Legenda Pulau Sikantan merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sumatra Utara. Legenda ini menceritakan asal usul dari Pulau Sikantan yang ada di Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda asal usul Pulau Sikantan tersebut?
Legenda Asal Usul Pulau Sikantan
Dikutip dari buku Kumpulan Legenda Nusantara, pada zaman dahulu di Kampung Labuhan Bilik hiduplah seorang pemuda yang bernama Si Kantan. Dirinya sehari-hari tinggal dan hidup bersama ibunya.
Si Kantan dan sang ibu hidup dalam taraf kemiskinan. Sehari-hari mereka mengumpulkan kayu bakar di hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hasil penjualan kayu bakar ini menjadi pemasukan satu-satunya bagi keluarga mereka. Hal ini membuat Si Kantan sang sang ibu hidup dengan serba kekurangan.
Pada suatu malam, Si Kantan bermimpi bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua yang muncul dalam mimpi Si Kantan menyebutkan bahwa ada sebuah tongkat emas bertahtakan berlian yang ada di dalam hutan.
Kakek tersebut menyebutkan bahwa tongkat itu berada di pohon besar yang ada di tengah hutan. Si Kantan langsung terbangun dan menceritakan mimpi tersebut kepada sang ibu.
Keesokan harinya, Si Kantan mengajak ibunya untuk masuk ke dalam hutan. Dirinya ingin membuktikan perkataan sang kakek yang muncul dalam mimpinya dan menemukan tongkat emas tersebut.
Benar saja, Si Kantan berhasil menemukan tongkat emas ketika sampai di pohon besar yang ada di tengah hutan. Si Kantan merasa senang karena membayangkan hidup mereka yang akan keluar dari taraf kemiskinan.
Si Kantan kemudian berkata kepada sang ibu bahwa dia akan menjual tongkat ini ke Malaka. Dirinya yakin bahwa banyak orang kaya di Malaka yang akan membeli tongkatnya ini dengan harga mahal.
Maka berangkatlah Si Kantan menggunakan perahu kecil menuju Negeri Malaka. Sesampainya di sana, dia bertemu dengan hulubalang istana dan mengantarkannya menghadap Raja Malaka.
Sesampainya di Istana, Si Kantan menawarkan tongkat yang dia bawa kepada sang raja. Raja Malaka pun merasa tertarik dengan tongkat emas tersebut dan membelinya dengan harga tinggi.
Hidup Si Kantan langsung berubah secara drastis. Dirinya sudah menjadi orang kaya raya akibat harta yang didapatkan dari hasil penjualan tongkat tersebut.
Tidak hanya itu, dirinya juga dinikahkan dengan putri Raja Malaka. Hal ini makin melengkapi hidup Si Kantan yang dulunya serba kekurangan menjadi penuh berkecukupan.
Setelah menikah, istri Si Kantan bertanya perihal ibu dari suaminya. Namun Si Kantan merasa malu mengakui bahwa ibunya merupakan orang miskin yang tidak berpunya.
Meskipun demikian, istrinya tetap ingin berkunjung ke kampung halaman Si Kantan. Akhirnya Si Kantan bersama istrinya berangkat ke Kampung Labuhan Bilik dengan menggunakan kapal mewah.
Kabar kedatangan Si Kantan ternyata menghebohkan masyarakat setempat. Kabar ini ternyata juga terdengar oleh sang ibu yang sudah lama ditinggalkan oleh anaknya.
Sang ibu langsung menunggu kapal besar ini datang ke Kampung Labuhan Bilik. Ketika kapal ini merapat di muara Sungai Barumun, sang ibu sudah meneriakkan nama Si Kantan dari kejauhan.
Namun Si Kantan tidak menghiraukan panggilan sang ibu. Bahkan dirinya tidak mengakui dan berkata bahwa ibunya bukanlah orang miskin.
Perkataan Si Kantan ternyata menyakiti hati sang ibu. Sang ibu merasa kecewa dengan perlakuan anaknya yang sudah menjadi kaya raya.
Sang ibu kemudian kembali pulang dengan perasaan sedih. Tidak lama berselang, Si Kantan berangkat kembali ke Malaka dengan kapal mewahnya.
Tiba-tiba di tengah perjalanan angin kencang dan badai muncul menerjang kapal Si Kantan. Hal ini membuat kapal tersebut terbalik dan tidak ada satupun penumpang yang selamat, termasuk Si Kantan.
Bangkai kapal Si Kantan yang karam lama-kelamaan berubah menjadi sebuah pulau. Masyarakat setempat kemudian menamai pulau tersebut dengan nama Pulau Sikantan.
Sumber:
- Damayanti, Astri. Kumpulan Legenda Nusantara. Bhuana Ilmu Populer, 2023.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News