Pernahkah Kawan mengoleksi dan bertukar kertas binder harvest dengan teman dulu? Aktivitas ini sempat menjadi tren besar ketika surat dan hiasan tulisan tangan masih menjadi bentuk ekspresi diri. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaannya mulai tergantikan oleh media sosial dan aplikasi ponsel pintar. Kini, kertas binder sering dianggap sebagai barang koleksi belaka.
Bukan tanpa alasan, binder sempat menjadi tren populer kala itu karena orang ingin membuat buku catatan secara personal, tetapi dengan desain yang fleksibel dan fungsional. Seiring berjalannya waktu, binder mulai diminati kalangan remaja sampai anak-anak, sehingga muncul berbagai ilustrasi tokoh kartun atau film yang digemari.
Jenis binder beragam. Mulai dari ukuran B5, A6, A5 hingga ukuran custom, yang digemari kala itu memiliki ukuran A5 dengan kertas bergambar karakter populer, mempunyai cover transparan dan memiliki saku plastik untuk menyimpan barang.
Selain itu ada juga kasta kertas binder, hierarki ini tercipta atas popularitas, kualitas, desain dan mereknya. Melansir dari artikel Mojok.co, kertas binder merek Harvest memiliki kasta tertinggi karena relatif lebih mahal, kertasnya tebal, tidak mudah sobek dan memiliki desain menarik, sehingga dianggap komoditas “emas” dalam barter binder.
Kawan GNFI yang tumbuh di era 90an hingga 2000an mungkin tahu, semakin banyak koleksi nya berarti binder menjadi lencana persahabatan unik kala itu. Bak diary keluh kesah, orang hanya akan menunjukan isinya kepada yang dianggap spesial, mirip fitur close friend dalam aplikasi Instagram saat ini, dimana story hanya dibagikan kepada orang-orang tertentu.
Transaksi kertas binder biasanya berlangsung di jam istirahat atau jam kosong. Adapun beberapa berburu kertas binder di toko alat tulis atau menitip ke yang lain. Proses transaksinya bisa dimulai dari janjian, request di awal atau secara spontan.
Orang yang ingin menukar membawa binder dalam map sesuai ukuran kertas lalu memilih kertas yang paling diminati. Jika masing – masing pihak setuju, barulah terjadi pertukaran. Negosiasi ini menjadi momen mepererat pertemanan, sekaligus pamer koleksi kertas.
Melihat beberapa tren 90an yang masih bertahan sampai saat ini, seperti tren fashion ripped jeans, kamera polaroid, film serial klasik, sampai koleksi perangko. Menjadi pertanda kemungkinan suatu saat binder harvest dapat kembali menjadi tren dengan wajah baru. Terutama di kalangan pegiat scrapbook dan jurnal.
Tak perlu jauh-jauh, saat ini Kawan GNFI mungkin masih sering menemui orang yang lebih suka mencatat atau menulis manual menggunakan binder daripada menggunakan aplikasi digital.
Terlepas dari kenyamanan, menulis secara manual terbukti memperkuat ingatan. Studi yang dilakukan oleh psikolog Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer menunjukkan bahwa mencatat dengan tangan lebih efektif dalam membantu mahasiswa memahami serta mengingat materi kuliah dibandingkan dengan mengetik menggunakan laptop.
Kini, meski sudah jarang kita menemui anak yang bertukar kertas binder seperti dulu, beberapa orang masih menyimpan koleksi binder mereka sebagai bentuk kenangan cerita tertentu kepada orang terdekat.
Tradisi bertukar binder ini tidak hanya tentang koleksi, tetapi juga tentang persahabatan dan berbagi cerita dalam bentuk yang sederhana. Apakah Kawan juga menikmati momen nostalgia ini dengan teman Kawan dulu?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News