Hari Raya Saraswati adalah salah satu hari suci yang sangat dinanti oleh umat Hindu, khususnya di Bali.
Perayaan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga momen sakral untuk menghormati Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan.
Dalam kehidupan umat Hindu, Dewi Saraswati diyakini sebagai pemberi cahaya kepada akal budi manusia, membantu mereka membedakan antara kebaikan dan keburukan melalui pengetahuan.
Hari Raya Saraswati dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Sabtu Umanis Watugunung dalam kalender Bali.
Tradisi ini telah berlangsung sejak zaman dahulu, diwariskan dari generasi ke generasi sebagai wujud rasa syukur atas anugerah ilmu pengetahuan yang menjadi landasan kehidupan.
Dalam masyarakat Bali, ilmu pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai kesuksesan duniawi, tetapi juga sebagai jalan menuju kebijaksanaan spiritual.
Sejarah dan Filosofi Hari Raya Saraswati
Dalam ajaran Hindu, Dewi Saraswati melambangkan ilmu pengetahuan yang mencerahkan dan menghapus kebodohan.
Ia digambarkan sebagai sosok anggun dengan empat tangan, memegang kitab suci, tasbih, vina (alat musik), dan bunga teratai, yang masing-masing memiliki makna mendalam.
Kitab suci melambangkan ilmu, tasbih merepresentasikan kebijaksanaan spiritual, vina melambangkan seni, dan bunga teratai adalah simbol kesucian.
Hari Raya Saraswati dirayakan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah ilmu yang telah diberikan.
Baca Juga: Sejarah Hari Raya Galungan: Perayaan Suci dan Daya Tarik Budaya Bali
Umat Hindu meyakini bahwa ilmu adalah penerang kehidupan yang membawa manusia menuju kebijaksanaan dan harmoni.
Tradisi dan Upacara Hari Saraswati
Pada pagi hari, umat Hindu melakukan persembahan berupa canang (sesaji) yang diletakkan di atas buku, lontar, dan alat tulis sebagai simbol penghormatan terhadap ilmu pengetahuan.
Tempat persembahyangan, seperti pura atau merajan, juga dihiasi dengan berbagai sesaji yang melambangkan rasa syukur kepada Dewi Saraswati.
Menariknya, buku-buku atau lontar yang disucikan ini tidak boleh dibaca pada hari Saraswati. Hal ini sebagai bentuk penghormatan bahwa ilmu adalah sesuatu yang sakral.
Setelah pagi diisi dengan persembahan, pada sore hari biasanya dilakukan persembahyangan di pura-pura besar.
Di beberapa desa di Bali, perayaan ini juga disertai dengan pementasan seni tradisional, seperti tari-tarian, yang merepresentasikan kreativitas dan keindahan yang diilhami Dewi Saraswati.
Makna Hari Raya Saraswati
Hari Saraswati mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang kebijaksanaan spiritual.
Di era modern ini, perayaan ini relevan sebagai pengingat bahwa teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan harus digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk menghancurkan harmoni kehidupan.
Selain itu, Hari Saraswati juga memberikan pesan penting bagi dunia pendidikan. Belajar bukan sekadar mencari nilai akademik, tetapi proses untuk membangun karakter, moral, dan kebijaksanaan.
Hari Raya Saraswati bukan hanya milik umat Hindu, tetapi nilai-nilainya dapat diambil oleh siapa saja.
Rasa hormat terhadap ilmu, pengembangan kreativitas, dan penghormatan pada kebijaksanaan adalah hal universal yang dapat memperkaya kehidupan.
Baca Juga: Upacara Adat Bali: Refleksi Kehidupan Spiritual Masyarakat Bali
Merayakan Hari Saraswati adalah momen untuk merenung, apakah ilmu yang kita miliki telah digunakan untuk hal-hal baik? Bagaimana kita menghormati proses belajar dalam hidup kita? Mari jadikan momen ini sebagai pengingat untuk selalu mengutamakan kebijaksanaan dan harmoni dalam setiap langkah kita.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News