Kawan GNFI, Lombok bukan hanya soal pantai indah atau Gunung Rinjani yang megah, loh. Di balik itu semua, pulau ini adalah rumah bagi keragaman budaya yang luar biasa.
Nah, seberapa banyak, sih, yang Kawan ketahui tentang suku dan kepercayaan di Lombok? Mungkin Kawan akan terkejut dengan kisah-kisah yang jarang terdengar tentang mereka.
Mari kita menyelami cerita-cerita unik ini dalam sudut pandang yang segar dan menginspirasi. Siapa tahu, Kawan akan menemukan alasan baru untuk menjelajahi pulau ini lebih dalam.
Suku Sasak
Suku Sasak mendominasi Pulau Lombok yang mencakup sekitar 85% populasi pulau ini, namun apa, sih, yang membuat mereka unik?
Salah satunya adalah tradisi peresean, sebuah seni bela diri menggunakan tongkat dan perisai rotan. Tradisi ini bukan hanya tentang adu kekuatan fisik, melainkan juga simbol keberanian dan penghormatan terhadap leluhur. Peresean adalah warisan nenek moyang suku ini yang mengajarkan kedisiplinan dan kehormatan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain peresean, ada pula tradisi nyongkolan, yaitu prosesi pernikahan yang melibatkan iring-iringan mempelai dengan musik gamelan khas. Ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga cara untuk mempererat hubungan antar warga.
Tradisi unik mereka berikutnya adalah bau nyale, festival mencari cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika sebagai simbol cinta dan pengorbanan. Tradisi ini menunjukan betapa erat hubungan suku Sasak dengan alam dan mitologi.
Nah, apa Kawan tahu bahwa mereka memiliki tradisi pernikahan yang unik bernama merariq? Dalam tradisi ini, mempelai laki-laki biasanya "melarikan" atau “menculik” si mempelai perempuan sebelum melakukan ritual pernikahan. Sebuah praktik yang terlihat kontroversial, namun sebenarnya menjadi bagian dari warisan budaya Sasak yang mendalam. Tradisi merariq ini dijadikan sebagai ajang pembuktian seorang laki-laki yang memiliki keberanian untuk menjadikan seorang perempuan sebagai pasangan sehidup sematinya.
Kebudayaan adalah jaringan makna yang dijalin oleh manusia itu sendiri. Tradisi-tradisi ini adalah cerminan cara Suku Sasak menjaga identitas mereka di tengah modernisasi.
Suku Bali
Siapa sangka, Suku Bali juga memiliki tempat istimewa di Lombok. Mayoritas mereka tinggal di wilayah Cakranegara dan Mataram, membawa serta budaya Hindu Bali yang khas sehingga menambah warna budaya di Lombok. Kompleksitas keberadaan mereka terlihat dari tradisi ngaben (upacara kremasi) yang sering diadakan pada pulau ini.
Mereka dikenal sebagai penyeimbang spiritual di Lombok. Beragam pura seperti Pura Lingsar menjadi bukti nyata keharmonisan antara suku Bali dan Sasak, menjadikannya contoh nyata bagaimana budaya dan agama bisa saling menghormati.
Uniknya juga, di Pura Lingsar, umat Hindu dan Islam Wetu Telu bersama-sama merayakan tradisi perang topat. Tradisi ini adalah ritual lempar-lemparan ketupat yang melambangkan doa untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Tradisi ini juga merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas kesuburan tanah dan cucuran air hujan.
Bayangkan, beragam keyakinan yang berbeda bisa bersatu dengan cara seharmonis ini. Bukankah ini pelajaran yang penting untuk kita semua?
Baca juga: 10 Ungkapan Bahasa Sasak di Lombok yang Harus Kawan Tahu
Suku Samawa
Suku Samawa berasal dari Pulau Sumbawa, tetapi mereka juga banyak menetap di Lombok, terutama di wilayah pesisir. Mereka membawa cerita yang tak kalah menarik, seperti seni sakeco, sebuah kesenian tradisional Suku Samawa yang berupa penyampaian puisi lawas.
Sakeco dimainkan oleh dua orang pria dengan cara melantunkan puisi sambil memukul rebana. Puisi lawas yang ditembangkan dalam sakeco berisi cerita tentang cinta kasih, kepatriotan, perjuangan, dan gotong royong.
Tradisi ini merupakan seni tradisi lisan yang mengandung makna filosofis yang menggambarkan pesan moral, kebaikan, dan rasa cinta kepada Tuhan. Seni sakeco mencerminkan kebijaksanaan lokal dan kecerdasan dalam bermain kata.
Sakeco adalah bentuk hiburan sekaligus cara mendidik generasi muda tentang nilai-nilai etiket dalam masyarakat.
Suku Mbojo
Suku Mbojo berasal dari wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, tetapi memiliki pengaruh yang terasa hingga Pulau Lombok. Mereka dikenal dengan sebutan lain sebagai orang Bima. Komunitas suku Mbojo yang tinggal di Lombok membawa serta warisan budaya mereka, seperti bahasa Bima (nggahi mbojo) dan tradisi seni bela diri yang kaya akan nilai-nilai moral.
Salah satu tradisi khas suku Mbojo adalah mpa'a manca, yaitu seni bela diri tradisional yang biasanya ditampilkan dalam upacara adat atau sebagai hiburan rakyat. Mpa'a manca merupakan salah satu kesenian tradisional yang menampilkan adu ketangkasan para laki-laki menggunakan pedang dalam bentuk seni tari yang dipadu dengan suara sarone (serunai) dan gabuhan gendang.
Mpa'a manca menampilkan dua orang yang adu ketangkasan dengan menggunakan pedang khas manca dengan gaya terlatih agar tidak terluka. Tradisi ini menunjukan betapa pentingnya nilai keberanian dan kedisiplinan dalam budaya mereka.
Budaya suku Mbojo adalah perpaduan antara nilai-nilai lokal dan pengaruh Islam, yang mencerminkan adaptasi tanpa kehilangan identitas asli. Hal ini terlihat dari gaya hidup masyarakat suku Mbojo di Lombok, yang tetap menjaga kearifan lokal sembari berbaur dengan masyarakat sekitar.
Kepercayaan Islam Wetu Telu
Kepercayaan Islam Wetu Telu adalah salah satu kekayaan budaya unik di Lombok. Berbeda dengan Islam pada umumnya, ajaran ini menggabungkan kepercayaan animisme, Hindu-Buddha, dan Islam. Praktiknya mencerminkan bagaimana budaya lokal beradaptasi dengan agama baru tanpa kehilangan identitas asli.
Islam Wetu Telu adalah wujud toleransi dan kebijaksanaan leluhur dalam menerima perbedaan.
Pusat dari Islam Wetu Telu adalah Desa Bayan, di mana Kawan dapat melihat Masjid Kuno Bayan Beleq yang menjadi saksi sejarah perjalanan ajaran ini.
Baca juga: Rute dan Biaya Masuk ke 6 Tempat Wisata di Lombok yang Wajib Kawan Tahu Sebelum Liburan!
Mengapa Keberagaman Ini Begitu Penting?
Lombok adalah miniatur Indonesia, tempat berbagai suku dan kepercayaan hidup berdampingan dengan rukun. Keberagaman ini mengingatkan kita bahwa identitas bangsa tidak dibangun oleh satu kelompok saja, melainkan oleh kontribusi setiap suku dan kepercayaan yang ada.
Apa yang bisa kita pelajari dari cerita suku dan kepercayaan di Lombok? Bahwa perbedaan adalah kekayaan, bukan penghalang. Dalam perjalanan berikutnya ke Lombok, sempatkanlah untuk mengenal lebih dalam budaya dan tradisi mereka. Siapa tahu, Kawan akan menemukan potongan baru dalam kisah Indonesia yang selama ini tersembunyi.
Lombok bukan hanya tentang keindahan alamnya, tetapi juga tentang keserasian manusia yang hidup di dalamnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News