Industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor manufaktur, kembali mencatatkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan III 2024.
Menurut data terbaru, sektor ini memberikan kontribusi sebesar 17,18% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sebuah peningkatan dibandingkan triwulan II 2024 yang hanya mencapai 16,70%.
Pertumbuhan ini juga tercatat lebih tinggi, yakni 4,84% (y-o-y), melampaui pertumbuhan sektor manufaktur pada triwulan II yang sebesar 4,63%.
"Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas merupakan jerih payah para pelaku industri yang terus bekerja keras di tengah kondisi perekonomian global yang sangat dinamis, juga gempuran produk impor," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.
Kontribusi Sektor Manufaktur Indonesia di Atas Rata-rata Dunia
Peningkatan Sektor Manufaktur sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan III 2024, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh 4,95% (y-o-y). Dari total pertumbuhan ini, industri pengolahan nonmigas menjadi sumber pertumbuhan terbesar, berkontribusi sebesar 0,96%.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa aktivitas domestik, termasuk sektor industri, tetap terjaga, berkontribusi pada ekspansi ekonomi Indonesia.
Indeks PMI (Purchasing Manager's Index) yang dirilis oleh Bank Indonesia mencatatkan angka 51,54%, menunjukkan sektor manufaktur berada dalam zona ekspansi.
Kapasitas produksi yang terpakai juga mengalami kenaikan, dengan angka 73,13% pada triwulan III 2024. Industri semen menjadi salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan, dengan peningkatan 3,51% (y-o-y), yang menunjukkan penguatan permintaan domestik terhadap produk-produk bahan bangunan.
Sektor-sektor Manufaktur yang Mendominasi Pertumbuhan
Pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia tidak terlepas dari adanya permintaan yang kuat, baik dari pasar domestik maupun luar negeri.
Beberapa sektor yang mencatatkan pertumbuhan tinggi antara lain industri makanan dan minuman yang tumbuh 5,82%. Permintaan domestik untuk produk makanan dan peningkatan ekspor minuman menjadi pendorong utama sektor ini.
Industri logam dasar, terutama besi dan baja, tumbuh pesat sebesar 12,36% (y-o-y), seiring dengan meningkatnya permintaan luar negeri. Sektor barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 7,29%, berkat tingginya permintaan luar negeri untuk bahan bangunan dari logam dan komponen elektronik.
Sektor lainnya, seperti belanja modal APBN yang meningkat 49,51% (y-o-y), serta konsumsi masyarakat yang juga menunjukkan angka positif, turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penjualan sepeda motor domestik yang tumbuh 11,96% (y-o-y) menjadi salah satu indikator positif dari konsumsi masyarakat yang mendorong permintaan di sektor manufaktur.
Ekspor Baja Indonesia Peringkat ke-4 Dunia, Berkembang Pesat Sejak 5 Tahun Terakhir
Tantangan dan Dukungan Regulasi bagi Sektor Manufaktur
Meski demikian, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa sektor manufaktur dapat tumbuh lebih optimal apabila ada kemudahan dalam hal regulasi, terutama yang berkaitan dengan larangan teknis (lartas) dan safeguards.
Hal ini penting agar sektor manufaktur dapat bersaing secara sehat dengan produk impor, serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Optimisme pelaku usaha juga tercermin dalam hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Oktober 2024, yang mencatatkan angka 95,1%, dengan 73,3% pelaku usaha merasa optimis terhadap kondisi usaha mereka.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur semakin yakin terhadap prospek pasar dan iklim produksi yang lebih baik, didorong oleh kebijakan pemerintah yang mendukung.
Indonesia Masuk 10 Besar Negara Manufaktur di Dunia
Inisiatif Pemerintah untuk Mendukung Industri Manufaktur
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian terus berupaya mendukung pertumbuhan sektor manufaktur dengan berbagai kebijakan dan program.
Salah satu inisiatif penting adalah pengembangan pelabuhan Sorong, Bitung, dan Kupang sebagai entry point untuk produk impor, yang bertujuan untuk mempercepat distribusi barang dan mendukung akselerasi ekonomi nasional.
Selain itu, Kemenperin juga mengusulkan pengesahan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri. Regulasi ini dinilai sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi bagi sektor industri manufaktur, yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Indonesia Alami Deindustrialisasi, Apa Benar?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News