legenda danau silosung dan sipinggan di sumatra utara yang terbentuk akibat pertarungan dua saudara - News | Good News From Indonesia 2024

Legenda Danau Silosung dan Sipinggan di Sumatra Utara yang Terbentuk Akibat Pertarungan Dua Saudara

Legenda Danau Silosung dan Sipinggan di Sumatra Utara yang Terbentuk Akibat Pertarungan Dua Saudara
images info

Silosung dan Sipinggan merupakan dua buah danau yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Menurut legenda asal usulnya, Danau Silosung dan Sipinggan tercipta akibat pertarungan dua saudara sakti di masa lalu.

Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda Danau Silosung dan Sipinggan dari Sumatra Utara tersebut?

Legenda Danau Silosung dan Sipinggan

Dilansir dari buku Kumpulan Legenda Nusantara, pada zaman dahulu hiduplah dua orang saudara yang bernama Datu Dalu dan Sangmaima. Mereka hidup berdua setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.

Datu Dalu dan Sangmaima tidak diwarisi harta kekayaan oleh orang tua. Akan tetapi, mereka diwarisi seni bela diri dan ilmu pengobatan.

Selain itu, kedua orang tua saudara ini juga mewariskan sebuah tombak pusaka kepada anak-anaknya. Namun tombak pusaka ini hanya diberikan kepada Datu Dalu sebagai anak tertua.

Meskipun demikian, Sangmaima masih diperbolehkan untuk meminjam tombak pusaka yang dimiliki kakaknya tersebut. Biasanya Sangmaima menggunakan tombak pusaka ini untuk pergi berburu ke hutan.

Pada suatu hari, Sangmaima hendak berburu babi di hutan. Seperti biasa, dirinya meminjam tombak pusaka milik Datu Dalu sebagai senjata untuk perburuan tersebut.

Datu Dalu kemudian meminjamkan tombak pusaka kepada adiknya. Datu Dalu juga berpesan agar Sangmaima selalu menjaga tombak pusaka peninggalan orang tuanya tersebut.

Sangmaima berangkat ke dalam hutan memulai perburuan. Tidak butuh waktu lama, Sangmaima sudah bertemu seekor babi yang menjadi target buruanya.

Dengan sigap Sangmaima langsung melemparkan tombak pusaka yang ada di tangannya. Tombak pusaka tersebut tepat mengenai perut babi.

Namun serangan dari Sangmaima ini ternyata tidak mampu membunuh babi tersebut seketika. Bahkan babi itu malah berlari ke dalam hutan dalam keadaan perut tertancap tombak.

Sangmaima kemudian berlari masuk ke dalam hutan untuk mengejar babi itu. Setelah berlari sekian lama, Sangmaima kehilangan jejak babi buruannya dan hanya menemukan batang tombak pusaka saja.

Ujung tombak tersebut ternyata masih tertancap di tubuh babi. Sangmaima kemudian pulang ke rumah membawa batang tombak pusaka saja.

Sesampainya di rumah, Sangmaima menceritakan peristiwa yang sudah dia alami. Datu Lalu langsung mengamuk dan melarang Sangmaima kembali pulang sebelum menemukan ujung tombak tersebut.

Dengan berat hati Sangmaima kembali masuk ke dalam hutan. Berhari-hari dirinya berusaha menemukan babi yang terkena serangan tombak pusaka sebelumnya.

Pada suatu hari, Sangmaima sampai di sebuah gua yang ada di tengah hutan. Dirinya kemudian mendengar teriakan kesakitan seseorang dari dalam gua tersebut.

Mendengar suara itu, Sangmaima langsung masuk ke dalam gua. Di sana ternyata ada seorang gadis cantik yang perutnya terluka.

Sangmaima langsung menghampiri gadis itu dan mengobatinya. Berbekal ilmu pengobatan yang dia miliki, Sangmaima bisa mengobati gadis tersebut dengan mudah.

Gadis cantik ini kemudian mengaku bahwa dirinya merupakan jelmaan babi yang ditombak oleh Sangmaima beberapa hari lalu. Gadis ini kemudian menunjukkan ujung tombak pusaka yang melukai dirinya.

Sangmaima terkejut mendengar pernyataan gadis cantik tersebut. Namun dirinya merasa senang karena berhasil menemukan ujung tombak yang dia cari selama ini.

Akhirnya Sangmaima kembali ke rumah dan mengembalikan ujung tombak kepada Datu Dalu. Meskipun demikian, kemarahan Datu Dalu tidak bisa hilang akibat kesalahan yang sudah dilakukan Sangmaima.

Kemarahan ini tertanam dalam waktu lama. Bahkan ketika Datu Dalu menikah, dia tidak mengundang sang adik untuk hadir di pesta pernikahannya.

Sangmaima merasa kecewa dengan perlakuan Datu Dalu. Akhirnya Sangmaima menantang Datu Dalu untuk bertarung dan adu kesaktian.

Pertarungan antara dua saudara ini akhirnya tidak terelakkan. Mereka sama-sama menggunakan kesaktian yang dimiliki masing-masing.

Dalam sebuah serangan, Datu Dalu melemparkan sebuah lesung ke arah Sangmaima. Namun Sangmaima berhasil mengelak dengan mudah.

Sangmaima kemudian membalas dengan melempar pinggan atau piring ke arah Datu Dalu. Akan tetapi sama seperti sang adik, Datu Dalu juga bisa menghindari serangan tersebut.

Tanah tempat jatuhnya lesung yang dilempar Datu Dalu berubah menjadi Danau Silosung. Di sisi lain, tanah tempat jatuhnya pinggan yang dilempar Sangmaima kemudian berubah menjadi Danau Sipinggan.

Sumber:
- Damayanti, Astri. Kumpulan Legenda Nusantara. Bhuana Ilmu Populer, 2023.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.