Indonesia terus berkomitmen membangun ekonomi yang lebih ramah lingkungan melalui pengembangan industri hijau.
Salah satu strategi utamanya adalah dekarbonisasi, yaitu pengurangan emisi gas rumah kaca dan peralihan ke energi bersih serta berkelanjutan.
Langkah ini diambil untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim sekaligus meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Ekonomi Hijau dan Energi Bersih, Fokus Baru Kemitraan Indonesia-Australia
Mengapa Dekarbonisasi Penting?
Dekarbonisasi bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang baru dalam industri.
Dengan meningkatnya kesadaran global terhadap produk ramah lingkungan, kebutuhan akan praktik industri yang lebih hijau semakin meningkat.
Pasar karbon nasional yang mulai diterapkan di Indonesia menjadi salah satu instrumen penting untuk mendorong transformasi ini.
“Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk ramah lingkungan dan adanya pasar karbon nasional, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendorong penerapan industri hijau,” ungkap Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi.
Hal ini juga sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan (SDGs), di mana pengelolaan sumber daya alam yang efisien dan penggunaan energi terbarukan menjadi prioritas utama.
Indonesia Diproyeksikan akan Penuhi 75% Kebutuhan Nikel Dunia dalam 5 Tahun Mendatang
Langkah Kebijakan untuk Mendukung Dekarbonisasi
Pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan untuk mendorong transisi menuju industri hijau. Salah satu upaya penting adalah pemberian sertifikasi Standar Industri Hijau (SIH), yang hingga pertengahan 2024 telah diterima oleh 74 perusahaan.
Sertifikasi ini menjadi tanda bahwa industri-industri tersebut telah menerapkan praktik ramah lingkungan yang sesuai dengan standar nasional. Selain itu, pengembangan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan biomassa terus didorong untuk menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dalam hal pengelolaan emisi, pengujian dan verifikasi emisi gas rumah kaca semakin ditingkatkan. Langkah ini tidak hanya membantu industri mengelola jejak karbon mereka, tetapi juga memberikan transparansi kepada konsumen dan mitra bisnis.
Kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga menjadi instrumen penting untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor, sekaligus mendukung pertumbuhan industri lokal.
“Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan penggunaan produk lokal dalam rantai pasok nasional dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global,” tambah Ransi Pasae, Kepala Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Surabaya.
Jawa Timur merupakan salah satu wilayah dengan kontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional. Pada triwulan III 2024, sektor industri pengolahan di Jawa Timur menyumbang lebih dari 25% terhadap perekonomian Pulau Jawa, dengan pertumbuhan mencapai 5,92%. Subsektor makanan dan minuman menjadi yang paling dominan, mencakup 40,18% dari keseluruhan industri pengolahan.
Selain itu, penerapan kebijakan seperti TKDN dan sertifikasi hijau memperlihatkan bahwa transisi ke industri berkelanjutan mampu memberikan manfaat ekonomi yang nyata, selain dampak positif terhadap lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, wilayah ini dapat terus menjadi pusat industri hijau di Indonesia.
Dorong Dekarbonisasi Sektor Energi, Indonesia-Jepang Kolaborasi Wujudkan NZE 2030
Tantangan dan Peluang Menuju Ekonomi Hijau
Dekarbonisasi tentu tidak lepas dari tantangan, seperti biaya investasi awal yang tinggi, kebutuhan teknologi baru, serta adaptasi terhadap regulasi yang terus berkembang.
Namun, peluang yang ditawarkan jauh lebih besar. Banyak negara maju kini mensyaratkan produk yang memiliki jejak karbon rendah, memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar global.
Selain itu, penggunaan energi bersih dapat meningkatkan efisiensi operasional industri dan menekan biaya produksi dalam jangka panjang.
Langkah transformasi ini juga memberikan citra positif bagi perusahaan yang mengadopsi prinsip ramah lingkungan. Konsumen dan mitra bisnis semakin menghargai nilai keberlanjutan, yang dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi industri Indonesia di tengah ketatnya persaingan global.
Dekarbonisasi bukan hanya tentang mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membangun masa depan industri yang lebih tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Edukasi tentang pentingnya konsumsi produk ramah lingkungan, insentif bagi pelaku usaha, serta investasi dalam teknologi hijau harus terus diperkuat.
Mengenal Apa itu Inflasi Hijau: Pengertian, Faktor Penyebab, dan Dampaknya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News