kepungan di yogyakarta menguak sejarah agresi militer belanda ii - News | Good News From Indonesia 2024

Kepungan di Yogyakarta, Menguak Sejarah Agresi Militer Belanda II

Kepungan di Yogyakarta, Menguak Sejarah Agresi Militer Belanda II
images info

Setelah mengalami kegagalan dalam Agresi Militer I, Belanda kembali melancarkan Agresi Militer II dengan tujuan utama untuk menguasai kembali wilayah Indonesia. Operasi militer ini terjadi pada 19—20 Desember 1948. Diawali dengan serangan besar-besaran di Yogyakarta, yang pada saat itu menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Serangan ini segera meluas ke berbagai kota penting di Jawa dan Sumatra, memperluas cakupan konflik dan menyebabkan banyak kerugian bagi Indonesia.

Tujuan utama dari Agresi Militer II yang dilakukan oleh Belanda adalah untuk melumpuhkan pusat pemerintahan Republik Indonesia. Dengan demikian, Belanda berharap dapat kembali mengendalikan wilayah-wilayah Indonesia dan mengakhiri upaya perlawanan dari para pejuang kemerdekaan.

Dalam serangan ini, pasukan Belanda awalnya menargetkan Pangkalan Udara Maguwo di Yogyakarta. Penyerangan terhadap pangkalan ini menjadi langkah awal yang sangat penting karena keberhasilan menguasai Maguwo akan mempermudah akses pasukan Belanda ke Yogyakarta.

Serangan udara yang dilakukan secara tiba-tiba oleh Belanda berhasil menghancurkan Pangkalan Udara Maguwo. Langkah ini sekaligus merupakan pelanggaran terhadap perjanjian Renville yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Mengenal Sejarah Kota Bandung dari Awal Kemerdekaan Indonesia Hingga Saat Ini

Setelah Pangkalan Udara Maguwo berhasil dilumpuhkan, Belanda dengan cepat bergerak untuk menguasai kota Yogyakarta. Dalam serangan ini, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap oleh pasukan Belanda.

Namun, sebelum penangkapannya, Soekarno telah memberikan instruksi kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa Republik Indonesia tetap memiliki kepemimpinan yang sah dan dapat menyusun strategi untuk melawan Belanda, meskipun pusat pemerintahan di Jawa telah dikuasai.

Setelah terbentuknya PDRI, sejumlah langkah perlawanan mulai dirancang untuk menghadapi agresi Belanda. Kawan GNFI, PDRI kemudian membagi Sumatra menjadi lima wilayah pemerintahan militer yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Sementara itu, di Pulau Jawa, perlawanan dari berbagai laskar kemerdekaan dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus berlangsung. Di Yogyakarta, yang saat itu menjadi pusat perhatian dunia internasional, terjadi serangan yang sangat terkenal, yaitu Serangan Umum 1 Maret 1949.

Serangan ini merupakan salah satu upaya besar untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia dan TNI masih ada dan masih memiliki semangat perlawanan yang kuat.

Serangan Umum 1 Maret 1949 berhasil merebut kembali kontrol atas Yogyakarta selama enam jam. Aksi ini tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap Belanda, tetapi juga menjadi bukti nyata kepada dunia bahwa TNI dan Republik Indonesia belum hancur.

Mengenang Sejarah Merebut Kemerdekaan di Museum Perjuangan Rakyat Jambi

Melalui serangan ini, TNI ingin membuktikan bahwa klaim Belanda yang menyatakan Indonesia sudah tidak ada lagi adalah tidak benar. Serangan tersebut berhasil membangkitkan semangat perjuangan dan memicu reaksi dari dunia internasional untuk mendukung perjuangan Indonesia.

Indonesia melaporkan tindakan agresi yang dilakukan oleh Belanda kepada PBB. Melalui laporan ini, Dewan Keamanan PBB kemudian mendesak Belanda untuk segera menghentikan operasi militer mereka dan membebaskan para pemimpin Indonesia yang ditahan.

Desakan dari PBB dan tekanan dari komunitas internasional akhirnya memaksa Belanda untuk menghentikan Agresi Militer II. Pada 6 Juli 1949, Soekarno dan Mohammad Hatta akhirnya dibebaskan dari tahanan, dan pemerintahan Indonesia secara resmi kembali beroperasi pada 13 Juli 1949. 

Setelah berakhirnya Agresi Militer II, Indonesia dan Belanda kemudian melakukan perundingan yang difasilitasi oleh PBB. Perundingan ini dikenal sebagai Perjanjian Roem-Royen. Melalui perundingan ini, kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan permusuhan dan memulai langkah-langkah menuju pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

Perjanjian Roem-Royen menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia menuju pengakuan kedaulatan secara penuh oleh Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.

Kawan GNFI perlu tahu bahwa Agresi Militer Belanda II menjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada saat itu, Belanda berhasil menguasai Yogyakarta dan menahan para pemimpin Indonesia, sehingga mereka mencoba menyebarkan informasi kepada dunia bahwa Republik Indonesia telah runtuh.

Namun, dengan semangat juang yang tinggi, Presiden Soekarno memberikan instruksi untuk membentuk PDRI sebagai langkah perlawanan. Melalui perlawanan yang gigih dari TNI dan para pejuang kemerdekaan, terutama dengan adanya Serangan Umum 1 Maret 1949, dunia akhirnya mengetahui bahwa Indonesia masih kuat dan belum menyerah.

Sejarah Hari Ini (9 September 1948) - Pekan Olahraga Nasional Pertama Digelar di Tengah Perang Kemerdekaan

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini harus menjadi pelajaran penting bagi generasi penerus. Kawan GNFI, kita harus memahami bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah hasil dari perjuangan panjang dan pengorbanan para pahlawan yang rela mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsa.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan ini, serta menghargai jasa-jasa para pahlawan dengan terus berusaha membangun Indonesia yang lebih baik.

Sebagai generasi penerus, mari kita jadikan peristiwa ini sebagai inspirasi untuk terus berjuang dalam membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera. Kita harus selalu mengenang perjuangan para pahlawan dan berkomitmen untuk menjaga persatuan serta memperjuangkan nilai-nilai luhur yang mereka wariskan.

Dengan semangat juang yang sama, kita bisa menghadapi tantangan masa kini dan masa depan demi kejayaan bangsa Indonesia. Mari, terus kita jaga kemerdekaan ini dengan penuh kebanggaan dan tanggung jawab.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.