Siapa bilang Rumah Joglo hanya ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta saja? Ternyata, rumah adat yang sudah cukup terkenal seantero Indonesia tersebut juga ada dan diakui sebagai salah satu rumah adat di Jawa Timur. Namanya adalah Rumah Joglo Situbondo yang berasal dari Kabupaten Situbondo.
Tentunya joglo yang satu ini juga berbeda dengan rumah joglo yang berasal dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Selain itu, untuk mengikuti situasi zaman yang semakin modern, Rumah Joglo Situbondo juga telah mengalami perubahan sana-sini agar tetap eksis. Jika Kawan GNFI ingin mengenal lebih jauh tentang Rumah adat ini, simak terus tulisan berikut ini!
Punya Akar Sejarah Sejak Zaman Majapahit
Rumah Joglo Situbondo diperkirakan muncul sejak abad ke-16. Kemunculannya tidak terlepas dari perpindahan keturunan bangsawan Majapahit ke Jawa bagian timur untuk mendirikan tempat tinggal yang baru. Mereka akhirnya sampai ke kaki Gunung Ijen dan mendirikan pemukiman yang dinamakan Situbondo. Daerah itu dipilih karena memiliki sumber air yang melimpah dan tanah yang subur. Bersamaan dengan itu, rumah joglo yang pertama mulai dibangun di sana.
Pada masa Kerajaan Demak, pembangunan Rumah Joglo Situbondo mengalami perkembangan yang pesat. Pada saat itu, raja-raja di Jawa Timur mulai memilih rumah tradisional tersebut sebagai tempat tinggal mereka. Penyebabnya adalah rumah adat ini dianggap memiliki arsitektur yang lebih megah dan tahan lama daripada model rumah yang lain.
Selain memiliki kaitan yang kuat dengan arsitektur Jawa, bangunan joglo ini juga menunjukkan arsitektur gaya Madura. Hal itu menunjukkan bahwa selain dipengaruhi oleh Majapahit, rumah ini juga mendapat pengaruh dari Kerajaan Madura. Dari perpaduan Jawa-Madura itulah muncul ciri yang khas dari joglo yang satu ini.
Ornamen, Tiang, dan Atap yang Berbeda Menjadi Ciri Khasnya
Apa yang menjadikan Rumah Joglo Situbondo tampak indah sekaligus unik adalah banyaknya ornamen yang amat kental dengan pengaruh Madura. Bahkan, di balik ornamen tersebut, terdapat filosofi-filosofi yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat Situbondo.
Misalnya, ada ukiran burung garuda yang menggambarkan kekuasaan, perlindungan, dan kejayaan. Ada pula ukiran gunung yang menggambarkan kekokohan, keteguhan, dan kekuatan. Selain itu, masih ada pula ukiran naga, bunga melati, dan pohon beringin yang menyimpan filosofinya masing-masing.
Untuk bagian strukrur tiang sendiri, tiang penyangga rumah dibuat lebih kokoh dan besar untuk beradaptasi dengan kondisi tanah Situbondo yang sering berlumpur ketika hujan turun. Atap yang dibuat juga cenderung lebih rendah dan melengkung sehingga menampakkan arsitektur yang lebih kompak dan kokoh. Selain itu, bentuk atap tersebut juga menyerupai gunungan dalam pementasan wayang kulit.
Joglo Situbondo di Tengah Perkembangan Zaman
Untuk tidak lenyap di tengah arus perkembangan zaman yang semakin deras, Joglo Situbondo terus melakukan penyesuaian dari tahun ke tahun. Yang menjadikannya patut diapresiasi ialah tetap saja inovasi tersebut tidak menghilangkan kekhasan arsitektural tradisionalnya.
Untuk menyesuaikan dengan gaya hidup modern, desain interior yang semula kaku telah dilonggarkan dengan mengedepankan penataan ruang yang lebih fungsional dan fleksibel. Ada juga penambahan jendela dan perbesaran ukuran pintu untuk meningkatkan kualitas pencahayaan dan menciptakan kondisi yang lebih nyaman.
Teknik kontruksi juga telah ditingkatkan dengan penggunaan material yang lebih kokoh, seperti beton dan baja untuk memperkuat struktur rumah. Sambungan rangka juga lebih kokoh untuk meningkatkan antisipasi adanya gempa atau angin besar. Selain itu, telah ditambahkan juga saluran air, listrik, dan peralatan dapur modern.
Nah, itulah dia keunikan dari Rumah Joglo Situbondo. Tentunya menjadi tugas kita bersama untuk terus melestarikannya di tengah arus perkembangan zaman yang semakin kuat ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News