Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro Universitas Negeri Surabaya (FKMB UNESA) memiliki satu program kerja (proker) rutin yang digelar pada setiap periode kepengurusan, yaitu Diskusi Literasi Ormada atau DILEMA.
Pada tahun ini, acara DILEMA mengusung tema “Pengaruh Quarter Life Crisis pada Mahasiswa dalam Merencanakan Masa Depan”. Kegiatan ini berlangsung di Pendopo Malowopati Bojonegoro pada Sabtu, 25 Januari 2025. Pemantik yang memimpin jalannya diskusi ini yaitu Septin Maisharah K., S.Psi., M.Kes.
Tema yang diangkat pada DILEMA tahun ini merupakan hasil diskusi antara pengurus internal departemen dan ketua pelaksana M. Firhan Alfarizi. Berangkat dari tema ini, pemantik menyampaikan materi yang berjudul “Stop Overthinking Masa Depan”.
Peserta diskusi diajak untuk mengenali apa itu Quarter Life Crisis (QLC) dan cara mengatasi kondisi tersebut. Sebagai pengantar, pemantik memberikan pernyataan, “Berdasarkan penelitian, pada usia awal 20-an orang sering mengalami QLC.”
Baca juga: Tips Menghadapi Quarter Life Crisis Saat Menginjak Usia 20-an
Salah satu gejala seseorang berada pada fase QLC adalah overthinking. Selain itu, kebingungan dalam menentukan karier atau studi, kecemasan finansial, melihat pencapaian orang lain melalui media sosial, dan perasaan kurang terhadap diri sendiri juga termasuk gejala-gejala QLC.
Mahasiswa termasuk kelompok yang rentan mengalami fase ini, seperti mengalami ketidakpastian, stres, dan merasa bingung dalam mengambil langkah selanjutnya. Di samping itu, penyebab seseorang mengalami fase QLC antara lain tekanan sosial dan keluarga, ketidakpastian dunia kerja, pengaruh media sosial, dan kurangnya dukungan psikologis.
Septin Maisharah menambahkan, bahwa mahasiswa yang menjalani perkuliahan dengan program studi atas dasar pilihan orang tua yang tidak sesuai dengan passion yang dimiliki merupakan salah satu ciri-ciri Quarter Life Crisis. Hal ini dikarenakan seseorang berada di dalam situasi terpaksa dan mengalami tekanan. Jika tidak ditangani, seseorang akan merasa minder atau tidak percaya diri.
Baca juga: Isu Quarter Life Crisis di Kalangan Muda
Solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi QLC yaitu kenali diri sendiri (refleksi), jangan berekspektasi terlalu tinggi, membangun sistem dukungan dengan mencari teman satu frekuensi, terapkan mindfulness ataucari metode relaksasi untuk menenangkan diri, dan melalui edukasi seperti mengikuti seminar atau workshop.
Sebagai penutup, pemantik menambahkan, “Tidak apa-apa jika merasa tersesat, saya juga dulu tersesat di psikologi, tapi ternyata membawa berkah yang luar biasa karena itu merupakan bagian dari menemukan jalan yang benar.”
Diskusi berjalan aktif dua arah antara pemantik dengan peserta. Suksesnya kegiatan DILEMA tahun 2025 tidak terlepas dari peran para panitia yang turut andil dalam pelaksanaannya. Setelah sesi penyampaian materi, beberapa peserta mengajukan pertanyaan terkait kondisi yang dialami.
Kegiatan ini dihadiri sekitar 80 peserta yang terdiri dari mahasiswa serta perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan organisasi mahasiswa daerah (ormada) dari Bojonegoro.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa perwakilan dari ormada, acara diskusi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa. Salah satu perwakilan ormada dari Forum Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur Bojonegoro (FORMAVERO Bojonegoro) memberikan kesan terhadap DILEMA 2025.
Menurutnya, “Acaranya keren dan bagus banget. DILEMA ini bagus karena materi yang dibawakan menyangkut dengan kepribadian diri. Temanya juga sangat berkesan apalagi untuk perempuan yang dikit-dikit overthinking dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak. Semoga DILEMA periode berikutnya semakin maju dan sukses terus untuk FKMB UNESA.”
Salah satu perwakilan BEM dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro (STIKES Rajekwesi Bojonegoro) juga memberikan kesan atas pelaksanaan DILEMA 2025. “Menurut kami, DILEMA 2025 kali ini sangat seru. Di mana diskusi yang dilakukan berjalan lancar, mampu membangkitkan rasa ingin tahu pada diri audiens sehingga membuat audiens aktif bertanya. Selain itu, diskusi kali ini mampu membangkitkan emosi atau perasaan para audiens. Kami berharap bisa bertemu lagi di acara DILEMA selanjutnya dan semoga akan lebih seru lagi di acara DILEMA berikutnya,” ujar mahasiswa tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News