cokelat dan jejak lingkungannya apa saja yang perlu kita tahu - News | Good News From Indonesia 2024

Cokelat dan Jejak Lingkungannya, Apa Saja yang Perlu Kita Tahu?

Cokelat dan Jejak Lingkungannya, Apa Saja yang Perlu Kita Tahu?
images info

Halo, Kawan GNFI! Siapa yang tidak tergoda dengan kenikmatan cokelat? Mulai dari permen, minuman hangat, hingga kue, cokelat adalah salah satu kudapan favorit di seluruh dunia. Namun, pernahkah Kawan GNFI berpikir tentang bagaimana cokelat diproduksi dan dampaknya terhadap lingkungan?

Baru-baru ini, sebuah penelitian oleh Darmawan dan Abdul Mutalib dari Politeknik Negeri Pertanian Pangkep, Sulawesi Selatan, mengungkap sisi lain dari produksi cokelat.

Dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA), penelitian ini menyajikan fakta mengejutkan tentang jejak lingkungan dari setiap tahap produksi cokelat, mulai dari perkebunan kakao hingga menghasilkan chocolate liquor atau produk setengah jadi dari pengolahan biji kakao. Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Indonesia, Pemain Besar Kakao Dunia

Tahukah Kawan GNFI, Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Ghana dan Pantai Gading? Sebagian besar kakao Indonesia berasal dari Sulawesi dan melibatkan lebih dari 1,3 juta petani kecil. Dengan lebih dari 1,5 juta hektar lahan perkebunan, kakao menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

5 Jajanan Jadul dengan Cita Rasa Manis, dari Permen Yosan hingga Cokelat Payung

Namun, di balik kontribusi ekonominya, proses produksi kakao membawa tantangan lingkungan yang cukup besar. Mulai dari penggunaan pestisida, pupuk, hingga pembakaran sisa tanaman, semuanya memiliki dampak yang tidak kecil pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Jejak Lingkungan Produksi Kakao

Melalui pendekatan LCA, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan pestisida dan pembakaran sisa tanaman adalah dua kontributor terbesar terhadap kerusakan lingkungan. Beberapa fakta utama yang terungkap:

  1. Potensi toksisitas pada manusia (human toxicity potential/HTP), di mana hampir 89% dampak toksisitas manusia berasal dari tahap awal (upstream), seperti penggunaan pestisida dan pembakaran.
  2. Permintaan energi kumulatif (cumulative energy demand/CED):, di mana tahap pemrosesan (core), seperti pengangkutan bahan baku dan produksi mengonsumsi energi mencapai 59%.
  3. Dampak gas rumah kaca (global warming potential/GWP), di mana pembakaran stubble atau sisa tanaman menyumbang emisi karbon yang signifikan.

Selain itu, penggunaan pupuk berbahan kimia tinggi juga mempercepat degradasi tanah dan mencemari sumber air.

Mengenal Kakao dan Cara Membuat Cokelat dari Biji Kakao

Alternatif Ramah Lingkungan

Tidak hanya memetakan masalah, penelitian ini juga menawarkan solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan:

  1. Mengurangi pestisida hingga 50%, dengan menggunakan metode pengendalian hama terpadu bisa memangkas dampak toksisitas hingga 65%.
  2. Mengganti pupuk dengan kompos, dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dapat menekan dampak pemanasan global hingga 13%.
  3. Menghindari pembakaran sisa tanaman, melalui cara ini, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20%.
  4. Konservasi air tanah, dilakukan dengan penanaman pohon peneduh di kebun kakao untuk membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi erosi.
  5. Penggunaan energi alternatif, dengan beralih ke gas alam atau biomassa dapat menurunkan permintaan energi hingga 22%.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Implementasi langkah-langkah di atas tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga membawa keuntungan ekonomi. Contohnya, mengganti energi fosil dengan biomassa mampu menghemat biaya produksi hingga 25,7%.

Dengan demikian, petani dan produsen cokelat tidak hanya berkontribusi pada kelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi usaha mereka.

Kawan GNFI, saat kita menikmati sepotong cokelat, mari, ingat bahwa di balik kenikmatan itu terdapat perjalanan panjang yang melibatkan alam, petani, dan industri. Dukungan terhadap produk cokelat yang ramah lingkungan dapat menjadi langkah kecil kita untuk mendukung keberlanjutan.

Sebagai konsumen, kita bisa memilih produk cokelat yang bersertifikasi ramah lingkungan atau mendukung produsen yang menggunakan bahan lokal secara bertanggung jawab.

Yuk, Kawan, jadikan cokelat tidak hanya nikmat di lidah, tetapi juga membawa kebaikan bagi bumi!

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.