Film "Bila Esok Ibu Tiada" yang telah tayang 14 November 2024 di berbagai bioskop seluruh Indonesia berhasil mengajak penonton untuk merefleksikan kehadiran sosok ibu. Film garapan Leo Pictures ini menitik beratkan gambaran mengenai peran ibu yang tidak dapat tergantikan dalam keluarga.
Diadaptasi dari novel best seller dengan judul yang sama karya Nagiga Nur Ayati, "Bila Esok Ibu Tiada" menyuguhkan kisah emosional dan menyentuh. Kawan dapat menyaksikan trailernya sebagai berikut.
Mengusung genre drama keluarga, film berdurasi 1 jam 44 menit ini disutradarai oleh Rudi Soedjarwo dan dibintangi oleh beberapa aktor ternama Tanah Air. Terdapat aktor senior seperti Slamet Rahardjo (Haryo) dan Christine Hakim (Rahmi) yang berperan sebagai suami dan istri dalam sebuah keluarga sederhana yang terlihat harmonis.
Selanjutnya, dalam film "Bila Esok Ibu Tiada" ini, diperlihatkan Haryo dan Rahmi dianugerahi oleh keempat anak yang diperankan oleh Adinia Wirasti (Ranika), Amanda Manopo (Rania), Fedi Nuril (Rangga) dan Yasmin Napper (Hening).
Bagi penonton yang berencana ingin film satu ini, jangan lupa untuk mempersiapkan banyak tisu. Lalu, bagi para penonton perempuan yang memakai riasan, direkomendasikan agar memastikan menggunakan maskara tahan air pada saat hendak menonton film ini.
Nah, jika Kawan GNFI penasaran mengenai gambaran cerita dari film satu ini, berikut review film "Bila Esok Ibu Tiada" beserta pesan yang ingin disampaikannya.
Diawali dengan Hubungan Keluarga yang Seketika Berubah
Dalam film "Bila Esok Ibu Tiada", cerita dimulai pada saat meninggalnya sang kepala keluarga yakni Haryo dan meninggalkan Rahmi bersama dengan keempat anaknya. Kepergian Haryo seketika meninggalkan duka yang sangat dalam kepada Rahmi. Hal tersebut membuatnya menjadi orang tua tunggal dan berjuang membesarkan Ranika, Rania, Rangga dan Hening.
Rahmi yang kini telah menjadi orang tua tunggal diperlihatkan tengah menyiapkan sarapan di dapur kecilnya. Sinar mentari pagi yang menyelinap masuk melalui jendela mulai menyorot kerut wajah Rahmi, tanda tahun-tahun yang telah ia lalui dalam mengarungi kerasnya hidup seorang diri.
Dengan penampilan aktingnya yang mendalam, Christine Hakim ditampilkan sebagai jiwa dari film ini dan membawa penonton untuk masuk ke dalam dunia seorang ibu yang penuh pengorbanan. Tatapan matanya yang sayu, senyumnya yang tulus, hingga kebisuan di tengah konflik anak-anaknya, semuanya terasa begitu nyata.
Hubungan keluarga sederhana yang sebelumnya diperlihatkan harmonis itu mulai menjadi berubah setelah kepergian sosok ayah. Sebagai anak sulung, Ranika mulai mengambil alih kendali tanggung jawab besar sebagai “kepala keluarga” dan menjadi tulang punggung menjadi wanita karier dan mandiri bagi ibu dan adik-adiknya itu.
Sementara itu, Rania diketahui telah berprofesi sebagai artis sinetron, Rangga yang menjadi komposer musik, dan terakhir Hening anak bungsu yang berjiwa seni dan masih mengenyam bangku kuliah.
Baca juga: Film Cinta Tak Seindah Drama Korea: Sinopsis, Jadwal Tayang, Pemeran, & Fakta Menariknya
Konflik yang Bermunculan Pasca Kepergian Sang Ayah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan kematian sang ayah, film "Bila Esok Ibu Tiada" berusaha untuk menyentuh emosi penonton. Selain itu, konflik demi konflik mulai diperlihatkan setelah kepergian sang ayah, terutama hubungan keluarga yang terjadi di dalamnya.
Penampilan dari karakter lainnya seperti Rania, Rangga, dan Hening juga ditampilkan menonjol, terutama saat beradu argumen dengan sang kakak.
Diperlihatkan Ranika mulai menjadi seorang yang bersikap otoriter bahkan diperlihatkan terlalu mengatur kesibukan adik-adiknya itu. Sebagai anak sulung, Adinia Wirasti sukses menggambarkan beban yang harus ia pikul hingga dirinya rela menunda pernikahannya. Ranika kemudian mengeluhkan keempat adik-adiknya tersebut yang tidak ada yang mengingat hari ulang tahun selain dirinya sendiri.
Hubungan keempat bersaudara itu pun semakin renggang ketika suatu ketika, mereka berempat sama-sama melupakan tanggal ulang tahun sang ibu yang semakin bertambah usia.
Mereka berempat kemudian memperdebatkan kinerja yang telah mereka pertaruhkan bagi keluarga di tengah kesibukan baru yang telah ditempuh masing-masing. Meski Rahmi telah berusaha meleraikan anak-anaknya tersebut, perdebatan di antara mereka pun semakin memanas.
Puncaknya adalah ketika Rangga dan Rania memilih untuk keluar dari acara hari ulang tahun sang ibu dan menyisakan Rahmi, Ranika, dan Hening yang tetap berada dalam ruangan tersebut.
Kondisi Kesehatan Ibu yang Kian Memburuk
Kondisi tersebut membuat kondisi kesehatan Rahmi menjadi semakin menurun. Ia menanggung rasa sakit yang semakin parah itu sendirian karena tidak ingin menjadi beban bagi anak-anak yang terperangkap dalam ambisi mereka sendiri. Berikutnya, pada suatu waktu, Rahmi terlihat memecahkan gelas di dapur akibat kesehatannya yang semakin melemah hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Di tengah rasa sakitnya itu, Rahmi kemudian merasa sangat merindukan almarhum suaminya dan ingin berziarah ke makamnya. Hingga suatu hari, Rahmi pergi meninggalkan rumah untuk mengunjungi makam sang suami tanpa pamit kepada anak-anaknya.
Di sana, Rahmi mencurahkan kesedihan kepada suaminya itu yang hanya bisa menyaksikan hubungan anak-anaknya yang kian hari semakin memudar. Rahmi juga berharap agar Haryo tidak cepat pergi meninggalkan dirinya sendirian agar bisa kembali menyatukan hubungan keluarga seperti dahulu kala.
Mengadopsi Filosofi Seni Kintsugi dari Jepang
Satu hal yang terasa mengganjal dalam film "Bila Esok Ibu Tiada" ialah fokus yang menitik beratkan pada konflik. Hal itu menjadikan momen kebersamaan dalam keluarga sederhana ini terasa kurang. Barulah setelah sosok ibu diperlihatkan meninggal di bagian akhir film, para penonton akhirnya bisa merasakan kehangatan hubungan keluarga ini.
Kepergian ibu menyisakan luka, penyesalan, dan saling menyalahkan antara empat bersaudara itu. Dalam semua kekacauan ini, film tersebut menyisipkan filosofi seni kintsugi dari Jepang—sebuah seni memperbaiki keramik retak dengan emas, menjadikan pecahan-pecahan sebagai keindahan yang baru.
Retakan yang dihasilkan melambangkan ketidaksempurnaan. Meski setiap keluarga mempunyai permasalahan dan perbedaan karakter dari setiap anggota keluarga, tetapi ikatan keluarga tersebut tetap ada, dan mereka harus belajar menerima ketidaksempurnaan tersebut.
Filosofi kintsugi dalam film "Bila Esok Ibu Tiada" berfungsi sebagai pengingat akan kesatuan keluarga yang telah renggang dan perlahan-lahan perlu disambung kembali setelah kepergian sang ibu. Baik Ranika, Rangga, Rania dan Hening, mereka berempat akhirnya memahami pentingnya untuk saling mendukung dan mengikat kembali kasih sayang yang sebelumnya pernah memudar.
Baca juga: Film "Women from Rote Island" dan Sebuah Pengalaman Unik
Soroti Keutuhan Keluarga yang Harus Tersambung Kembali
Pesan yang ingin disampaikan dari film "Bila Esok Ibu Tiada" sangat jelas. Sebagai penonton, kita dibuat ikut merenungi arti dari kehadiran sosok ibu. Sering kali kita kerap terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan meluangkan waktu demi kebahagiaan bersama orang-orang yang kita cintai. Pada akhirnya kita baru menyadari momen-momen berharga itu setelah mereka pergi.
Film "Bila Esok Ibu Tiada" berhasil menyentuh emosi penonton dengan memanfaatkan teknik one-take shot pada saat momen-momen emosional. Salah satu contohnya adalah adegan makan malam untuk merayakan ulang tahun yang menjadi puncak ketegangan dalam keluarga. Dengan pengambilan gambar yang terus-menerus ini, penonton merasa seolah berada di dalam ruangan itu, seakan-akan menjadi anggota dari keluarga tersebut.
Sebagai informasi, diketahui Adinia Wirasti, Amanda Manopo, Fedi Nuril dan Yasmin Napper diberikan kebebasan oleh Rudi Soedjarwo dalam memerankan perannya tersebut. Menurut Rudi, hal itu dimaksudkan supaya memberikan pengalaman yang berbeda. Rudi juga mengimbau kepada para pemerannya agar melakukan improvisasi. Secara keseluruhan, film "Bila Esok Ibu Tiada" berhasil memberikan gambaran tentang dinamika dalam keluarga.
Baca juga: Film Perayaan Mati Rasa: Sinopsis, Jadwal Tayang, Pemeran, & Fakta Menariknya
Demikian review film "Bila Esok Ibu Tiada" beserta pesan yang ingin disampaikannya. Semoga bermanfaat!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News