Peringatan 51 tahun Peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) dan 25 tahun berdirinya Indonesian Democracy Monitor (INDEMO) dirayakan secara meriah di Green Forest Bogor, Jalan Soemantadiredja Nomor 99, Bogor Selatan. Acara yang berlangsung mulai pukul 12.00 WIB hingga selesai ini menjadi momentum refleksi atas perjalanan dan kondisi demokrasi Indonesia saat ini.
Tahun ini, peringatan Malari menghadirkan nuansa yang berbeda. Para mahasiswa dan generasi muda yang tergabung dalam programSekolah Kaderisasi untuk Aktivis Demokrasi (SKUAD) INDEMO menjadi pengisi utama acara.
Mereka mempersembahkan puisi, orasi, pameran poster, hingga cipta tagar dan caption bertema “Demokrasi yang Kita Mau.” Partisipasi aktif generasi muda ini menjadi bukti bahwa semangat perjuangan demokrasi tetap hidup, meskipun generasi muda—khususnya Gen Z—sering dianggap kurang peduli terhadap isu-isu demokrasi.
Dalam pidatonya, Hariman Siregar secara khusus menampilkan anak-anak didiknya dari SKUAD di hadapan para aktivis era 70-90an yang hadir. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pewaris perjuangan demokrasi di tengah tantangan zaman yang terus berubah.
Peristiwa Malari dan Tantangan Demokrasi Masa Kini
Peristiwa Malari 1974 merupakan simbol perlawanan mahasiswa terhadap otoritarianisme dan kebijakan ekonomi yang mengabaikan rakyat kecil. Menurut Max Lane, seorang Indonesianis dari University of Melbourne, Malari adalah awal dari proses yang mengarah pada kejatuhan Orde Baru. Gerakan tersebut menjadi pijakan penting menuju Reformasi 1998 dan arus demokratisasi di Indonesia.
Namun, lima dekade setelah Malari, demokrasi Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Ketimpangan sosial, kebijakan ekonomi yang terlalu liberal, serta gejala otoritarianisme kompetitif terus menggerus nilai-nilai demokrasi. Fenomena ini sebagai ancaman serius bagi konsolidasi demokrasi di Tanah Air.
Peran INDEMO dalam Menjaga Demokrasi
Sejak didirikan pada 15 Januari 2000, INDEMO telah menjadi ruang refleksi demokrasi yang strategis. Selain mengadakan diskusi rutin bertajuk Diskusi Reboan, INDEMO juga meluncurkan program Sekolah Kaderisasi untuk Aktivis Demokrasi (SKUAD) pada 26 Oktober 2024. Program ini bertujuan untuk membentuk agen-agen demokrasi sekaligus membangun ekosistem demokrasi yang sehat di Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Zainal C. Airlangga, Kepala SKUAD INDEMO, dalam artikelnya di KBANews.
Ratusan pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia berharap menjadi bagian dari anak didik Hariman Siregar. 30 anak muda dipilih melalui seleksi yang ketat untuk mengikuti pendidikan selama 6 bulan. Dikutip dari pikiranmerdeka.com, Kepala Sekolah SKUAD Zainal menjelaskan bahwa, "Pendidikan ini terdiri dari olah pikir, olah raga, dan olah rasa akan berjalan hingga dua bulan kedepan dengan beberapa program yang telah disusun oleh para aktivis Indemo setelah melewati berbagai pertimbangan yang panjang".
Hariman Siregar mengisi Stadium Genarale pada acara pembukaan SKUAD di markas besar Indonesian Democracy Monitor (INDEMO), kawasan Lautzhe, Jakarta. Selama di kelas, materi akan diisi oleh para tokoh dan pakar Demokrasi antara lain Bivitri Susanti, Bhima Yudistira, Rocky Gerung, Titi Anggraini, Firman Noor, Dewi Kartika, Sukidi, dll. Selain itu para siswa juga mengikuti program di luar kelas seperi SKUAD Camp di bulan Desember, Magang atau Project Lapangan di Bulan Februari hingga wisuda yang akan digelar pada April 2025.
Testimoni Peserta SKUAD
Peserta SKUAD berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mencerminkan keberagaman bangsa dan bentuk keseriusan
Hariman Siregar mewariskan semangat perjuangan Demokrasi ke seluruh Indonesia. Berikut adalah testimoni dua peserta yang menggambarkan manfaat program ini:
Raudhatul Hasanah Lie (25 tahun, Aceh):
“Ini bukan training demokrasi pertama yang saya ikuti, tapi SKUAD adalah pengalaman pertama saya dengan durasi pelatihan selama berbulan-bulan. Karena ini program angkatan pertama, tentu masih banyak kekurangan, tetapi para senior sangat terbuka terhadap pendekatan kekinian yang lekat dengan Gen Z. Secara keseluruhan, saya menerima banyak manfaat, baik di kelas maupun di luar kelas, berkat bimbingan mentor yang suportif.” (Sumber: wawancara langsung via WhatsApp, 17 Januari 2025)
Mario Mere (28 tahun, Merauke):
“Bagi saya, INDEMO adalah ruang belajar yang membuat saya semangat untuk terus berkembang. Saya mendapatkan wawasan baru, membangun persaudaraan, dan belajar kerendahan hati. Proses yang saya jalani di SKUAD membuat saya siap untuk berdedikasi lebih jauh di dalam wadah ini.” (Sumber: wawancara langsung via WhatsApp, 17 Januari 2025)
Momentum untuk Menyemai Generasi Baru Pejuang Demokrasi
Acara peringatan di Green Forest Bogor bukan hanya sekadar mengenang Peristiwa Malari, tetapi juga menjadi ajang menyemai semangat demokrasi di hati generasi muda. Melalui kontribusi SKUAD, Hariman Siregar membuktikan bahwa perjuangan demokrasi dapat diteruskan oleh generasi baru.
Penulis adalah mahasiswa Universitas Paramadina yang juga Koordinator SKUAD dalam kepanitian acara tersebut, mengapresiasi peran senior-senior INDEMO, khususnya Hariman Siregar, yang telah memberikan ruang dan kesempatan bagi mahasiswa untuk menampilkan karya terbaik mereka di hadapan para aktivis senior. Tentunya, atas bimbingan guru-guru dan mentor INDEMO, acara tersebut dapat berjalan sukses.
Penampilan para kader SKUAD di depan para aktivis senior menjadi simbol kesinambungan perjuangan demokrasi. Di tengah tantangan zaman, generasi muda yang terlibat dalam SKUAD menunjukkan bahwa semangat demokrasi masih hidup dan mampu bertransformasi sesuai kebutuhan era digital.
Dengan pendekatan lintas generasi dan inovasi dalam pendidikan demokrasi, INDEMO berharap dapat mencetak pemimpin muda yang tidak hanya peka terhadap isu sosial, tetapi juga mampu memimpin gerakan demokrasi yang lebih baik di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News