Setelah lebih dari dua dekade, Indonesia kembali memiliki Menteri Luar Negeri (Menlu) di luar kalangan diplomat karier. Terakhir kali Menlu yang berasal dari kalangan nondiplomat adalah Alwi Shihab.
Alwi merupakan adik kandung mantan Menteri Agama, Quraish Shihab. Mantan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjabat sebagai Menlu di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid pada 1999-2001.
Pada 21 Oktober 2024, sejarah tersebut kembali terulang. Sugiono, mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI yang dilantik pada 2023 resmi didapuk sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia.
Walaupun bukan berasal dari kalangan diplomat karier, Menlu Sugiono mengungkap bahwa ia siap melanjutkan perjuangan pendahulunya, Retno Marsudi. Retno sendiri telah menahkodai diplomasi Indonesia selama satu dekade penuh.
Namun, apakah alasan khusus Prabowo memilih Menlu dari kalangan nondiplomat?
Keinginan Prabowo atas penunjukan Sugiono sebagai Menlu
Dosen FISIP Unair, Citra Hennida, S.IP., M.A., mengungkap bahwa penunjukan purnawirawan TNI sebagai Menlu di Kabinet Merah Putih itu adalah bentuk kompromi antara politik dan profesional. Mau tidak mau, presiden harus menempatkan pendukungnya selama pemilu dalam posisi yang strategis.
Di sisi lain, Citra turut memaparkan kemungkinan jika Prabowo akan lebih aktif dalam politik luar negeri. Prabowo disebut akan banyak terlibat langsung di berbagai forum internasional.
“Tujuan lainnya untuk menghindari pertentangan domestik dan mengamankan dukungan politik. Orang-orang politik dianggap lebih bisa melakukan ini,” tambahnya dikutip dari situs resmi Unair.
Penunjukan Menlu yang bukan dari kalangan diplomat karier juga bisa jadi ditujukan sebagai pendamping Prabowo saat menghadiri forum internasional, serta kunjungan bilateral dan multilateral.
Indonesia, BRICS, dan Peluangnya dalam Sektor Pariwisata
Wamenlu sebagai penyeimbang
Menariknya, meskipun menempatkan posisi fundamental tersebut kepada kalangan politisi, Presiden Prabowo juga menunjuk dua wakil menteri yang memang berasal dari kalangan diplomat. Kehadiran Arrmanatha C. Nasir dan Arif Havas Oegroseno sebagai dua wakil dari kalangan diplomat karier dianggap sebagai penyeimbang.
Baik Tata (panggilan Wamenlu Arrmanatha) dan Arif, keduanya adalah diplomat aktif Kementerian Luar Negeri. Sebelumnya, Tata merupakan Duta Besar dan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di New York.
Sementara itu, Arif pernah menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman yang berkantor di Berlin. Ia menjabat pada 2018-2024.
Di sisi lain, penunjukan Anis Mata sebagai Wamenlu yang berasal dari kalangan politik juga dianggap penting. Sosok yang fokus pada dunia Islam tersebut dianggap mampu untuk menjaga relasi dengan negara-negara sahabat, utamanya Arab.
Kebijakan luar negeri di era Presiden Prabowo digadang-gadang tidak hanya berfokus pada isu ekonomi, tetapi juga isu lain, seperti keamanan.
“Kalau kita lihat latar belakang Prabowo dan menlu yang berasal dari kalangan militer, Indonesia mungkin akan lebih aktif dalam isu keamanan. Sikap Indonesia terhadap Palestina saya rasa akan sama di bawah Prabowo,” tutur Citra.
Mengenal OECD, Organisasi Internasional yang Disebut Bakal Gaet Indonesia Jadi Anggotanya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News