gen z menemukan cara baru mencintai buku tebak lewat apa - News | Good News From Indonesia 2025

Gen Z Menemukan Cara Baru Mencintai Buku, Tebak Lewat Apa?

Gen Z Menemukan Cara Baru Mencintai Buku, Tebak Lewat Apa?
images info

Akhir-Akhir ini, viral video pelajar mendapatkan pertanyaan seputar pengetahuan umum. Sebagian besar mereka tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Entah gimmick atau sungguh terjadi, hal tersebut menjadi tamparan besar.

Apakah ini akibat terlalu sering bermain gadget dan mengkonsumsi media sosial? Atau mereka memang tidak pernah berkenalan dengan buku yang menyimpan berjuta pengetahuan.

Berdasarkan data yang dirilis Perpustakaan Nasional pada tahun 2023, kegemaran membaca masyarakat Indonesia berada pada angka 66,77%, meningkat sebanyak 3,19% dari tahun sebelumnya. Survei dilakukan dengan melibatkan 11.158 responden dari 102 kabupaten/kota. Peningkatan ini memberikan optimisme bagi perkembangan literasi di Tanah Air.

Menariknya, peningkatan tersebut terjadi di tengah ramainya media sosial, di era ketika TikTok, Instagram, dan media sosial lainnya menjadi konsumsi sehari-hari. Alih-alih menurunkan minat baca, platform digital bisa jadi jalan baru untuk belajar dan memperoleh informasi.

Dari Buku ke Audiobooks, Dari Buku ke Suara

Dahulu, untuk mencari informasi kita harus mencari ke perpustakaan, koran, dan media konvensional lainnya. Saat itu, informasi di Internet masih terbatas. Sekarang, untuk mengetahui suatu tempat, cukup membuka TikTok. Informasi sudah tersedia dalam genggaman. Namun hal ini tidak membuat buku jadi ketinggalan zaman. Keduanya justru dapat berjalan berdampingan.

Kuncinya ada pada cara kita memanfaatkan keduanya. TikTok atau Instagram dapat menjadi appetizer yang membuat kita penasaran tentang suatu topik. Buku dapat menjadi ‘hidangan utama’ yang memberikan pemahaman lebih mendalam. Sungguh kombinasi yang menarik.

Berbicara tentang kombinasi, ada fakta menarik. Kreator konten edukatif di TikTok atau Instagram banyak yang terinspirasi dari buku. Mereka mengemas ulang pengetahuan dari buku ke dalam video atau microblog singkat dan menarik. Dampaknya, banyak yang tertarik dan akhirnya mencari tahu lebih dalam melalui buku.

Bahkan muncul istilah booktok dan bookstagram. Keduanya merupakan sub-komunitas di TikTok dan Instagram tempat berkumpulnya kreator yang berfokus pada buku dan literasi. Setiap kreator memiliki cara tersendiri untuk mempengaruhi audiens agar membaca buku. Ada yang menceritakan sebagian isinya, membacakannya, membuat rangkuman, atau menampilkan bagian-bagian menarik.

Tantangan Media Sosial

Di balik menyenangkan scrolling, ada bahaya yang patut kita waspadai. Pernahkah, Kawan merasa sulit fokus membaca buku atau mengerjakan tugas? Hal tersebut dapat menjadi efek dari kebiasaan mengonsumsi konten singkat di media sosial. Istilahnya short attention span – kondisi ketika kita menjadi kurang mampu fokus dalam waktu yang lama.

Bayangkan, dari kebiasaan menikmati konten 15-60 detik harus beralih membaca buku 30 menit. Tentu hal tersebut tidak mudah. Namun, bukan berarti kita harus menolak menggunakan media sosial. Tidak perlu jadi ekstrimis anti media sosial. Yang penting adalah kemampuan mengatur waktu. Bagaimana caranya? Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:

  • Aturlah jadwal khusus buat mengakses media sosial, misalnya saat waktu istirahat atau setelah menyelesaikan tugas.
  • Melatih fokus secara bertahap, dimulai dari membaca artikel berdurasi 5-10 menit, kemudian terus tambah durasinya.
  • Ciptakan suasana belajar yang nyaman, jauhkan gawai ketika sedang fokus mengerjakan sesuatu. Jika perlu, letakkan di ruangan yang berbeda.

Tidak perlu khawatir. Anggap saja seperti mengatur pola makan, ada waktu untuk camilan (konten singkat) dan ada waktu untuk makan besar (membaca materi).

Keuntungan Membaca Buku

Di sinilah pentingnya keseimbangan. Media sosial memang menyenangkan untuk mendapatkan informasi secara cepat dan singkat, tetapi membaca buku tetap memiliki keistimewaan tersendiri. Bukannya berlebihan, tetapi ada beberapa hal membuat buku itu istimewa.

Pertama, buku seperti tempat latihan bagi otak. Ketika membaca buku, kita diajak masuk ke dunia yang lebih dalam dan luas. Mulai dari memahami karakter, mengikuti alur, hingga mencerna ide-ide kompleks. Tidak sekedar menggeser (scroll) dan melanjutkan (next), tetapi mengajak kita untuk menyelam.

Kedua, buku menjadi mitra dalam pembelajaran mendalam (deep learning). Misalnya, kekita menemukan konten menarik di TikTok tentang pengembangan diri (self development). Untuk mengetahui lebih dalam, buku dapat memberikan pemahaman lebih lengkap, terstruktur, dan mendalam.

Pertanyaan Mengenai Buku yang Sering Muncul di Internet

Lebih menarik lagi, buku bebas dari algoritma. Konten di media sosial dikurasi berdasarkan preferensi. Sebaliknya, dengan buku, kita dapat bebas bereksplorasi. Seringkali kita menemukan perspektif baru yang tidak terpikirkan.

Jadi, Gen Z sekarang memiliki cara unik untuk jatuh cinta terhadap buku. Melalui TikTok dan Instagram, mereka menemukan ‘pintu masuk’ yang lebih mudah dipahami ke dunia literasi. Awalnya malas membaca, sekarang menjadi penasaran dan mulai menjelajahi buku-buku baru.

Intinya, tidak perlu memperdebatkan mana yang lebih baik antara buku atau media sosial. Keduanya memiliki perannya masing-masing dalam memberikan informasi. Yang penting, jadilah pembaca yang cerdas, mengetahui kapan waktunya untuk scroll mencari inspirasi, dan membaca buku untuk pendalaman. Pada era ini, yang paling cerdas adalah mereka yang dapat memanfaatkan secara bijak.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.