paksi raras alit jelaskan arti khodam lewat perspektif orang jawa - News | Good News From Indonesia 2024

Paksi Raras Alit Jelaskan Arti Khodam Lewat Perspektif Orang Jawa

Paksi Raras Alit Jelaskan Arti Khodam Lewat Perspektif Orang Jawa
images info

Topik khodam di Indonesia mencuat pada pertengahan tahun 2024. Pemicunya dari konten cek khodam lewat siaran langsung aplikasi TikTok.

Konten tersebut ditanggapi beragam oleh netizen. Beberapa menanggapinya sebagai bentuk keanehan, beberapa lagi merasa terhibur karena dianggap lucu karena penyebutan khodam yang di luar nalar.

Khodam sendiri memang tak asing bagi masyarakat Indonesia kebanyakan. Menurut Petir Abimanyu dalam bukunya Ilmu Mistik Kejawen,khodam adalah makhluk pendamping yang selalu mengikuti tuannya dan bersedia melakukan segala perintah tuannya. Khodam bukan jin ataupun setan, meski memang sama-sama berwujud gaib atau tidak nyata.

Adapun kepercayaan terhadap khodam bertalian dengan spiritualitas Jawa. Orang Jawa percaya adanya pemomong sebagai teman hidup di tiap-tiap individu.

Pemomong

Menurut pelestari tradisi dan budaya Jawa, Paksi Raras Alit, pembahasan mengenai khodam memang masih ada di penganut ajaran Kejawen. Mereka yang mempercayai hal itu kerap berkomunikasi dengan “sosok” yang hadir untuk menyertai dan menemani itu.

“Orang Jawa yang masih melakukan praktik-praktik seperti itu memang mempunyai pemomong. Kami punya momong itu bisa berwujud mahkluk yang Anda bayangkan khodam hari ini atau memang ada leluhur-leluhur yang memang masih menemani orang-orang Jawa dalam menjalani kehidupannya. Nah, bahasanya hari ini itu mungkin khodam. Di diskusi-diskusi pelaku-pelaku Kejawen, istilah kami kan, ‘Oh, ono sing momong, sing momong sapa? (Oh, ada yang jaga, yang jaga siapa?)’,” ucap Paksi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Kepercayaan mengenai khodam kerap disamaratakan bahwa itu adalah bentuk pesugihan atau prewangan dengan jin ataupun setan. Paksi pun mencoba memberi pandangan yang lebih terbuka, bahwa suatu hal gaib semacam itu adalah realitas bagi manusia yang hidup di dunia.

“Sebenarnya dalam praktik-praktik kejawaan bahwa kita tidak berdiri sendiri sebagai manusia di bumi. Ada makhluk lain, ada leluhur masih tetap berkomunikasi dengan kita hari ini. Itu memang masih kita percayai dan kita praktikkan,” kata Paksi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.