Lumba-lumba, sebagai mamalia laut, memiliki cara yang unik dalam menyusui anaknya. Meskipun hidup di air, lumba-lumba tetap mempertahankan karakteristik mamalia, termasuk memiliki kelenjar susu untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada anaknya.
Proses menyusui pada lumba-lumba tidak hanya menarik dari segi biologis, tetapi juga menunjukkan adaptasi evolusioner yang luar biasa terhadap kehidupan di lingkungan akuatik.
Sistem Kelenjar Susu pada Lumba-Lumba
Seperti mamalia lainnya, lumba-lumba betina memiliki kelenjar susu yang terletak di daerah perut. Kelenjar susu ini menghasilkan ASI yang kaya nutrisi, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak lumba-lumba.
Namun, berbeda dengan mamalia darat, lumba-lumba tidak memiliki puting susu yang menonjol. Sebaliknya, kelenjar susu lumba-lumba dilengkapi dengan celah kecil yang tersembunyi di lipatan kulit di area genital.
Ketika anak lumba-lumba ingin menyusu, ia akan merangsang area tersebut dengan mulutnya, menyebabkan ASI mengalir keluar.
ASI lumba-lumba memiliki kandungan lemak dan protein yang sangat tinggi, sekitar 30-50% lemak, jauh lebih tinggi dibandingkan ASI manusia yang hanya mengandung sekitar 4% lemak.
Kandungan nutrisi ini sangat penting untuk membantu anak lumba-lumba tumbuh dengan cepat dan membangun lapisan lemak (blubber) yang diperlukan untuk bertahan di perairan dingin.
Mekanisme Penyusuan di Air
Proses menyusui pada lumba-lumba terjadi di dalam air, yang menambah tantangan tersendiri. Anak lumba-lumba tidak dapat menghisap ASI seperti mamalia darat karena risiko menghirup air laut. Sebagai gantinya, lumba-lumba mengembangkan mekanisme khusus.
Anak lumba-lumba akan menempelkan mulutnya ke celah kelenjar susu induknya, dan induk lumba-lumba akan mengeluarkan ASI secara aktif dengan cara mengkontraksikan otot-otot di sekitar kelenjar susu. ASI kemudian langsung masuk ke mulut anak lumba-lumba tanpa tercampur dengan air laut.
Proses ini membutuhkan koordinasi yang baik antara induk dan anak. Anak lumba-lumba biasanya menyusu selama beberapa detik hingga satu menit, tetapi frekuensinya cukup sering, sekitar 4-12 kali per jam. Hal ini memastikan bahwa anak lumba-lumba mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
Baca juga Mengenal Ikan Dingkis, Simbol Kesejahteraan Tahun Baru Imlek di Kepulauan Riau
Adaptasi Evolusioner
Adaptasi ini merupakan hasil evolusi panjang yang memungkinkan lumba-lumba bertahan hidup di lingkungan laut. Kelenjar susu yang tersembunyi dan mekanisme penyusuan yang efisien adalah contoh bagaimana mamalia laut mengatasi tantangan lingkungan mereka.
Selain itu, kandungan nutrisi ASI yang tinggi juga mencerminkan kebutuhan energi yang besar untuk kehidupan di air.
Studi oleh Ridgway et al. (1995) menunjukkan bahwa lumba-lumba memiliki kemampuan untuk mengontrol aliran ASI dengan sangat presisi, memastikan bahwa anaknya mendapatkan nutrisi tanpa membuang energi berlebihan.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa lumba-lumba betina dapat memproduksi ASI dalam jumlah besar, hingga 1-2 liter per hari, tergantung pada kebutuhan anaknya.
Baca juga Bernama Ikan Dart Ungu, Ilmuwan Temukan Spesies Baru di Perairan Sulawesi
Referensi:
- Ridgway, S. H., Carder, D. A., & Kamolnick, T. (1995). "Dolphin lactation: A model for marine mammal nutrition." Marine Mammal Science, 11(1), 22-37.
- Oftedal, O. T. (1997). "Lactation in whales and dolphins: Evidence of divergence between baleen- and toothed-species." Journal of Mammary Gland Biology and Neoplasia, 2(3), 205-230.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News