Kabar baik untuk Indonesia! Berdasarkan Survei Global Terrorism Index (GTI) 2024, Indonesia berhasil masuk dalam kategori negara dengan indeks terorisme rendah atau low impacted by terrorism.
Indonesia berada di peringkat 31 dari 163 di seluruh dunia dengan skor 3,993. Jumlah tersebut turun drastis jika dibandingkan dengan tahun 2023, di mana Indonesia mendapatkan nilai 5,502.
Global Terrorism Index merupakan sebuah laporan yang dibuat oleh Institute for Economics and Peace (IEP) yang berfokus pada masalah keamanan, pertahanan, terorisme, dan pembangunan. Riset GTI dilakukan pada 163 negara.
Kawan GNFI, survei ini memperhitungkan beberapa hal, di antaranya jumlah total insiden teroris dalam satu tahun, jumlah total kematian yang disebabkan oleh teroris dalam satu tahun, jumlah total cedera yang disebabkan oleh teroris dalam satu tahun, dan jumlah total penyanderaan yang disebabkan teroris dalam satu tahun.
Luar biasanya, Indonesia berhasil mencatatkan zero terrorism attack sejak tahun 2023 hingga 2024. Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia sukses berada dalam status aman dari kasus terorisme.
Hal ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, mengingat Indonesia pernah dilanda berbagai serangan kasus terorisme yang parah. United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC), lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menaungi masalah narkoba dan kejahatan, menyebut jika Indonesia sukses membuat kemajuan signifikan dalam melawan terorisme.
Turunnya kasus terorisme di Indonesia
Penanggulangan terorisme di Indonesia menunjukkan tren positif. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya aksi terorisme sejak 2023.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama dengan lembaga terkait dan aparat penegak hukum telah melakukan berbagai cara untuk meredam aksi terorisme. Pemerintah sukses melakukan langkah pencegahan awal terorisme, seperti menindak pelaku sebelum melakukan aksinya.
Terorisme dalam Sorotan: Kenali Indikator Pendanaan Terorisme Melalui Crowdfunding
Menurut laporan, sepanjang tahun 2024, BNPT telah memblokir setidaknya 180.954 konten bermuatan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di ruang siber. Sebagian besar konten tersebut merupakan propaganda jaringan teroris, seperti ISIS, HTI, dan JAD.
Baru-baru ini, Kementerian Hukum RI resmi membubarkan organisasi radikal, Jamaah Islamiyah (JI), Sabtu (21/12/2024) lalu. Bahkan, seluruh mantan anggota JI juga mendeklarasikan diri untuk mencintai NKRI dengan sepenuh hati.
Sebagai informasi, deklarasi ini merupakan rangkaian dari kegiatan serupa yang dilakukan pertama kalinya pada 30 Juni 2024 di Bogor. Bergabungnya para eks narapidana terorisme (napiter) ini menunjukkan hasil dari upaya deradikalisasi yang dilakukan pemerintah.
Optimisme di tengah turunnya kasus terorisme
Kawan GNFI, Indonesia merupakan salah satu negara yang dianggap memiliki kompetensi baik dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme. Indonesia tetap mengedepankan prinsip HAM, penegakan hukum, dan rule of law.
Tidak hanya itu, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga melakukan langkah soft approach kepada para pelaku teroris. Langkah tersebut diambil agar para pelaku dan keluarganya dapat terbebas dari ideologi menyimpang.
Namun, terdapat fenomena baru yang muncul di tengah keseriusan Indonesia untuk memberantas terorisme ini. Semakin masifnya penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dan cryptocurrency menjadikan hal ini sebagai pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah.
Meskipun demikian, pemerintah optimis dengan melakukan terobosan melalui kebijakan yang strategis demi mencegah terorisme yang bersinggungan dengan teknologi canggih itu. Dengan demikian, Indonesia akan tetap kondusif dan terus konsiten untuk mempertahankan status zero terrorism attack.
Di sisi lain, para eks napiter dan anggota kelompok radikal yang sudah berikrar setia kepada NKRI diberikan “kesempatan kedua” untuk mengabdi dalam negeri. Kementerian Pertanian bersama Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Polri akan melatih ribuan mantan napiter untuk membantu program swasembada pangan.
Dari Tanam Padi hingga Telur Puyuh, Cara Eks Napiter Terorisme agar Berdikari
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News