terobosan pengobatan tuberkulosis resisten obat - News | Good News From Indonesia 2025

Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Resistansi Obat (TBC RO)

Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Resistansi Obat (TBC RO)
images info

Tuberkulosis (TBC) diperkirakan sudah ada sejak tahun 7000-6000 SM. Hal itu diketahui berdasarkan fosil-fosil tulang belakang manusia yang terdapat di Heidelberg, Jerman. TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Mtb)

Kuman ini berbentuk batang dan memiliki ukuran lebih kecil dari sel darah merah. Kuman Mtb menyukai tempat dengan kadar oksigen yang tinggi oleh sebab itu TBC lebih banyak menyerang organ paru-paru. Meskipun demikian TBC dapat terjadi di hampir di seluruh tubuh manusia (TBC ekstra paru).

Mtb masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar penyakit TBC terjadi melalui saluran pernapasan, yaitu melalui percikan droplet (partikel air liur yang kecil) ketika batuk, bersin, atau berbicara. 

Hingga saat ini TBC merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Tiap tahun angka kesakitan TBC semakin meningkat. Fenomena tersebut semakin pelik dengan munculnya TBC Resistansi Obat (TBC RO) yang juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. 

Pengertian TBC RO

TBC RO mengacu kepada kondisi pasien yang tidak dapat lagi diobati dengan pengobatan lini pertama sehingga harus dialihkan pada pengobatan lini kedua. Menurut Kemenkes (2020), pengobatan TBC RO bisa dimulai 7 hari setelah diagnosis pasien ditegakkan. Pengobatan TBC RO di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Paduan pengobatan jangka pendek (9-11 bulan). Pada paduan ini terdiri dari 7 jenis obat pada pengobatan awal selama 6 bulan dan 4 macam obat pada tahap lanjutan. Setiap obat diminum setiap hari kecuali bedaquiline yang diminum setiap hari pada 2 minggu pertama dan 3X seminggu pada 22 minggu berikutnya. Paduan ini tidak dapat dimodifikasi kecuali jika ada efek samping pada obat tertentu.
  2. Paduan pengobatan angka panjang (18-20 bulan). Paduan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien.

Semua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) berpotensi menimbulkan efek samping. Efek samping yang muncul dapat ringan, sedang, dan berat. Efek samping tersebut meliputi: 

  1. Gangguan jantung, seperti: jantung berdebar-debar,
  2. Kaki atau tangan terasa kebas, nyeri, sulit berjalan,
  3. Gangguan pendengaran,
  4. Depresi, 
  5. Gangguan tidur,
  6. Mual dan muntah,
  7. Gangguan penglihatan,
  8. Kelainan fungsi ginjal, dan
  9. Kelainan fungsi hati.

Mengingat risiko efek samping yang mungkin muncul maka tiap pasien harus kontrol secara rutin setidaknya 1X/bulan. Selain untuk mengetahui adanya efek samping, kontrol dengan rutin diperlukan untuk menilai perkembangan pengobatan. Meskipun demikian kontrol dapat dilakukan kapanpun bila pasien ada keluhan.

BPaL dan BPaLM

Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Resistensi Obat (TBC RO)
info gambar

Paduan sebelumnya mengindikasikan durasi pengobatan yang cenderung lama. Selain itu efek samping yang dirasakan cenderung cukup banyak dan berat. Akan tetapi, saat ini terdapat terapi pengobatan baru bagi penderita TBC RO. Terapi tersebut memungkinkan penderita TBC RO menjalani pengobatan dengan durasi lebih cepat dan efek samping yang lebih ringan.

Kemenkes (2023) telah meluncurkan pedoman baru bagi penderita TBC RO. Dalam pedoman tersebut menyebutkan paduan baru, yaitu BPaL dan BPaLM dengan durasi 6 bulan. Pengobatan tersebut diyakini sebagai pilihan yang lebih disukai oleh pasien TBC RO dengan durasi pengobatan lebih singkat, jumlah obat lebih sedikit (3 sampai 4 jenis obat), serta efek samping yang lebih ringan.

Senada dengan paduan pengobatan sebelumnya, paduan BPaL dan BPalM mengharuskan penderita TBC RO untuk kontrol secara rutin setidaknya 1X/bulan. Hal itu dilakukan untuk menilai perkembangan pengobatan. Meskipun demikian kontrol dapat dilakukan kapanpun bila pasien ada keluhan.

Semua paduan yang telah diuraikan di atas diputuskan oleh dokter berdasarkan keluhan pasien, riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ST
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.