Halo Kawan GNFI!
Di tengah derasnya arus sungai yang mengalir, terdapat sebuah tradisi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang seiring bergulirnya waktu. Pasar Terapung Kalimantan Selatan, dengan segala keunikannya, menawarkan pengalaman berbelanja yang tak tertandingi, di mana perahu-perahu kayu berjejer, menampilkan beragam warna dan aroma hasil bumi.
Di sinilah kawan, di atas air, interaksi antara pedagang dan pembeli berlangsung dalam suasana yang kaya akan kearifan lokal. Setiap pagi, saat fajar menyingsing, kehidupan masyarakat berdenyut kembali, menciptakan simfoni perdagangan yang harmonis. Mari kita menelusuri keunikan pasar terapung ini, sebuah jendela ke dalam sejarah dan budaya yang masih hidup di tengah modernitas.
Kalimantan Selatan dikenal dengan sungai-sungai yang menghubungkan berbagai wilayah. Sungai-sungai ini tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Salah satu hasil dari keberadaan sungai adalah pasar terapung, yang hingga kini masih aktif.
Pasar ini lebih dari sekadar tempat berbelanja, ia berfungsi sebagai ruang di mana cerita-cerita lokal terjalin dan interaksi manusia terjadi dalam suasana yang hangat. Dengan aroma rempah-rempah yang menggoda dan tawa riang pedagang yang saling berinteraksi, setiap sudut pasar menyimpan keunikan yang layak untuk dieksplorasi.
Terdapat dua pasar terapung yang memiliki sejarah panjang, yaitu Pasar Terapung Muara Kuin yang terletak di Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Martapura. Kedua pasar ini menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian banyak pengunjung dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara.
Aktivitas jual-beli di pasar terapung dilakukan di atas sungai menggunakan perahu tradisional yang disebut jukung. Dalam praktiknya, para pedagang, yang sebagian besar adalah perempuan, mengenakan tanggui, yaitu topi tradisional yang terbuat dari daun rumbia. Sistem barter, yang dikenal sebagai bapanduk dalam bahasa Banjar, masih diterapkan di pasar ini. Hal ini memberikan nuansa yang berbeda dalam transaksi yang berlangsung.
Pasar Terapung Muara Kuin memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan berdirinya Kerajaan Banjar, yang didirikan pada abad ke-16 oleh Sultan Suriansyah. Pasar ini berkembang di sepanjang sungai yang menjadi jalur perdagangan utama, menghasilkan interaksi antara pedagang lokal dan pedagang dari berbagai daerah, termasuk Jawa, Gujarat, dan Tiongkok. Aktivitas perdagangan di pasar ini mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi di masa lalu.
Dengan peralihan ibukota Kerajaan Banjar ke Martapura, aktivitas perdagangan di Sungai Martapura juga mengalami perkembangan. Hal ini mengarah pada pembentukan Pasar Terapung Lok Baintan, yang terletak di salah satu anak Sungai Martapura. Lokasi yang strategis memudahkan akses bagi para pedagang dan pengunjung.
Aktivitas di pasar terapung Muara Kuin dan Lok Baintan dimulai sejak pagi hari, dengan puncak kegiatan terjadi antara pukul 6 hingga 7 pagi. Jenis barang yang dijual mencakup hasil pertanian, produk perkebunan, dan makanan khas daerah. Saat musim panen tiba, jumlah pedagang yang berpartisipasi dapat meningkat secara signifikan, menarik lebih banyak pengunjung untuk berbelanja.
Setelah mengalami penurunan aktivitas, Pasar Terapung Muara Kuin mulai kembali aktif pada awal 2020. Lokasi pasar ini kini lebih mudah dijangkau dan beroperasi setiap akhir pekan, menawarkan akses yang lebih baik bagi pengunjung. Perubahan ini berkontribusi pada revitalisasi pasar dan meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung.
Sementara itu, Pasar Terapung Lok Baintan tetap ramai setiap hari, dengan ratusan perahu yang menjajakan berbagai kebutuhan sehari-hari. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara memiliki kesempatan untuk menyewa perahu dan berbelanja di pasar terapung ini. Aktivitas ini menciptakan pengalaman berinteraksi langsung dengan budaya lokal dan sistem ekonomi tradisional yang masih berlangsung hingga kini.
Melalui aktivitas perdagangan di pasar terapung Kalimantan Selatan, pengunjung dapat menyaksikan tradisi dan kearifan lokal yang relevan dalam kehidupan masyarakat modern. Pasar terapung tidak hanya menjadi tempat jual beli, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Pasar Terapung Kalimantan Selatan bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga sebuah panggung budaya yang memamerkan kearifan lokal yang telah bertahan ratusan tahun. Dengan suasana yang hidup dan interaksi yang akrab, pasar ini merefleksikan dinamika sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Di tengah arus modernisasi, pasar terapung tetap menjadi jendela bagi pengunjung untuk menyaksikan tradisi yang kaya dan beragam. Dari aroma rempah-rempah hingga kehangatan senyum pedagang, setiap momen di pasar ini adalah pengalaman berharga yang menghubungkan kita dengan sejarah dan identitas Kalimantan Selatan.
Kawan GNFI, Mari kita lestarikan dan nikmati bersama keindahan serta keunikan pasar terapung ini, sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News