Sejak ribuan tahun lalu, tembakau telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tanaman yang berasal dari Amerika ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kediri merupakan wilayah dengan produksi atau budidaya tembakau terbanyak kedua setelah Gresik di wilayah Jawa Timur.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, produksi tembakau di Kediri mengalami peningkatan hingga lebih dari 100% di mana pada tahun 2022 produksi tembakau hanya 162 ton sedangkan pada tahun 2023 mencapai 353 ton. Kenaikan produksi tersebut dikarenakan pengetahuan petani tembakau yang semakin luas dan didukung meningkatnya luas lahan pertanian tembakau.
Winarjo merupakan salah satu petani tembakau di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri yang bisa dibilang cukup sukses dalam produksi serta budidaya tembakau. Beliau berhasil mendapatkan 500 juta rupiah dari bagi hasil cukai tembakau di Kediri Raya.
Winarjo sendiri merupakan salah satu bagian dari APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) di Kediri yang berpegang teguh dengan motto, “Jika ingin sukses, tekuni apa yang dipelajari dan evaluasi kesalahan yang pernah dilakukan. Bangga menjadi seorang petani dan jangan minder dengan orang berseragam. Ketika petani masih mempunyai lahan dan tidak dijual, petani akan masih tetap menghasilkan pangan. Kegagalan panen yang pernah dialami petani menjadi pembelajaran bagi mereka dan mereka tidak akan kapok untuk mencoba dan akan tetap memanen. Jadi petani mencerminkan pahlawan tanpa tanda jasa dan pantang menyerah”.
Motto tersebut tidak lepas dari perjuangan para petani merawat tanaman budidayanya, sama halnya dengan tembakau. Tembakau merupakan tanaman semusim yang tergolong mudah proses budidayanya.
Mahasiswa KKN-PPM UGM Sambelia Optimalkan Tembakau untuk Petani Lokal
Penanaman tanaman tembakau berasal dari biji, yang dimana biji tersebut berasal dari mitra yang bekerja sama dengan Winarjo. Biji ditanam hingga berusia 40 hari baru akan dipindah tanam di lahan. Persemaian paling cepat terjadi di 40 hari dan paling lama 70 hari. Perhitungan bulan saat persemaian tidak dihitung sehingga perpindahan tanam ke lahan mulai dari hari ke 60.
Tanaman tembakau tidak memerlukan perawatan khusus karena tanaman tembakau termasuk tanaman kering sehingga daerah sekitar tanaman akan panas dan hama jarang muncul. Hama yang biasanya menyerang tembakau sendiri itu ada hama ulat, belalang, lembing, dan bubukcung.
Hama yang sangat beresiko dalam budidaya tanaman tembakau ini adalah hama ulat seribu, di mana 1 daun tembakau bisa diisi hingga 100 ulat dan ulat tersebut tidak akan pindah hingga daun tersebut habis. Jika terjadi serangan hama, proses penanganan akan dilakukan dengan rekomendasi dari mitra.
Pengairan tembakau dilakukan 15–21 hari sekali untuk memanjangkan akar. Jika terlalu sering, akar pendek dan tanaman tidak tinggi. Tembakau adalah tanaman kering, sehingga musim hujan dianggap musibah karena menurunkan kualitas dan harga.
Pemupukan dilakukan sekali, langsung setelah tanam, karena jika sebelum tanam, dolomit bisa hilang terkena air, menyulitkan petani. Winarjo tidak menggunakan mulsa, karena tembakau tanaman kering dan pupuk sulit langsung diserap.
Pemanenan dilakukan dengan memetik daun dari bawah. Daun atas lebih lebar dan tebal, memengaruhi harga jual: daun atas mencapai 30%, sedangkan daun bawah hanya 15%.
Setelah pemetikan selesai akan dilakukan penyimpanan atau pengeraman daun yang sudah dipetik. Pengeraman dilakukan dengan daun disimpan dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Penyimpanan ini biasanya dilakukan 2-4 hari untuk mengurangi kadar air dan agar aroma dari daun tembakau itu sendiri keluar sebelum nantinya akan di giling. Setelah 2-4 hari, daun akan disortir antara daun yang masih layak untuk lanjut di pengolahan dan daun yang sudah busuk. Daun yang masih layak akan lanjut ke penggilingan.
Daun akan digiling dan ditata pada anyaman bambu sebagai alas untuk nantinya penjemuran. Proses penggilingan ini dilakukan dari pukul 6 pagi sampai jam 2 siang. Setelah dilakukan penggilingan, daun yang sudah digiling akan langsung dijemur.
Mengenal Jombang sebagai Salah Satu Penghasil Tembakau di Indonesia
Penjemuran biasanya dilakukan 2 hari jika musim kemarau, tetapi jika musim hujan penjemuran akan dilakukan cukup lama. Jika panas akan dikeluarkan, tetapi jika hujan akan langsung diangkat dan diteduhkan.
Dalam penjemuran tentunya melibatkan pembalikan tembakau. Pembalikan biasanya dilakukan pukul 11 siang agar warnanya merata. pembalikan perlu dilakukan karena nantinya akan berpengaruh pada kualitas yang akan diserahkan pada perusahaan.
Ketika warna tembakaunya beda dari standar perusahaan, maka harga akan secara otomatis akan turun. Selain penjemuran tembakau yang sudah digiling, Winarjo juga melakukan penjemuran krosok.
Krosok sendiri adalah daun yang paling bawah dari tanaman tembakau yang dijemur secara utuh, jika digunakan dalam rokok krosok ini fungsinya agar rokoknya tidak mudah padam. Jadi, sebelum menjual tembakau yang sudah digiling harus membuat krosok dahulu sebagai bukti bahwa kualitas tembakau yang digunakan memiliki kualitas yang paling bagus karena menggunakan daun yang paling atas.
Pemasaran tembakau yang sudah selesai dijemur, biasanya Winarjo mengirim sebanyak 2 rit di mana 1 ritnya mencapai 80 kwintal. Jadi jika ditotal, Winarjo akan mengirim kurang lebih sebanyak 160 kwintal untuk setiap minggunya di hari Rabu.
Pengiriman akan dijadikan satu dengan petani tembakau lainnya sehingga diberi nama Kediri Raya. Untuk pengirimannya, sebenarnya dilakukan di Blitar, tetapi karena tidak mencukupi biaya dan transportasi, jadi dipindah ke Ponorogo. Kediri Raya akan melakukan pengiriman ke Ponorogo di hari Rabu dan Kamis dimana untuk hari Rabu 1.300 bal dan hari kamis 1.500 bal.
Harga daun tembakau bergantung dengan posisi daunnya, semakin atas daunnya maka semakin mahal. Kategori daun tembakau di bagi menjadi beberapa antaranya F, S, P dan SSP. Untuk kategori F tipe F3 akan laku pada harga 24 ribu, jika tipe F2 akan naik 6 ribu dan seterusnya akan naik 2 ribu untuk kategori F.
Untuk kategori P dimulai dari P3 dengan harga 30 ribu dan akan naik 3 ribu untuk setiap tipenya. Untuk kategori S dimulai dari S3 dengan harga 39 ribu dan akan naik 3 ribu untuk setiap tipenya. Dan yang paling mahal ada di kategori SSP dengan harga 49 ribu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual tembakau, di antaranya yaitu posisi daun, tingkat kematangan, proses pengeringan, dan warna.
Tembakau yang bagus dan memiliki harga jual yang tinggi biasanya dipetik dari daun atas dengan tingkat kematangan pohon yang pas ditandai dengan warna daun mulai kuning, coklat keemasan, dan daunnya lebih tebal dari daun ketika muda.
Kematangan pohon tembakau dapat mempengaruhi aroma, rasa, serta kadar air. Proses pengeringan atau pengolahan pasca panen yang tepat juga dapat mempengaruhi keseragaman warna yang didapatkan, semakin seragam dan menarik warnanya maka harga jual tembakau juga semakin tinggi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News