Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki satu ikon kuliner khas yang berusia hampir satu abad, yaitu Kerupuk Klenteng Rasa Asli atau akrab disebut dengan Kerupuk Abang Ijo.
Kerupuk yang terbuat dari tepung dengan ciri khas banyak bentuk spiral dan warna-warni ini banyak ditemui di setiap tempat makan. Cerita pembuatannya bermula pada 8 Maret 1929. Usaha tersebut dimulai oleh pasangan suami istri Tan Tjian Liem dan Oei Hay Nio yang membuka pabrik kerupuk di dekat Klenteng Hok Swie Bio, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Bojonegoro.
Kala itu, kondisi di Bojonegoro sedang memburuk karena luapan sungai Bengawan Solo yang menyebabkan sektor pertanian gagal panen. Pemerintahan juga Hindia Belanda mengalami depresi ekonomi.
Sebelum bisa berdiri hingga kini, awalnya Tan Tjien Liem bersama dua temannya dari Tuban belajar membuat kerupuk di Sidoarjo. Sayangnya kala itu usahanya tidak bertahan lama karena kerupuknya sulit terjual. Alasannya karena kurangnya pemahaman kepada pasar waktu itu, ditambah lagi dengan modal pengalaman mereka tidaklah banyak.
Setelah mereka memutuskan untuk berhenti memproduksi kerupuk, 2 sahabat Tjien Liem kembali ke Tuban. Sedangkan dirinya menetap untuk mempelajari memproduksi batik walau akhirnya usahanya tetap tidak membuahkan hasil. Tjien Liem akhirnya menyusul pulang. Barulah setelah itu rencana mendirikan pabrik dimulai.
Di awal masa berdirinya, mereka tidak hanya memproduksi kerupuk. Namun, secara bersamaan juga memproduksi tahu dan kecap. Hanya saja, karena dirasa cukup sulit, produksi tahu dan kecap tidak bertahan lama.
Kerupuk Upil dan Macam Kerupuk Lainnya Khas Kediri
Jika sekarang yang sering ditemui berwarna merah dan hijau, pada awalnya kerupuk yang mereka produksi hanya berwarna putih. Karena dirasa kurang cukup menjual, barulah mereka menambahkan warna seperti merah, hijau dan kuning.
Dari sinilah, nama “Abang ijo” dikenal sejak saat itu. Abang Ijo sendiri merupakan bahasa setempat kala itu yang artinya merah dan hijau.
95 tahun telah berlalu, kini pabrik kerupuk Klenteng Rasa Asli di bawah pengelolaan generasi keempat, Anton Indarno, dan masih berdiri di lokasi yang sama.
Pabrik ini juga telah memiliki sertifikasi dari lembaga tepercaya seperti Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan PT Sucofindo.
Produk di sini juga sudah terbukti bebas dari zat kimia tambahan dan bakteri berbahaya karena sejak awal yang menjadi prioritas produk ini adalah kepercayaan konsumen.
Dib awah pengelolaan Anton, dirinya terus berinovasi dengan memperbarui desain kemasan dan logo, serta memanfaatkan teknologi digital untuk promosi.
Langkah ini tidak hanya memperluas pasar, tetapi juga menjadikan produknya lebih relevan dengan konsumen modern.
Selain itu juga, dirinya membangun hubungan yang kuat dengan komunitas dengan membuka pabriknya untuk kunjungan. Ini ditujukan tidak hanya untuk memperkenalkan produknya, tetapi juga melestarikan budaya usaha keluarganya yang terbentuk di dalam pabrik.
Meski banyak membuat inovasi baru demi mengikuti tren dan masuk ke pasar yang lebih luas, tetapi Anton tetap memastikan agar akar tradisi tidak berubah sedikit pun. Dirinya tidak merubah komposisi produksi yang sudah ada sejak dulu.
Teknik Pembuatan Kerupuk Bang-Jo
Proses pembuatan kerupuk abang ijo diawali dengan mencampurkan tepung tapioka, garam, air, dan pewarna makanan sintetis hingga membentuk adonan.
Adonan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam mesin cetak menjadi bentuk kerupuk. Setelah adonan tercetak, proses selanjutnya adalah pengukusan.
Jika adonan sudah dikukus, kerupuk dijemur hingga kering. Apabila cuaca kurang bersahabat seperti misalnya berawan atau hujan, kerupuk akan melalui satu tahapan lagi, yakni dimasukan ke dalam oven agar mengembang.
Bukan dengan Minyak, Desa di Daerah Batang Ini Goreng Kerupuk Gunakan Pasir
Setelah kering, agar tidak saling menempel dan memisahkan satu sama lainnya, kerupuk dimasukkan ke mesin perontom. Setelah itu barulah kerupuk siap dimasukkan ke kemasan dan kemudian didistribusikan ke konsumen.
Kini Kerupuk Abang Ijo tidak hanya menjadi olahan yang melegenda di Bojonegoro saja. Kerupuk ini menjadi primadona di tiap toko oleh-oleh Jawa Timur. Menariknya, pada 22 Agustus 2024, olahan ini ditetapkan sebagai ‘Warisan Budaya Tak Benda’ bersama 13 budaya Jawa Timur lainnya dan pada 9 Desember 2024 lalu, diadakan acara penyerahan sertifikatnya oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.
Referensi
- https://jatim.idntimes.com/food/diet/dhafintya-noorca-achni-1/kerupuk-abang-ijo-kuliner-bojonegoro-eksis-sejak-tahun-1929-c1c2
- https://www.pilar.id/kerupuk-klenteng-bojonegoro-kuliner-legendaris-warisan-budaya-tak-benda-indonesia/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News