Gencatan senjata antara Hamas dan Israel resmi dilakukan 19 Januari lalu, setelah 15 bulan agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Meski begitu, penyelesaian konflik ini masih meninggalkan persoalan, salah satunya tentang nasib 2 juta warga Gaza yang terdampak perang.
Dalam upaya mencari solusi, Trump selaku Presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik (20/1/2025) kemarin, mengusulkan untuk merelokasi warga Gaza ke beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia.
Hal ini dinyatakan oleh tim transisi Trump, lewat wawancaranya bersama NBC News, tujuan utamanya adalah agar memberikan kehidupan yang lebih baik, mengurangi ketegangan dan menghindari konflik antara warga Palestina dan Israel.
Tetapi, apakah relokasi ini bisa jadi solusi atau malah membawa masalah baru bagi Indonesia dan negara wacana relokasi lainnya?
Dukungan Indonesia jadi Sorotan Dunia
Seperti yang Kawan GNFI tahu, Indonesia adalah salah satu negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, juga proaktif yang mendukung kemerdekaan Palestina. Ini membuat Indonesia jadi salah satu negara tujuan relokasi 2 juta warga Gaza. Menurut Steve Witkoff, utusan khusus Trump, pemindahan ini dapat mengurangi ketegangan yang ada antara warga Gaza dan Israel.
Untuk Indonesia sendiri hal ini pastinya punya tantangan tersendiri. Dengan menampung pengungsi dari negara lain tentunya bukan hal yang mudah, perlu banyak pertimbangan dan memikirkan banyak hal. Seperti misalnya penyediaan infrastruktur, tempat tinggal, dan fasilitas penunjang lainnya.
Dalam polemik yang terjadi di kubu pemerintahan Indonesia sendiri, saat ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk membicarakan wacana relokasi sebagian warga Gaza ke Indonesia. Saat ini juga Indonesia sedang dalam masa transisi dari masa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ke masa pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca juga: BKSAP DPR Desak Pemerintah Indonesia Ajukan Sesi Khusus PBB bahas Serangan Israel ke RS di Gaza
Tanggapan Pemerintah Indonesia
Sampai saat ini Indonesia belum memberikan sikap resmi terkait isu tersebut. Lewat juru bicara Kemlu RI, Rolliansyah Soemirat, mengatakan bahwa pihaknya belum menerima informasi terkait hal itu. “Pemerintah RI tidak pernah mendapat informasi apapun mengenai hal ini,” (20/1/2025).
Tapi, Indonesia pastinya masih tetap konsisten mendukung perjuangan Palestina dan akan terus menujukkan solidaritas kemanusiaan.
Kontroversi Tentang Relokasi
Rencana relokasi ini menimbulkan banyak pertanyaan dan opini publik. Banyak yang menganggap bahwa relokasi ini adalah salah satu langkah awal Israel untuk mengusir warga Palestina dan menghapuskan hak atas tanah air mereka secara permanen. Dalam hal ini bisa dibilang bahwa korban 'diusir' dari tanahnya sendiri, sedangkan Israel menjadi memiliki tempat di wilayah Palestina.
Di sisi lain, banyak yang meragukan kesiapan negara tujuan, termasuk Indonesia. Untuk menampung pengungsi dalam jumlah banyak, selain dana dan infrastruktur, tentunya budaya dan sistem sosial yang berbeda bisa jadi tantangan besar bagi para pengungsi dari negara baru dan masyarakat dari negara tujuan pengungsi.
Hal ini pasti memerlukan dukungan dari kebijakan politik yang matang baik dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Apa yang Perlu Diperhatikan Indonesia?
Rencana relokasi ini jelas membawa tantangan besar untuk Indonesia. Meskipun dikenal sebagai negara gotong royong dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi, tapi menampung pengungsi dari negara lain dalam jumlah besar bukan hal yang mudah.
Baca juga: Isu Bela Palestina Surut di Tahun 2024, Relawan Gaza dari Indonesia Akui Ada Peran Meta Batasi Informasi
Selain dari masalah ekonomi dan transisi pemerintahan baru, Indonesia harus bebenah untuk memiliki kesiapan dan kestabilan politik dan ekonomi dalam negeri terlebih dahulu sebelum mengambil sikap tentang rencana relokasi pengungsi dari negara lain.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
