Pesisir pantai adalah area yang ideal untuk berbagai jenis vegetasi hutan mangrove yang memiliki sistem akar khusus serta tumbuh di tanah berlumpur, batas antara tanah dan laut, dipengaruhi oleh pasang surut dan kadar garam.
Hutan mangrove juga bisa berfungsi sebagai pemisah atau pelindung dari erosi laut. Di dalam hutan mangrove ini, Kawan GNFI akan menjumpai berbagai vegetasi unik yang menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan, udang, penyerap polutan, serta menyumbang pada penyerapan karbon.
Karena banyaknya manfaat yang baik bagi keberlangsungan hidup, hutan mangrove kini telah menemukan inovasi yang menguntungkan masyarakat lokal yang berusaha menggabungkan tambak air payau dengan hutan mangrove untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya yang dikenal dengan metode silvofishery. Metode silvofishery ini cukup unik karena dalam pengelolaannya, tidak menghilangkan atau mengubah fungsi hutan mangrove yang sudah ada.
Silvofishery ini adalah sebuah inovasi terbaru yang mengkolaborasikan antara kehutanan dan perikanan. Sejalan dengan konsep ekonomi biru yang sedang dipromosikan saat ini, silvofishery menarik perhatian sebagai metode budidaya perikanan yang dapat memanfaatkan lahan hutan mangrove menjadi lebih produktif.
Silvofishery ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai inovasi baru dalam bidang pertambakan dan budidaya perikanan.
Silvofishery, Alternatif Melestarikan Hutan Bakau dengan Budidaya Ikan
Revolusi Tambak untuk Budidaya Kepiting Bakau dalam Hutan Mangrove
Ekosistem mangrove yang kompleks, terletak di antara daratan dan lautan sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga berkaitan erat antara ekosistem darat dan ekosistem pesisir.
Budidaya kepiting ini menjadi pilihan yang baik untuk menjadikan kawasan mangrove lebih produktif dan optimal. Hal ini karena hutan mangrove memiliki potensi luar biasa untuk berbagai habitat yang memiliki nilai ekonomi dan biologis dalam sektor perikanan dan pertambakan.
Kegiatan ini juga bisa menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan dan memberikan peluang kerja atau alternatif usaha bagi penduduk di sekitar hutan mangrove untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui penggunaan ekosistem hutan mangrove yang berkelanjutan.
Kepiting bakau dipilih dalam program silvofishery ini karena merupakan salah satu sumber daya yang berpotensi besar untuk dikembangkan di area hutan bakau. Selain itu, kepiting bakau memiliki nilai ekonomi tinggi dan telah lama menjadi komoditas ekspor yang menawarkan peluang pasar yang luas dan prospektif baik untuk konsumsi domestik maupun internasional karena permintaannya terus meningkat setiap bulan.
Oleh karena itu, pengembangan budidaya tambak dengan metode silvofishery sangat penting, mengingat pengambilan kepiting dari alam secara terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan populasi dan bahkan kepunahan.
Metode silvofishery ini merupakan pendekatan optimal untuk memanfaatkan sumber daya serta sebagai langkah pelestarian hutan mangrove, sekaligus memberikan peluang usaha untuk membesarkan kepiting berkualitas tinggi dengan harga jual yang baik tanpa merusak ekosistem yang ada.
Keuntungan Hutan Mangrove dengan Menerapkan Metode Silvofishery
Penggunaan metode silvofishery ini perlu sejalan dengan prinsip keberlanjutan, manfaat, dan integrasi untuk mencapai hasil yang maksimal, yang mencakup:
- Menjamin keberlangsungan ekosistem hutan mangrove dalam proporsi yang sesuai,
- Mengoptimalkan fungsi zona seperti konservasi, perlindungan, serta produksi untuk mencapai keseimbangan antara fungsi sosial dan ekonomi secara berkelanjutan,
- Mendukung penguatan kapasitas masyarakat dengan partisipasi yang adil dan berbasis lingkungan untuk menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi,
- Memperbaiki fungsi area hutan mangrove.
Penerapan metode silvofishery ini sangat menguntungkan karena tidak hanya meningkatkan aspek ekonomi, tetapi juga menjaga keberlangsungan lingkungan. Hutan mangrove berperan sebagai penyaring dan pelindung kualitas air secara alami, sehingga metode silvofishery dalam tambak mengurangi risiko kontaminasi serta akumulasi limbah dari pakan dan obat-obatan yang biasanya digunakan dalam pengelolaan tambak.
Dengan demikian, Kawan GNFI, penerapan metode silvofishery memang menghadapi tantangan tersendiri dalam pengelolaannya, mulai dari kepemilikan lahan, modal, hingga pengetahuan pengelola yang masih perlu ditingkatkan.
Namun, dengan prospek pengembangan yang cukup tinggi dan banyak diminati, karena besar manfaatnya dalam menghasilkan kualitas dan keuntungan yang lebih optimal dengan tetap menjaga keberlangsungan alam secara berkelanjutan. Metode silvofishery ini tetap dikembangkan sebagai inovasi baru yang lebih menguntungkan.
1,7 Ton Kepiting Bakau Maluku Tembus Pasar ASEAN
Referensi:
https://www.mongabay.co.id/2020/07/26/silvofishery-alternatif-pelestarian-hutan-mangrove/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News