krecek bung olahan bambu tradisional yang menjadi kearifan lokal lumajang - News | Good News From Indonesia 2024

Krecek Bung, Olahan Bambu Tradisional yang Menjadi Kearifan Lokal Lumajang

Krecek Bung, Olahan Bambu Tradisional yang Menjadi Kearifan Lokal Lumajang
images info

Mungkin sebagian dari Kawan GNFI akan mengira kalau foto di atas merupakan olahan dari daging sapi. Walau sekilas mirip, tapi tahukah kalian kalau itu adalah olahan yang berbahan dasar bambu?

Secara tekstur dan visual, rebung atau tunas bambu muda yang sudah diolah menjadi krecek memang mirip seperti daging sapi. Untuk rasa juga olahan tradisional ini punya cita rasa yang tidak kalah enak. 

Di Jawa Timur, khususnya Lamongan, olahan krecek bung tidak hanya kuliner tradisional yang sudah ada sejak dulu. Warga sekitar menganggap makanan khas ini sebagai simbol kearifan lokal. Bahkan baru-baru ini pada 22 Agustus 2024, hidangan ini ditetapkan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia bersama 13 budaya dari Jawa Timur lainnya.

Nama "Krecek" dipilih karena menggambarkan tekstur olahan ini yang sangat renyah saat dikunyah. Sementara itu, "Bung" adalah bagaimana warga lokal menyebut rebung biasanya, bahan utama dalam pembuatan makanan ini.

Wisata Kuliner Jawa Timur, Panduan untuk Makanan Tradisional Daerah Ini

Terciptanya Krecek Bung

Kuliner ini pertama kali tercipta pada masa kelaparan di tahun 1940. Saat itu di daerah Pasrujambe, para warga memanfaatkan tunas bambu di sekitar mereka. Karena rebung tidak bisa disimpan untuk waktu jangka panjang, masyarakat setempat mencoba beberapa inovasi masakan, kemudian terciptalah olahan ini.

Sejarah yang berbeda ada di Desa Sumbermujur. Warga di sana mengetahui kalau rebung punya banyak manfaat dan bisa dimakan melalui edukasi dari Jepang di era kolonial. Di satu waktu, warga sekitar mendapat kabar jika ada perang yang memaksa mereka untuk melarikan diri ke gunung selama 3—4 hari.

Sebab inilah, masyarakat sekitar pergi tanpa direncana. Kenyataannya, setelah mereka kembali, beberapa harta berharga memang dijarah dan membuat warga harus memakan apapun yang ada dari lahan perkebunan. Mengingat di daerah sana merupakan kawasan hutan bambu, mereka teringat atas edukasi Jepang, maka terciptalah olahan rebung ini.

Walau banyak jenis bambu yang bisa diolah rebungnya. Namun, ada juga yang tidak bisa dimakan seperti bambu apus, bambu manggong, dan bambu ampel kuning. Rasanya pahit dan mengandung racun.

Di Desa Sumbermujur sendiri biasanya menggunakan rebung dari bambu jenis jajang dan petung yang paling sering. Jenis bambu ini dipilih karena ukuran tunas mudanya relatif lebih besar dari yang lainnya.

Intip Cara Pembuatan Ampo, Kuliner Tradisional Dari Tanah Liat Khas Tuban, Jawa Timur

Teknik Mengolah Rebung 

Cara mengolah krecek bung terbilang cukup panjang. Setelah dikupas, rebung harus dicuci dengan air yang mengalir agar bulu halus pada rebung terkelupas.

Kemudian, pangkas bagian yang kerasnya yang ada di bagian atas dan bawahnya hingga membentuk silinder halus. Lalu belah menjadi 4 bagian.

Guna menghilangkan bau dan rasa pahit, setelah dipotong, rebus rebung dengan air yang mendidih selama 30 menit.

Setelahnya, tiriskan dan iris tipis rebung. Jemur rebung selama 3 hari di bawah matahari terik. Namun, jika matahari tidak terik, jemur rebung selama 7 hari. Ini ditujukan agar rebung tidak berjamur.

Di desa ini, masyarakat sekitar biasa mengolah krecek bung menjadi oseng krecek bung dan krecek bung kuah santan. Selain dari rempah yang digunakan, protein yang digunakan sebagai bahan pendukung juga berbeda.

Protein yang digunakan pada oseng krecek bung adalah kulit sapi yang dipotong kecil-kecil, sedangkan untuk protein pada kuah santan adalah tahu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.