pakaian adat suku tidung jembatan antara tradisi dan identitas budaya - News | Good News From Indonesia 2025

Pakaian Adat Suku Tidung, Jembatan antara Tradisi dan Identitas Budaya

Pakaian Adat Suku Tidung, Jembatan antara Tradisi dan Identitas Budaya
images info

Suku Tidung (Ulun Pagun) adalah subsuku dari Suku Dayak Murut di Kalimantan Utara yang memiliki identitas budaya yang kaya dan unik, salah satunya adalah pakaian adat.

Pakaian adat mereka sering kali disalahartikan sebagai baju adat China, padahal memiliki ciri khas tersendiri.

Pakaian adat Suku Tidung (Ulun Pagun) mencerminkan kekayaan budaya yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan simbolisme. Setiap helai kain dan detail desain memiliki makna tersendiri, mencerminkan identitas dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Jenis-jenis pakaian adat Suku Tidung, fungsi dan maknanya

Terdapat berbagai jenis pakaian adat Suku Tidung, mulai dari Pelimbangan dan Kurung Bantut yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga Selampoy dan Sina Beranti yang dikenakan dalam upacara adat.

Setiap jenis pakaian adat tersebut memiliki fungsi dan makna yang spesifik dalam konteks sosial dan budaya masyarakat Suku Tidung (Ulun Pagun)

Mari kita eksplorasi warisan budaya ini dan menggali lebih dalam mengenai keunikan yang dimilikinya.

Pakaian adat Suku Tidung (Ulun Pagun) terbagi menjadi beberapa jenis yang digunakan dalam berbagai kesempatan, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun upacara adat penting. Setiap jenis pakaian memiliki fungsi dan simbolismenya masing-masing.

Berikut beberapa pakaian adat Suku Tidung (Ulun Pagun) yang harus diketahui di antaranya;

1. Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari)

Pelimbangan dan Kurung Bantut adalah baju sehari-hari Suku Tidung yang mencerminkan nilai-nilai praktis sekaligus estetika dalam kehidupan mereka.

Pakaian ini dirancang untuk memberikan kenyamanan dalam aktivitas sehari-hari dan terdiri dari kombinasi baju kurung yang fungsional dengan celana panjang atau rok.

Baju Kurung Bantut juga merupakan bagian dari pakaian sehari-hari, lebih sederhana dalam desain, tetapi tetap mempertahankan keindahan tenunan khas Suku Tidung (Ulun Pagun).

Kain yang digunakan biasanya dihasilkan dari proses tenun tradisional, menciptakan pola dan tekstur yang unik, yang menjadi ciri khas dan kebanggaan masyarakat. Warna-warna cerah yang digunakan mencerminkan kekayaan alam sekitar, serta semangat dan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Dalam setiap helai kain, terdapat cerita dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Pelimbangan dan Kurung Bantut tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan Suku Tidung (Ulun Pagun).

2. Selampoy (Pakaian Adat)

Selampoy adalah baju adat yang digunakan oleh masyarakat Suku Tidung (Ulun Pagun) dalam acara-acara resmi atau upacara adat. Pakaian ini memiliki desain yang lebih mewah dan terperinci dibandingkan dengan pakaian sehari-hari.

Baju adat Selampoy biasanya terdiri dari baju panjang yang dihiasi dengan tenunan atau bordir khas Suku Tidung (Ulun Pagun), yang mencerminkan keterampilan pengrajin setempat.

Pakaian adat ini juga dilengkapi dengan aksesoris, seperti kalung manik-manik, gelang, dan cincin. Aksesoris tersebut umumnya terbuat dari bahan alami, seperti kayu atau logam, yang memberikan nilai estetika dan budaya.

Penggunaan Selampoy dalam berbagai upacara mencerminkan pentingnya tradisi dan identitas budaya Suku Tidung (Ulun Pagun), serta menunjukkan penghormatan terhadap nilai-nilai komunitas. Dengan demikian, Selampoy berperan sebagai simbol dalam pelestarian warisan budaya daerah.

3. Talulandom (Pakaian Resmi)

Talulandom adalah pakaian yang digunakan dalam acara-acara penting atau pertemuan resmi oleh masyarakat Suku Tidung (Ulun Pagun). Pakaian ini mencakup baju dengan desain yang lebih formal, biasanya terbuat dari bahan yang lebih halus dan dihiasi dengan motif khas Suku Tidung.

Selanjutnya, talulandom sering dilengkapi dengan aksesoris formal, seperti selendang atau ikat kepala. Aksesoris ini tidak hanya berfungsi untuk memperindah tampilan pakaian, tetapi juga dapat menunjukkan status sosial atau kehormatan pemakainya dalam suatu acara.

Penggunaan talulandom dalam konteks resmi mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Suku Tidung (Ulun Pagun) serta pentingnya aspek formal dalam kehidupan sosial mereka.

4. Sina Beranti (Pakaian Pengantin)

Sina Beranti adalah pakaian adat yang digunakan dalam acara pernikahan. Pakaian ini sangat mewah, dengan ornamen yang rumit dan penuh makna. Pakaian adat yang digunakan dalam acara pernikahan masyarakat Suku Tidung (Ulun Pagun) memiliki desain yang khas dan penuh makna.

Pada acara ini, pengantin pria mengenakan baju yang terbuat dari kain tenunan halus, dilengkapi dengan ikat kepala yang mencerminkan identitas dan statusnya dalam masyarakat.

Sementara itu, pengantin wanita mengenakan pakaian yang memiliki detailing lebih mencolok, dihiasi dengan manik-manik, kalung, dan selendang. Hiasan-hiasan ini berfungsi untuk menambah keanggunan penampilan pengantin wanita.

Pakaian adat pernikahan ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi Suku Tidung, serta peran penting acara pernikahan dalam kehidupan sosial mereka.

Demikian pakaian adat Suku Tidung (Ulun Pagun) yang tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga berperan sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam konteks budaya masyarakat.

Melalui pelestarian pakaian adat, masyarakat dapat terus merayakan warisan budaya mereka dan menginspirasi generasi selanjutnya untuk menghargai kekayaan yang dimiliki.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.