kemenag usung kurikulum cinta bukti pentingnya pendidikan toleransi sejak dini - News | Good News From Indonesia 2025

Kemenag Usung Kurikulum Cinta, Bukti Pentingnya Pendidikan Toleransi Sejak Dini

Kemenag Usung Kurikulum Cinta, Bukti Pentingnya Pendidikan Toleransi Sejak Dini
images info

Kawan, pendidikan toleransi beragama agaknya memang harus diajarkan pada anak sedini mungkin mengingat keberagaman agama yang ada di Indonesia. Mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu, keenam agama ini secara resmi telah diakui di Indonesia dan tertulis di laman resmi Portal Informasi Indonesia.

Mempelajari Keberagaman Agama Melalui Festival Toleransi 2024

Kementerian Agama (Kemenag) juga mendukung adanya pendidikan toleransi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Agama (Menag), Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA., dalam kehadirannya pada Tanwir I Aisyiyah di Tavia Hotel Heritage, Jakarta Selatan (16/1/2025). Dalam pidatonya tersebut, Nasaruddin menjelaskan bahwa Kemenag sedang menyusun Kurikulum Cinta.

Nasruddin menyebut, sering melarang anak mendengar khutbah dari agama lain atau melarang anak mendengar adzan yang ada di TV adalah suatu ajaran yang tidak baik. Hal seperti ini secara tidak langsung mengajarkan penanaman kebencian di alam bawah sadar anak yang bisa membuat anak menjadi tidak toleran atau intoleran.

Dosen Agama Kristen, Drs. Rovy Agus Sapto Priyono, M. Th(C) di situs Universitas Negeri Surabaya menjelaskan bahwa dampak dari intoleran dalam agama adalah terjadinya tindakan atau perlakuan tidak adil, timbulnya kerugian fisik atau materi dan mental atau kepribadian, dan munculnya berbagai ancaman baik ancaman kerukunan, ekonomi, bahkan ancaman berbangsa karena tidak sesuai dengan eksistensi dasar negara yaitu Pancasila.

Dilansir dari situs resmi Kemenag, Kurikulum Cinta dibuat untuk mengajarkan nilai-nilai cinta kasih dan toleransi sejak dini agar potensi konflik yang bisa muncul dari ajaran agama yang menanamkan kebencian terhadap kelompok lain bisa dihindari. Tidak hanya itu, Menag juga berharap kurikulum ini dapat mengikis potensi terjadinya relasi kuasa di masyarakat.

Tidak hanya dalam hal agama, Menag juga berharap Kurikulum Cinta mempu menyelesaikan isu kesetaraan gender yang ada di Indonesia. Menurut Menag, salah satu penyebab terjadinya pelecehan pada perempuan adalah karena kekuasaan laki-laki yang lebih dominan di masyarakat.

Selain melalui Kurikulum Cinta, bagaimana Kawan bisa membantu mengajarkan toleransi kepada anak sejak dini dari rumah?

Peran Pendidikan dalam Membangun Rasa Toleransi di Masyarakat

Cara Mengajarkan Anak Toleransi dari Rumah

Dikutip dari situs The Children's Trust, mengajarkan toleransi pada anak bisa dimulai dengan membuka diskusi bersama dengannya. Membahas berbagai topik yang berhubungan dengan keragaman dan toleransi bisa membantu anak memahami nilai toleransi dengan baik.

Dalam sebuah panduan Seri Pendidikan Orang Tua: Menumbuhkan Sikap Toleran pada Anak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018, menyebutkan bahwa ada 9 cara yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu:

  1. Menumbuhkan rasa cinta kasih pada anak dengan selalu memberikan respon positif pada setiap perilakunya,
  2. Menerima dan menghargai perbedaan setiap anggota keluarga di rumah dengan tidak memaksakannya memiliki kemampuan yang sama seperti anggota keluarga yang lain,
  3. Memberi contoh langsung pada anak karena ia adalah peniru handal orang tuanya,
  4. Memerhatikan setiap ucapan atau gaya bergutau kita ketika sedang berada di dekat anak, karena seringkali mereka hanya meniru ucapan kita tanpa mengetahui artinya,
  5. Menjawab pertanyaan anak dengan bijaksana dan jujur ketika ia mempertanyakan mengapa dirinya berbeda dengan yang lain,
  6. Memilih acara TV, film, games, dan cerita yang menghargai perbedaan,
  7. Memberikan anak kesempatan untuk bermain dan bekerjasama dengan berbagai tipe orang dan situasi,
  8. Mempelajari bersama mengenai budaya dan tradisi lain, dan
  9. Mengenalkan dan tanamkan rasa bangga atas tradisi keluarga.

Harapannya, orang tua bisa berperan aktif dalam memberikan pendidikan toleransi kepada anak, karena tentu pendidikan toleransi tidak dapat berhasil jika hanya mengandalkan peran guru di sekolah. Anak tidak hanya perlu dibesarkan dengan dorongan agar ia belajar percaya diri, namun juga perlu dibesarkan dengan toleransi agar ia belajar menahan diri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
AS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.