Pernahkah terbesit dalam benak Kawan GNFI untuk menikmati makanan Indonesia saat berada di luar negeri? Jika iya, selamat! Keingan Kawan bisa saja terwujud!
Saat ini, makanan-makanan lokal khas Nusantara yang super lezat dan menggugah selera bisa ditemukan di berbagai belahan bumi, loh. Semakin banyak restoran-restoran yang menjajakan makanan Indonesia di luar negeri.
Melalui situs gastrodiplomasi.kemlu.go.id milik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, saat ini restoran yang menjual makanan khas Indonesia sudah tersebar di ratusan kota di dunia. Per 31 Desember 2024, terpantau terdapat 67 negara yang memiliki restoran khas Nusantara.
Restoran-restoran itu umumnya dikelola oleh diaspora Indonesia yang menetap di luar negeri. Dari data sudah yang dipublikasikan, terdapat 1.221 restoran Indonesia di dunia.
Rasa Indonesia di luar negeri
Merujuk dari Kemlu RI, Amsterdam menjadi kota dengan jumlah restoran Indonesia terbanyak. Ada 74 restoran Indonesia di ibu kota Belanda tersebut.
Kemudian, ada Sydney, Australia, yang menyusul dengan 62 restoran. Di posisi ketiga, ada Dili di Timor Leste yang menyediakan 47 restoran lokal khas Nusantara.
Berbagai jenis makanan, mulai dari sate, rendang, nasi goreng, tahu, tempe, lontong, bakmi, sampai gulai bisa Kawan GNFI temukan di beberapa restoran di luar negeri. Uniknya, nama-nama restoran Indonesia yang menjual makanan lokal tersebut juga hampir semuanya menggunakan sentuhan lokal.
Saat ini terdapat 576 jenis kuliner Indonesia di luar negeri. Namun, beberapa makanan bisa jadi memiliki rasa yang tidak benar-benar mirip dengan versi yang dijual di Indonesia, mengingat tidak semua bahan lokal bisa ditemukan di sana.
Dari ratusan jenis makanan itu, sate menjadi makanan yang paling populer. Terdapat setidaknya 323 restoran yang menjual olahan daging bakar yang dibalut saus kacang ini.
Tidak hanya itu, restoran-restoran Indonesia di luar negeri juga memiliki beberapa kategori dan variasi. Terdapat restoran berjenis casual style, family style, catering, fine dining, hingga kafe yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan banyaknya restoran Indonesia yang dibuka, Kawan GNFI bisa tetap menemukan cita rasa lokal saat berkunjung ke luar negeri. Tidak hanya itu, restoran-restoran tersebut juga menjadi sarana mempromosikan makanan Indonesia kepada khalayak internasional.
Potensi Rendang sebagai Ikon Kuliner Indonesia untuk Gastrodiplomasi
Jadi sarana gastrodiplomasi Indonesia
Kuliner menjadi salah satu strategi yang paling moncer untuk menjembatani hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara sahabat. Makanan berpotensi untuk membantu meningkatkan ekonomi, perdagangan, dan hubungan internasional dengan negara lain.
Hidangan khas suatu negara bisa menjadi media nonverbal yang efektif mengubah persepsi publik. Diplomasi dengan makanan ini disebut dengan gastrodiplomasi.
Paul Rockower, seorang ahli gastronomi, pernah menyebut bahwa gastrodiplomasi adalah the act of winning hearts and minds through stomachs. Sederhananya, lewat penyajian yang mumpuni, makanan bisa membangun hubungan emosional dan membuat seseorang merasa senang dan lebih terbuka.
Gastrodiplomasi di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak lama. Di era Presiden Soekarno misalnya. Saat gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung, Soekarno meminta panitia penyelenggara untuk menyediakan makanan khas Indonesia, seperti sate, soto, pukis, dan sebagainya.
Kawan, gastrodiplomasi ini diharapkan dapat membantu meningkatkan ekonomi, perdagangan, dan hubungan internasional antara Indonesia dengan negara sahabat. Tidak hanya itu, gastrodiplomasi juga bisa membangun citra bangsa Indonesia di hadapan publik asing.
Gastrodiplomasi: Upaya Membangun Citra Bangsa Melalui Makanan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News