Pada zaman sekarang, bertemu hewan di tengah kota Jakarta bisa dibilang sangat mustahil. Tetapi pada zaman Hindia Belanda, Batavia merupakan tempat favorit hewan liar untuk berkeliaran.
Hal ini dijelaskan oleh Sejarawan Adolf Heuken SJ dalam buku berjudul 'Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta pada abad ke-17. Dia menyebut hewan buas seperti macan dan badak masih banyak berkeliaran di hutan-hutan sekitar Jakarta yang dulu bernama Batavia.
Setiap hari masyarakat yang tinggal di Batavia dihantui rasa takut, khususnya takut diterkam oleh harimau. Fenomena warga yang diserang oleh binatang buas dianggap kejadian yang biasa.
"Pada tahun 1692, tiga orang laki-laki yang baru saja tiba dari Eropa hanya sempat menyelamatkan diri dengan memanjat tiang gantungan dekat sebuah kali sebab dari kali itu seekor buaya besar yang lapar mengejar mereka" tulis Heuken.
Berburu macan
Sejarawan Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya: Batas-Batas Pembaratan Jilid 1 (1996) mencatat serangan harimau pernah menimbulkan korban jiwa pada tahun 1659. Ketika itu ada 14 orang yang sedang menebang kayu dekat pusat kota diterkam macan.
Pekerja itu sempat dibawa ke rumah sakit atau pusat medis yang tersedia, tetapi nyawa mereka tidak tertolong. Karena kabar itu, masyarakat Batavia menjadi ketakutan untuk melakukan kegiatan seperti biasa.
Karena telah meresahkan, pejabat VOC lalu membuat kegiatan berburu hewan liar dengan imbalan hadiah uang. Nantinya, hasil tangkapan tersebut akan dipamerkan di lapangan kastil.
Jan Cleijn, menjadi salah satu warga yang menerima upah setelah menangkap harimau betina dan dibawanya ke hadapan pejabat VOC. Uang yang diberikan kepada pemburu bisa mencapai puluhan gulden.
“Kadang-kadang jika pertemuan dengan harimau sangat mengerikan dan ada orang yang membunuh harimau tersebut sangat berani, Gubernur Jenderal dapat menunjukkan penghargaannya dengan memberikan hadiah yang jauh lebih besar,” tulis Sejarawan Peter Boomgard dalam buku berjudul Frontiers of Fears 1600-1950.
Hiburan populer
Dinukil dari VOI yang memuat tulisan dari Sejarawan Hendrik E. Niemeijer dalam buku Batavia: Masyarakat Kolonial Abad XVII (2012) mengungkapkan aktivitas berburu ini jadi hiburan yang populer. Masyarakat dari yang tua hingga muda ikut serta dalam perburuan.
“Hal ini karena mereka bisa mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus. Pertama, hiburan. Kedua, uang jika berhasil membawa buruannya,” paparnya.
Walau sebenarnya berburu harimau bukan urusan mudah. Perlu keterampilan khusus supaya bisa menjaring harimau.
Dalam laporan surat kabar Java Bode pada tahun 1884, daerah Batavia yang masih dihuni harimau adalah Tanah Abang, Mangga Besar, Sunter, Tanjong Priok, dan Kemayoran. Tetapi karena hutan-hutan di Batavia mulai dibabat, harimau dan hewan-hewan buas lainnya mulai menyingkir.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


