Sebuah teknik baru dalam melahirkan, tengah ramai diperbincangkan. Adalah water birth, sebuah metode melahirkan di dalam air yang dipercaya mampu mengurangi rasa sakit pada ibu hamil.
Sebenarnya, melahirkan di dalam air atau water birth bukanlah suatu metode yang baru. Sebuah penelitian mengatakan, metode water birth ini telah muncul pada tahun 1983. Catatan lain bahkan menuliskan, water birth pertama kali dilaporkan diterapkan di Prancis pada tahun 1803.
Teknik ini cukup unik. Sesuai namanya, dalam water birth, seorang ibu diletakkan di dalam bak berisi air. Nantinya ia akan melakukan proses melahirkan di dalam bak tersebut.
Pertanyaan yang mungkin paling sering diajukan ialah apakah bayi yang baru lahir tidak kemasukan air? Jika Kawan penasaran dengan jawabannya, simak artikel ini sampai habis!
Kisah Perjuangan Bidan Indonesia di Gaza, Bantu 7 Ribu Persalinan Sembari Bertaruh Nyawa
Apa Itu Water Birth?
Di beberapa negara yang memiliki fasilitas penunjang, water birth menjadi alternatif teknik melahirkan bagi para ibu hamil, utamanya mereka yang memiliki tingkat risiko rendah terhadap proses persalinan. Sebab, teknik ini dipercaya memiliki beragam manfaat, utamanya berkaitan dengan relaksasi.
Oleh karena itu, water birth juga bisa disebut sebagai hidroterapi, sebuah terapi yang menggunakan untuk meredakan berbagai gejala pada tubuh. Hidroterapi ini dilakukan selama 1-2,5 jam, sama seperti metode persalinan secara normal.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, water birth merupakan sebuah teknik yang memungkinkan seorang ibu melahirkan di dalam bak yang diisi air. Perbedaan teknik ini dengan teknik persalinan biasa atau yang disebut vaginal birth ialah, water birth dipercaya memberikan kenyamanan lebih dan mampu meminimalisir rasa sakit.
Mengenal Apa Itu Mom Shaming dan Dampaknya Bagi Ibu
Dalam water birth, air yang digunakan harus memiliki suhu konstan, antara 36 – 38 derajat celsius. Sebab, suhu tersebut merupakan kisaran suhu tubuh normal yang dimiliki manusia. Jika suhu terlalu tinggi atau di atas 38 derajat celsius, akan meningkatkan suhu inti tubuh ibu yang juga berpotensi membuat jantung bayi berdetak cepat.
Air dalam bak yang digunakan dalam water birth biasanya diisi setinggi dada sang ibu untuk menciptakan rasa nyaman. Dengan volume demikian, air juga memiliki kekuatan daya apung yang membuat sang ibu berada di posisi mengambang sehingga memberikan ibu kebebasan untuk bergerak.
Saat bayi telah lahir, bayi tersebut segera diangkat ke permukaan dengan lembut. Bayi kemudian diletakkan di dada ibu sebagai bagian dari imbauan WHO dan UNICEF untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Pekan Menyusui Sedunia, Pahami Cara Terbaik Memberi dan Menyimpan ASI untuk Si Bayi
Apakah Water Birth Aman?
Diskursus mengenai keamanan water birth masih menjadi topik penelitian hingga saat ini. Teknik water birth memang dipercaya mampu memberikan dampak baik kepada sang ibu. Akan tetapi, teknik ini juga masih memiliki risiko terhadap bayi.
Misalnya, infeksi pada bayi karena tidak sengaja menelan air yang terkontaminasi kotoran sang ibu.
Namun, hal yang perlu diketahui ialah bahwa dalam beberapa hasil penelitian mengungkapkan, prosedur penerapan water birth sangatlah ketat. Misalnya, dalam jurnal Women and Birth, dijelaskan bahwa sang ibu dianjurkan meninggalkan bak mandi untuk buang air kecil secara teratur.
Tradisi Suku Korowai Asingkan Ibu Hamil ke dalam Hutan hingga Melahirkan
Bahkan, ketika bak mandi menjadi sangat terkontaminasi dengan urin atau feses, sang ibu perlu keluar dari bak untuk sementara waktu agar air dalam bak diisi ulang. Benar, wanita yang akan melahirkan bebas untuk keluar masuk bak. Sebab, sang ibu selalu berada dalam pantauan petugas medis profesional.
Dokter dalam proses ini akan selalu melakukan pengecekan secara berkala terkait denyut jantung janin, Profilaksis streptokokus Grup B (GBS), hingga akses intravena.
Ibu akan diminta untuk meninggalkan bak hidroterapi jika terdapat kelainan denyut jantung janin; indikasi infeksi ibu, seperti dehidrasi, peningkatan suhu dan denyut nadi, perdarahan berlebihan; atau air yang terlalu kotor.
Mengenal Ritual Mandi Uap dalam Masyarakat Maluku Utara, Redakan Rasa Sakit Sehabis Melahirkan
Ibu kemudian dapat masuk kembali ke bak jika bidan menentukan bahwa kondisi persalinannya sekali lagi memenuhi kriteria kelayakan.
Meski demikian, teknik ini lagi-lagi masih menjadi diskursus panjang, utamanya terkait klaim manfaat bagi sang ibu dan risiko yang akan menimpa pada bayi.
Hal yang paling penting ialah selalu konsultasikan kehamilan kepada dokter agar Kawan mengetahui manfaat dan risiko tiap keputusan yang diambil agar tidak salah langkah.
Mengenal Sambal Tinuktuk, Obat Tradisional Masyarakat Simalungun untuk Redakan Sakit Ibu Pasca Melahirkan
Referensi:
- Dado, M., Smith, V., & Barry, P. (2022). Women’s experiences of water immersion during labour and childbirth in a hospital setting in Ireland: A qualitative study. Midwifery, 1-8.
- Menakaya, U., Albayati, S., Vella, E., Fenwick, J., & Angstetra, D. (2013). A retrospective comparison of water birth and conventional vaginal birth among. Women and Birth, 114-118.
- Vanderlaan, J. (2017). Retrospective Cohort Study of Hydrotherapy in Labor. JOGNN, 403–410.
- Vanderlaan, J., Kamanga, F. C., & Garcia, L. (2022). Challenges to interdisciplinary consensus for evidence-based practice with water immersion for labor and birth: A systematic review of scholarly references. Health Sciences Review, 1-6.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News