Beralamat lengkap di Jl. Rw. Jombor, Waduk Jombor, Krakitan, Kec. Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Rowo Jombor berjarak 8.5 km dari Alun-alun Klaten. Sebelum populer seperti sekarang, dahulu Rowo Jombor merupakan perkampungan. Namun, karena sering tergenang baik musim hujan atau musim kemarau, ditambah lagi ketika musim hujan, sungai yang terletak di sebelah barat laut yaitu Kali Ujung dan kali Dengkeng kerap kali meluap.
Sejak itu, warga Desa Jombor dipindahkan ke Desa Krakitan secara berkala. kemudian kawasan ini baru dibuatkan tanggul buatan pada tahun 1943-1944 di bawah pemerintahan Jepang.
Awal mula dialihfungsikan menjadi tempat wisata sendiri berawal sejak 1956 oleh pemerintah setempat. Dengan memanfaatkan sistem Orde Baru kala itu, di tahun 1967 hingga 1968, Rowo Jombor melakukan perbaikan dengan melebarkan kedalaman tanggul dari yang semula 5 meter menjadi 12 meter.
Sejak saat itu, Rowo Jombor dikenal sebagai tempat rekreasi yang menyuguhkan panorama alam, dan yang populer di sini adalah kuliner-kuliner olahan ikan yang dikelola oleh warga setempat di warung apung.
Namun karena beberapa faktor yang kurang kondusif seperti salah satunya ketidakjelasan tentang pembagian 5 persen zona karamba, pada tahun 2020 Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) memulai revitalisasi yang direncanakan akan berlangsung 2 tahap.
Target dari revitalisasi pertama adalah memindahkan pedagang yang awalnya berjualan di warung apung, ke stand darat. Selain itu juga Disporapar juga berencana melakukan proyek membangun amfiteater, menambah dua joglo untuk toko cenderamata dan kuliner, serta jalur pejalan kaki.
Melalui situs Solopos, Kepala Disporapar, Sinung Nugroho Rachmadi, juga menambahkan “Dari provinsi juga ada anggaran untuk Desa Wisata Jimbung dan Desa Wisata Krakitan senilai Rp100 juta”. Dia menilai kalau warga sekitar mempunyai peran dalam membuat perputaran ekonomi di kawasan Rowo Jombor.
Selanjutnya, di tahap 2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengambil peran dalam merevitalisasi pelebaran jalan lingkar dari yang semulanya 3 meter menjadi 5,5 meter.
Yang di mana pelebaran jalan ini akan berdampak langsung kepada pedagang kaki lima di area tersebut. Untuk itu, PKL akan di relokasi ke area yang sudah dibuat khusus untuk pedagang berjualan. Pasalnya di area sebelumnya ada total 133 PKL yang berjualan di zona merah.
Selain itu juga, revitalisasi tahap 2 pada tahun ini masih akan melanjutkan pengerukan lahan yang nantinya akan dijadikan karamba, kemudian akan dibangun 2 fasilitas baru seperti trek lari dan beberapa Darmaga.
Rangkaian revitalisasi ini dilakukan karena tempat wisata ini bisa dibilang bagian dari warisan geologi yang disebut Bayat Purba. Lokasi ini sudah lama terbentuk dan berpotensi sebagai situs geologi dan dapat menjadi warisan dunia.
Jika pengunjung ingin menikmati panorama alam di sini ada penyewaan perahu kecil dan speed boat jika mau berkeliling waduk. Ada juga wahana kereta mini untuk pengunjung yang mau berkeliling area pedesaan sekitar Rowo Jombor.
Wisatawan dapat memancing dan bermain dengan wahana keluarga seperti bianglala dan odong-odong. Menariknya, untuk menikmati keberagaman wahana disini, pengunjung hanya perlu mengeluarkan sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000. Tertarik untuk datang ke sini?
Keindahan 2 Pantai di Jikumerasa, Pulau Buru
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News