paksi raras alit anggap orang jawa sakti masih ada tapi tersisih - News | Good News From Indonesia 2024

Paksi Raras Alit Anggap Orang Jawa Sakti Masih Ada tapi Tersisih

Paksi Raras Alit Anggap Orang Jawa Sakti Masih Ada tapi Tersisih
images info

Paksi Raras Alit adalah seniman Kota Yogyakarta yang banyak berkarya di dunia seni dan kesusastraan. Fokus utamanya dalam berkarya ialah terkait soal kejawaan, baik dari tradisi hingga kebudayaannya.

Dari semangatnya mendalami unsur-unsur kejawaan, Paksi pun bertransformasi menjadi pelestari seni dan budaya Jawa. Sosok lulusan Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut kini dikenal pula melalui Jawacana, komunitas yang menghadirkan sejumlah program agar nilai-nilai kejawaan tidak luntur ditelan zaman.

Paksi mendalami seluk beluk tradisi dan budaya Jawa termasuk ke nilai-nilai spiritualitasnya. Saat membicarakan tema tersebut bersama Good News From Indonesia, menariknya ia menilai orang Jawa yang diberkahi daya linuwih atau kelebihan khusus masih ada, tapi tersisihkan. Kenapa?

Masih Ada tapi Tersisih

Ada banyak kisah tentang orang-orang di tanah Jawa tempo dulu yang kerap diceritakan mempunyai kesaktian mandraguna. Misalnya Jaka Tingkir, tokoh yang konon katanya dikenal sebagai orang sakti dan bisa mengalahkan siluman buaya putih. Entah kisah itu benar atau fiktif belaka, tapi yang jelas sejak dulu orang Jawa yang memiliki kesaktian atau spiritualitas tinggi kerap disinggung oleh para leluhur melalui tradisi lisan.

Dari situ, para generasi penerus pun sering pula menarik kesimpulan bahwa orang Jawa zaman dulu sakti-sakti. Lantas, apakah kesaktian atau kelebihan itu juga diturunkan dan masih dipegang oleh orang Jawa zaman sekarang?

Paksi sebagai orang yang mendalami tradisi dan budaya Jawa rupanya sangat berhati-hati menjawab pertanyaan tersebut karena temanya di luar ranah ilmiah dan berbenturan dengan agama. Namun, ia menganggap orang mereka yang diberkahi daya linuwih masih ada.

“Selama praktik saya di dunia kebudayaan Jawa yang hampir seumur hidup ini, dari kecil sampai hari ini, kemudian masuk ke circle-circle Sastra Jawa dan budaya Jawa yang lebih dalam, hal-hal 'seperti ini' memang masih ada, masih dipercaya oleh masyarakat. Praktiknya, person-nya juga masih banyak,” ucap Paksi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Paksi punya dugaan bahwa orang Jawa yang diberkahi ilmu spiritualitas tinggi kini tidak begitu terlihat alasannya karena tersisih, sengaja menyisihkan diri dari modernitas, atau malah dua-duanya. Menurutnya ada berbagai faktor mereka terasing atau mengasingkan diri salah satunya karena modernisme yang terus membabi buta dan bertumbuh dewasa ini.

“Karena diolok-olok, dilecehkan, direndahkan oleh modernisme dan oleh media (film) tadi. Atau, karena pelaku-pelaku ini sadar penuh bahwa untuk melawan modernisme yang ilmiah melawan wacana keagamaan itu susah, sengaja untuk meminggirkan diri,” kata Paksi.

Sebetulnya, orang-orang sakti yang diberi “kelebihan” itu ada dan terlihat, tapi masyarakat kerap tidak menyadarinya. Paksi pun menyinggung bisnis pawang hujan dan ahli supranatural yang dinilainya banyak orang pura-pura menyangkal, cuma masih dipercaya.

“Berita tentang pawang hujan di balapan internasional (MotoGP Mandalika) itu banyak pro kontranya, tetapi hari ini kan praktik mau bikin film atau mau syuting atau mau bikin event selalu ada pawang hujan. Kemudian yang mau diakui atau tidak atau disadari atau mau ditolak, dalam iklim kontestasi pemilihan umum itu kan ahli supranatural, spiritual, juga sebenarnya hadir sebagai penasehat kejiwaan, kebatinan para orang-orang itu,” kata Paksi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.