujuh macam atap joglo yang termuat dalam naskah-naskah arsitektur Jawa kuno, yaitu kepuhan, pangrawit, trajumas, wantah, ceblokan, tawon boni, dan semar tinandhu.
Baca juga: Mengenal Ragam Hias Rumah Joglo
Identik dengan Kalangan Atas
Pada zaman dahulu, tidak sembarang orang dapat membangun rumah joglo. Rumah ini merupakan hunian ekslusif bagi kalangan bangsawan atau orang terpandang. Dari segi arsitektur, menjulangnya atap joglo mencerminkan hubungan spiritual kepada Tuhan yang berkaitan dengan kaum priyayi. Selain itu, rumah joglo yang kayunya merupakan kayu jati jelas menunjukkan kekayaan material pemilik rumah.
Baca juga: Ada Joglo di Tengah-tengah Eropa
Pendopo Rumah Joglo
Rumah joglo berbentuk persegi panjang dengan bagian-bagian rumah yang memiliki fungsi berbeda. Selain bangunan utama, umumnya terdapat bagian rumah joglo yang terpisah. Bagian ini sering disebut pendopo.
Berbeda dengan bentuk rumah, pendopo tidak memiliki dinding sehingga tampak sebagai ruang terbuka. Dalam hal penerangan, pendopo rumah joglo biasanya dilengkapi dengan lampu gantung yang dipasang di tengah. Adapun arsitektur dan ornamen pendopo menyebabkan bagunan ini terkesan antik dan mewah.
Fungsi Pendopo
Meskipun termasuk bagian rumah joglo, pendopo tidak difungsikan untuk kegiatan pribadi, misalnya tidur atau bersantai. Fungsi utama pendopo adalah sebagai tempat menyambut dan menjamu tamu yang sengaja dipisahkan agar orang asing tidak masuk ke rumah utama.
Selain itu, pendopo berfungsi sebagai tempat musyawarah tokoh masyarakat. Pendopo juga dapat menjadi panggung pagelaran seni, misalnya pagelaran wayang kulit dan gamelan. Bahkan, pendopo dapat difungsikan sebagai tempat resepsi pernikahan.
Fungsi pendopo berkaitan dengan filosofinya. Pendopo menggambarkan nilai-nilai keramahan, kesopanan, dan keterbukaan masyarakat jawa dalam menyambut tamu.
Menandakan Kelas Sosial Pemiliknya
Tidak semua rumah joglo mempunyai bangunan pendopo. Jika ada pendopo yang luas dan megah di depan rumah joglo, maka kemungkinan besar pemiliknya merupakan orang yang sangat berpengaruh di masyarakat, misalnya pemuka adat. Karena status tersebut, pemilik pendopo biasanya menjadi tuan rumah dari berbagai acara besar.
Pendopo yang dibangun di depan rumah joglo juga menandakan kepemilikan atas tanah yang luas. Belum lagi jika konstruksi pendopo terbuat dari kayu jati. Sebagaimana yang kita tahu, kayu jati terkenal dengan keawetan dan nilai estetikanya yang tinggi. Dengan kualitas tersebut, harga kayu jati terbilang fantastis.
Selain dari mahalnya konstruksi pendopo dari kayu jati, ukiran-ukiran yang terdapat di pendopo juga tidak murah. Pemilik pendopo biasanya cukup menaruh perhatian pada filosofi dan kerumitan ukiran untuk kepuasan estetika. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat biasa yang cenderung memilih desain sederhana.
Itulah pembahasan singkat mengenai pendopo rumah joglo yang berkaitan dengan kelas sosial pemiliknya. Apakah Kawan GNFI tertarik punya pendopo di rumah?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News