sejarah jenis dan makna tari gantar dari kutai barat - News | Good News From Indonesia 2024

Sejarah, Jenis, dan Makna Tari Gantar dari Kutai Barat

Sejarah, Jenis, dan Makna Tari Gantar dari Kutai Barat
images info

Tari gantar adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Kalimantan Timur, tepatnya dari Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung, Kabupaten Kutai Barat. Kata “gantar” berasal dari bambu atau tongkat kayu yang biasa digunakan warga sekitar sebagai alat untuk menumbuk padi. Tari ini dianggap sebagai bentuk perayaan masyarakat setempat akan suatu hal.

Tari gantar biasanya menggunakan benda pendukung seperti tongkat kayu atau bambu yang dipegang dengan satu tangan oleh penarinya. Busana yang digunakan merupakan kain berwarna hitam yang ditenun dengan serat doyo dengan motif bergaris kuning, merah, hijau dan biru yang dinamakan ulap doyo dan menggunakan ikat kepala berupa labung berwarna merah. Kemudian diiringi dengan alunan gong, gening, dan kelentangen dengan tempo cepat.

Sejarah di Balik Tari Gantar

Tari gantar sendiri awalnya dikenal dari mitos yang ada di suku Dayak. Ceritanya berawal dari Negeri Oteng Doi, yang dipercaya sebagai tempat Dewa Nirwana. Dikisahkan ada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Kepala keluarganya bernama Oling Besi Oling Bayatn, dia tinggal bersama seorang istri dan mempunyai 2 anak yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela.

Hingga suatu hari datanglah seseorang yang tanpa disangka mempunyai niat untuk membunuh Oling Besi Oling Bayatn. Lelaki itu bernama Dolonong Utak Dolonong Payang, motifnya adalah demi dapat menikah dengan istri Oling Besi Oling Bayatn. Setelah istri dan kedua anaknya dipaksa untuk melihat kematian Oling Besi Oling Bayatn, sang istri pun memilih untuk setuju menikah dengan Donolong Utak Donolong Payang dengan rasa takut.

Berbeda dengan sang istri, kedua anaknya Dewi Ruda dan Dewi Bela menyimpan dendam atas pembunuhan ayahnya kala itu. Hingga pada akhirnya disaat keduanya sudah remaja, ada sebuah momen ketika mereka melihat ayah tirinya, Dolonong Utak Dolonong Payang sedang beristirahat di bagian depan rumahnya. Kemudian kedua wanita tersebut memutuskan untuk membalaskan kematian ayahnya dulu.

Dan setelah mereka memastikan kematian ayah tirinya, mereka merayakan hal itu dengan menari-nari dan mencari bambu yang diisi biji-bijian untuk iringan musik pendukung tariannya. Namun kejadian tersebut ternyata disaksikan oleh seorang manusia bernama Kilip. Mengetahui adanya seseorang yang melihat kejadian keji tersebut, Dewi Ruda dan Dewi Bala kemudian memohon agar dia tidak menceritakan hal ini kepada dewa lain di Negeri Oteng Doi.

Kala itu Kilip setuju dengan syarat dia mau mempelajari tarian yang ia lihat sebelumnya saat Dewi Ruda dan Dewi Bala bersuka cita. Tanpa pikir panjang, kedua wanita itu mengajari Kilip gerakan tarian tersebut, dan kemudian terciptalah nama tariannya karena terinspirasi dari benda yang digunakan saat menari.

Jenis Tari Gantar

Seiring perkembangan zaman, kini tari tradisional ini memiliki 3 jenis yang berbeda di antaranya

  • Tari gantar rayatan menggunakan satu kayu panjang dengan tengkorak manusia yang diikat pada ujung kayu dan kemudian dibungkus kain berwarna merah yang dihiasi oleh ibus. Penari juga membawa senjata tradisional Kalimantan, Mandau yang diikatkan di pinggang.
  • Tari gantar busai hanya menggunakan sepotong bambu dalamnya diisi biji-bijian sebagai alat musik pendukung ketika ada gerakan melambai dengan tangan kiri, tangan kanan yang memegang bambu kemudian digerakan sesuai irama tangan kiri
  • Berbeda dengan 2 jenis lainnya, penari tari gantar kusak menggunakan tongkat yang biasanya berukuran seperempat meter atau sanak di tangan kiri dan bambu berkisar 30 cm yang sudah diisi biji-bijian atau kusak di tangan kanan

Makna Tari Gantar

Walau kini dikenal sebagai tarian perayaan, di saat masa penjajahan dulu, tari tradisional ini menjadi bagian dari upacara adat untuk menyambut warga setempat yang kembali setelah ikut berperang. Kini di beberapa daerah pertunjukan tari ini merupakan bagian dari upacara menyambut musim tanam padi.

Tongkat panjang dengan beberapa gerakan dihentak ke bawah untuk memaknai alat dan cara membuat lubang di tanah, lalu biji-bijian pada bambu di tangan kiri atau gerakan tangan kiri yang melambai-lambai dimaknai untuk langkah menebar benih. 

Melihat Upacara Adat Maluku yang Hampir Dilupakan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.