4 tokoh kongres perempuan indonesia di balik lahirnya hari ibu nasional - News | Good News From Indonesia 2024

4 Tokoh Kongres Perempuan Indonesia di Balik Lahirnya Hari Ibu Nasional

4 Tokoh Kongres Perempuan Indonesia di Balik Lahirnya Hari Ibu Nasional
images info

Hampir di seluruh negara di dunia, Hari Ibu menjadi momen peringatan untuk menghormati jasa para ibu. Begitu pula Indonesia, Hari Ibu Nasional 22 Desember menjadi momen penting untuk para ibu yang dirayakan setiap tahunnya.

Melihat sejarah Hari Ibu Nasional, tentu tidak bisa dilepaskan dari Kongres Perempuan Indonesia I yang dihelat pada 22—25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Dalam kongres tersebut, terdapat sederet tokoh perempuan yang datang dari berbagai organisasi di berbagai daerah yang turut memperjuangkan hak asasi perempuan.

Akhirnya, Pada Kongres Perempuan III 1939 di Bandung, ditetapkanlah tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu yang kemudian menjadi Hari Ibu Nasional di era kepemerintahan Soekarno.

Di balik penetapan Hari Ibu Nasional dan Kongres Perempuan Indonesia, terdapat banyak tokoh perempuan penting. Berikut ini adalah 4 tokoh di antaranya, yang juga berperan aktif dalam perjuangan hak-hak kesetaraan wanita.

Ny. Sukonto

Ny. Sukonto adalah Ketua Kongres Indonesia I yang bertempat di kediaman R. M. Djojodipoero di Yogyakarta.

Melansir kisahnya dari laman Museum Vredeburg, Ny. Sukonto lahir dengan nama kecil Siti Aminah di Temanggung, Jawa Tengah, pada 5 Agustus 1989.

Semasa kecil, ia tidak pernah menempuh pendidikan formal karena saat itu masyarakat umum berpendapat bahwa perempuan cukup mendapatkan pendidikan di rumah semata.

Ny. Sukonto baru bisa menguasai baca tulis ketika ia menikah dengan Sukonto yang seorang dokter.

Saat menetap di Yogyakrta, Ny. Sukonto bergabung dalam organisasi bernama Wanita Utomo. Organisasi ini didirikan oleh ibu-ibu rumah tangga yang berkencimpung di urusan kesejahteraan wanita dan sosial.

Dalam pidatonya di Kongres Perempuan Indonesia I, Ny. Sukonto berkata bahwa sudah saatnya kepentingan kaum putri dari zaman kegelapan harus diangkat. Kaum istri hendaknya jangan hanya dianggap baik saat di dapur, tetapi juga harus mumpuni melakukan baca tulis.

Nyi Hajar Dewantara

Tokoh lain di balik Kongres Perempuan Indonesia I adalah Nyi Hajar Dewantoro, istri dari Ki Hajar Dewantara. Ia mendedikasikan hidupnya sebagai pendiri Wanita Taman Siswa dan menjadi ketua hingga akhir hayatnya.

Wanita bernama asli Raden Ajeng Sutratinah ini lahir pada 1890. Pernikahannya dengan Ki Hajar Dewantara mengenalkan dia pada dunia jurnalistik dan politik. Ia turut terlibat dalam sepak terjang suaminya, termasuk mendampingi suaminya saat dibuang ke Belanda pada 1913—1919.

Dilansir dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia, ia, bersama dengan Ny. Sukonto dan Ny. Sujatin, disebut sebagai promotor Kongres Perempuan Indonesia I.

Meskipun pada Kongres Perempuan Indonesia I ia hanya menjabati posisi kepanitiaan biasa, Nyi Hajar Dewantara turut membawakan pidato berjudul "Keadaban Istri".

Ny. Sujatin Kartowijono

Ny. Sujatin Kartowijono juga merupakan satu dari tiga promotor Kongres Perempuan Indonesia I bersama dua nama sebelumnya. Ia merupakan seorang wanita kelahiran Wates, 9 Mei 1907 yang menjadi pendiri sekaligus ketua dari perkumpulan guru bernama Putri Indonesia.

Melihat kesuksesan Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda, Ny. Sujatin tergerak untuk membuat kongres serupa bagi para perempuan, hingga terbentuklah panitia kongres berisi dirinya, Ny. Sukanto, dan Nyi Hajar Dewantara.

Ny. Sujatin terkenal cerdas sedari kecil, nilai rapornya baik semasa dia bersekolah di HIS Karanganyar. Beranjak remaja, ia aktif di organisasi Jong Java divisi putri. Ia juga meenggemari membaca buku, termasuk buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya R.A. Kartini.

Setelah Indonesia merdeka, Sujatin turut mendirikan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) dan terpilih menjadi Ketua Badan Federasi Kongres Wanita. Bahkan, sertelah melepas jabatan di 1960, ia tetap menjadi penasehat Perwari.

Emma Puradiredja

Nama Emma Puradiredja muncul sebagai ketua Kongres Perempuan Indonesia III pada 22-28 Juli 1938 di Bandung, Jawa Barat. Ia merupakan tokoh perempuan di Jawa Barat dan merupakan Ketua Pasundan Istri (PASI).

Seperti yang diketahui, Kongres Perempuan Indonesia III ini merupakan penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Emma merupakan seorang wanita kelahiran Cilimus, Kuningan 13 Agustus 1902. Ia berlatar belakang keluarga bangsawan sehingga mendapat akses pendidikan yang cukup memadai untuk menggerakan kaum pemuda di Jawa Barat.

Ia mendirikan PASI dan menjadi salah satu tokoh yang rekam jejaknya ditampilkan di Museum Sumpah Pemuda. Nama Emma Puradiredja juga menjadi salah satu nama rumah sakit bersalin di Bandung.

 

Referensi:
- https://vredeburg.id/id/post/mengenal-tokoh-kongres-perempuan-nysukonto-sebagai-penggerak-wanita-indonesia-keluar-dari-zaman-kegelapan
- https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Kesatuan_Pergerakan_Wanita_Indonesia
- https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4829842/sosok-emma-puradiredja-pencetus-hari-ibu?page=3
- https://nasional.okezone.com/read/2021/12/22/337/2520863/tokoh-wanita-indonesia-yang-bidani-lahirnya-hari-ibu-desember-ini-daftarnya?page=all
- https://lifestyle.bisnis.com/read/20201222/219/1334147/sejarah-hari-ibu-dan-tokoh-tokoh-wanita-yang-berjasa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.