situs wudhu masjid agung demak bukan sekadar tempat untuk bersuci - News | Good News From Indonesia 2024

Situs Wudhu Masjid Agung Demak, Bukan Sekadar Tempat untuk Bersuci

Situs Wudhu Masjid Agung Demak, Bukan Sekadar Tempat untuk Bersuci
images info

Kerajaan Demak merupakan kesultanan Islam pertama yang memimpin di Pulau Jawa pada akhir abad 15. Demak yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Majapahit, saat itu kian melemah sebelum akhirnya melepaskan diri.

Akan tetapi, setelahnya, daerah tersebut diambil oleh Raden Patah selaku pendiri Kerajaan Demak sekaligus keturunan Majapahit yang memeluk Islam. 

Kerajaan Demak mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Penyebarannya begitu masif karena kesultanan ini melibatkan akulturasi antara beberapa aspek dalam kehidupan sehari-hari, agar mudah diterima oleh masyarakat setempat yang masih dalam pengaruh kerajaan Hindu-Buddha kala itu. Mulai dari upaya perdagangan, pernikahan, kesenian, pendidikan, hingga politik.

Proses islamisasi ini tentu tidak lepas dari peran Wali Songo, sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa, dan Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuatan Kerajaan Demak. 

Masjid Agung Demak berlokasi di tengah Kota Demak. Arsitekturnya yang memiliki kekhasan Nusantara dijadikan sebagai prototipe masjid-masjid lain di Jawa selama berabad-abad. Masing-masing karakteristik yang dimiliki tempat suci ini mengandung sejarah dan filosofinya tersendiri, tidak terkecuali situs wudhu-nya yang besar dan luas. 

Seperti apa kisah yang membentuk pembangunan situs wudhu Masjid Agung Demak? Lalu, bagaimana fungsinya di masa pemerintahan Kerajaan Demak?

Pemberdayaan Ekonomi Islam Melalui Berbagai Masjid Indonesia

Tempat Wali Songo Berwudhu

Situs Kolam Wudhu | Wikimedia | DARMAS BS 9
info gambar

Situs wudhu Masjid Agung Demak terletak di bagian depan masjid. Panjang dan lebarnya seluas 10 x 25 meter, sedangkan kedalamannya mencapai 5 meter. Pada zaman pemerintahan Kerajaan Demak, kolam ini merupakan tempat para Wali Songo berwudhu.

Kelompok santri dari pondok pesantren Glagah Wangi, sekolah yang dikelola oleh Raden Fatah sebelum dinobatkan menjadi sultan, turut berwudhu di sana. Begitu pun dengan jamaah lainnya yang hendak menunaikan solat. 

Selain difungsikan sebagai tempat wudhu, situs tersebut digunakan juga untuk menentukan secara resmi, siapa sultan selanjutnya yang akan memimpin Kerajaan Demak. 

Hal tersebut dipaparkan oleh seorang takmir Masjid Agung Demak yang diwawancarai oleh travel.detik.com. Sepeninggalan Sultan Trenggono, sang raja ketiga, masa kepemimpinan Kasultanan Demak Bintoro masih kosong.

Sebagai gantinya, masyarakat pun setuju menunjuk Sunan Prawoto yang bernama asli Sunan Bagus Mukmin, membuat beliau menjabat selama sekitar tiga tahun. 

Namun, beliau menolak ketika hendak dinobatkan secara resmi. Sunan Prawoto ingin fokus mendekatkan diri pada sang Ilahi sehingga beliau menyerahkan posisi tersebut kepada sang adik, Kalinyamat, istri Pangeran Hadiri dari Kasultanan Sumenep. 

Selama jeda kepemimpinan, Wali Songo terus memantau keamanan Kasultanan Demak Bintoro kala itu. Mereka berpendapat, bahwa supaya mencegah terjadinya permusuhan sekecil apapun dan memastikan pemerintahan tetap berjalan lancar, kehadiran raja yang sah masih sangat diperlukan. Karena itu, mereka berembug, mendiskusikan mengenai sistem pemilihan pemimpin secara resmi. 

Sayembara Wali Songo

Tokoh-tokoh penyebaran Islam itu menghindari adu kekuatan fisik. Khawatirnya, hal tersebut akan menimbulkan konflik internal yang mengarah pada pertempuran serius.

Akhirnya, mereka pun memutuskan mengadakan kompetisi atau sayembara, yaitu barang siapa yang mampu melompati situs wudhu masjid tersebut menggunakan tombak dan membelakangi, atau dalam posisi mundur, maka dialah yang menjadi raja yang sah dan masyarakat harus ikhlas menerimanya. 

Masjid Raya Mujahidin Pontianak dan Hal-Hal Menarik Tentangnya

Waktu sayembara akhirnya tiba. Peserta yang ikut tidak hanya dari keluarga kerajaan. Rakyat jelata pun diperbolehkan. Hal ini karena Wali Songo berpendapat, bahwa orang-orang berilmu tinggi saja yang berhasil.

Seorang demi seorang mencoba melakukannya, tetapi tak ada yang sesuai dengan harapan. Sampai kemudian, Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang merupakan keturunan Brawijaya V, pun berhasil.

Kesuksesannya membuat dirinya pun secara resmi dinobatkan sebagai raja keempat Kasultanan Demak Bintoro dengan menyandang gelar Sultan Hadiwijoyo. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.